Brilio.net - Kabar duka tengah menimpa Indonesia. Sebuah kapal KMP Yunicee tenggelam di perairan Gilimanuk, Jembrana Bali, Selasa (29/6). Kapal penumpang tersebut dilaporkan tenggelam pada pukul 19.06 WITA.

Dilansir brilio.net dari Liputan6.com, Kapolres Jembrana AKBP I Ketut Gede Adiwibawa mengatakan bahwa hingga Selasa (29/6) malam korban selamat sejumlah 44 orang. Sementara korban meninggal yang telah ditemukan sebanyak 6 orang.

"Sudah berapa korban kita evakuasi, ada yang evakuasi kita arahkan ke Ketapang. Kemudian kita sisir juga di sepanjang pantai Gilimanuk. Ada korban yang selamat dan ada juga korban yang meninggal dunia," kata AKBP I Ketut Gede Adiwibawa, Selasa (29/6).

Namun, pada Rabu pagi (30/6), sekitar pukul 04.00 WITA, satu lagi korban meninggal dunia ditemukan. Hingga total sementara menjadi tujuh orang. Korban meninggal dari KMP Yunicee yang tenggelam langsung dibawa ke Puskesmas Gilimanuk.

Berikut deretan fakta tenggelamnya KMP Yunicee di perairan Gilimanuk yang telah brilio.net rangkum dari berbagai sumber, Rabu (30/6).

1. Sebanyak 44 orang ditemukan selamat.

Dilansir dari Liputan6.com, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan, hingga pukul 21.45 WITA sebanyak 44 orang telah dievakuasi dalam keadaan selamat.

"Informasi yang diperoleh dari Basarnas, mereka telah berhasil mengevakuasi 44 orang dalam kondisi selamat," kata Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati dalam keterangan tertulis, Selasa (29/6).

2. Hingga Rabu pagi korban meninggal menjadi 7 orang.

Informasi terbaru yang diterima pada Rabu (30/6) pukul 04.00 WITA, tim SAR menemukan satu korban meninggal dunia. Korban berjenis kelamin perempuan, berambut pendek, mengenakan baju merah muda, dan celana hitam.

Dari penambahan itu, total saat ini ada tujuh orang korban meninggal dunia. Tim SAR gabungan pagi ini akan melanjutkan pencarian dengan menyisir sekitar lokasi tenggelamnya KMP Yunicee melibatkan ratusan personel.

3. Menyiapkan posko evakuasi.

Dilansir dari Antara, Polres Jembrana, Bali, menyiapkan posko evakuasi untuk korban KMP Yunicee yang tenggelam di Selat Bali.

"Di Pelabuhan Gilimanuk, kami siapkan posko. Selain itu, persiapan juga dilakukan di puskesmas dan RSU Negara," kata Kapolres Jembrana Ajun Komisaris Besar Polisi I Ketut Gede Adi Wibawa di Gilimanuk, Selasa (29/6) malam.

Ia mengatakan, pihaknya juga menyiapkan ruangan ASDP Pelabuhan Gilimanuk untuk menampung korban yang dalam keadaan sehat. Untuk jumlah penumpang serta korban yang selamat maupun meninggal, ia mengaku masih terus melakukan pendataan.

"Evakuasi dari tim gabungan masih berlangsung. Kami masih melakukan pendataan," kata AKBP I Ketut Gede Adiwibawa yang dikutip dari Antara.

4. Adanya arus laut.

Dilansir dari Liputan6.com, peneliti Laboratorium Data Laut dan Pesisir Badan Riset dan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan, Widodo Setiyo Pranowo menyebut, ada arus laut berkecepatan lebih dari 1 meter per detik, di celah sempit antara Ketapang dan Gilimanuk bergerak menuju ke arah Selatan-Tenggara, saat KMP Yunicee tenggelam, Selasa (29/6) malam sekitar pukul 19.20 WITA

Widodo mengatakan, arus tersebut lebih kencang daripada arus di Laut Bali dan sisi selatan Selat Bali. Pada saat KMP Yunicee tenggelam, kejadian kondisi elevasi muka laut di Laut Bali lebih tinggi daripada elevasi muka laut di sekitar perairan rute Feri Ketapang-Gilimanuk. Bahkan elevasi muka laut di perbatasan antara Selat Bali dan Samudera Hindia jauh lebih rendah lagi.

Perbedaan ketinggian elevasi muka laut tersebut menyebabkan aliran air laut dari arah Laut Bali menuju Samudera Hindia melewati perairan Gilimanuk. Aliran air laut tersebut yang kemudian disebut sebagai arus.

Lebih lanjut Widodo menjelaskan, kondisi Selat Bali memang unik dilihat dari sisi hidro-oseanografi. Selat Bali sisi utara jauh lebih sempit daripada sisi selatan yang sangat lebar. Sisi selatan Selat Bali langsung berbatasan dengan Samudera Hindia, sedangkan sisi utara berbatasan dengan Laut Bali.