Brilio.net - Musibah jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang pada Senin (29/10) pukul 06.33 WIB, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban. Hingga hari ini pencarian badan pesawat dan korban masih terus dilakukan oleh tim SAR gabungan.

Upaya pencarian badan pesawat ini tidak mudah. Pasalnya Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, terdapat lumpur di dasarnya. Lumpur ini membuat air keruh dan mempengaruhi jarak pandang para penyelam.

Dikatakanpula bahwa, Badan pesawat tidak ditemukan dilokasi terakhir pesawat hilang kontak. KNKT menduga badan pesawat hancur karena menghujam laut.

Lalu bagaimana perkembangan pencarian badan pesawat Lion Air JT610? Berikut faktanya yang dirangkum brilio.net, Rabu (31/10) dari berbagai sumber.

1. Tak ditemukan jejak badan pesawat di koordinat hilangnya kontak.

fakta 48 kantong liputan6.com

foto: Intagram/@sar_nasional

Pesawat Lion Air JT 610 yang bertolak dari Jakarta-Pangkal Pinang dinyatakan hilang kontak tak lama usai lepas landas. Direktur Operasional Basarnas Brigjen Bambang Suryo mengatakan timnya tidak menemukan badan Lion Air JT 610 di koordinat lokasi hilang kontak.

 

2. KNKT bantah Lion Air JT 610 meledak di udara.

fakta 48 kantong liputan6.com

foto: Liputan6.com

Di awal sempat ada dugaan, bahwa Lion Air JT 610 meledak di udara. Namun hal itu dibantah oleh Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono. Pihaknya menduga Lion Air JT 610 yang sempat hilang kontak itu hancur saat jatuh membentur permukaan air di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.

 

3. Deretan kapal berteknologi tinggi dikerahkan.

fakta 48 kantong liputan6.com

foto: Merdeka.com

Kapal-kapal yang dikerahkan Basarnas untuk melakukan evakuasi dilengkapi dengan teknologi canggih. Kapal yang dikerahkan di antaranya, KRI Rigel dilengkapi dengan peralatan Multi Beem Echo Sounder (MBES), Side Scan Sonar, dan Remotly Operated Umderwater Vehicle (ROV).

Tak hanya itu, ada pula KN SAR 206 Bandung, Kapal Baruna Jaya dan Kapal Dominos milik Pertamina yang dilengkapi dengan Side Scan Sonar, MBES, Ping Locatir, dan Digital Global Positioning System (DGPS). Basarnas juga menerjunkan lebih dari 100 penyelam, yang tergabung dari Basarnas Special Group (BSG), Kopaska, Taifib, dan beberapa tim SAR lainnya untuk membantu mencari korban.

 

4. Sementara 48 kantong jenazah korban Lion Air dibawa ke RS Polri.

fakta 48 kantong liputan6.com

foto: Intagram/@sar_nasional

Tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri kembali menerima 48 kantong jenazah dan tujuh kantong properti dari tim evakuasi Posko Tanjung Priok Jakarta Utara sejak hari pertama atau Senin (29/10) hingga Selasa malam.

"Total sementara 48 kantong jenazah dan enam kantong properti diterima RS Polri Sukanto," kata Kapolsek Kramatjati Komisaris Polisi Nurdin AR di Rumah Sakit Polri Sukanto Kramatjati Jakarta Timur.

Kompol Nurdin mengatakan kantong jenazah dibawa terakhir pada pukul 21.15 WIB pada Selasa malam. Posko pengamanan dan pelayanan Mortem di Rumah Sakit Polri Sukanto, Jakarta Timur menjadi tempat pelayanan dan pengamanan pihak keluarga korban Lion Air JT 610. Hingga saat berita ini diturunkan, belum ada jenazah yang berhasil diidentifikasi.


5. Hambatan dalam pencarian korban dan bangkai pesawat.

fakta 48 kantong liputan6.com

foto: Intagram/@sar_nasional

Direktur Kesiapsiagaan dan Latihan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Didi Hamzar menyatakan sulitnya mecari korban dan badanLion Air JT 610 karenakan pesawat dalam kecepatan tinggi saat jatuh. Tak hanya itu, penyelam yang dikerahkan untuk menyusuri titik jatuhnya pesawat, mengalami kendala karena dasar laut dipenuhi dengan lumpur sehingga menganggu jarak padang para penyelam.

 

6. Sulitnya mengidentifikasi korban Lion Air JT 610.

kabasarnas evakuasi lion air © 2018 twitter

foto: Merdeka.com

Hingga saat ini belum ada korban yang teridentifikasi. Pasalnya, sejumlah kantong jenazah yang sudah dikirim ke RS Polri, semuanya berisikan potongan tubuh manusia. Tim telah melakukan pengambilan sampel DNA dari antemortem yang didapat dari keluarga korban. Kemungkinan proses identifikasi akan menemui hasil dalam jangka waktu empat hingga delapan hari ke depan.