Brilio.net - Benteng pertahanan terakhir ISIS di Baghouz, Suriah, telah berhasil ditaklukkan, demikian klaim Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang disokong oleh koalisi Amerika Serikat. Kabarnya penaklukan tersebut menandai akhir dari kekhalifahan ISIS yang sempat membentang di sepertiga wilayah Irak dan Suriah.

Dilansir dari merdeka.com, Selasa (25/6) Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu pada November 2018 mengungkapkan sekitar 700 WNI tergabung menjadi pejuang ISIS. Mereka juga membawa keluarganya menyeberang ke Suriah saat bergabung dengan ISIS.

Namun kini mereka yang bergabung dengan pejuang ISIS mengaku ingin kembali ke Indonesia. Seperti yang diketahui bahwa sebelumnya sudah ada puluhan mantan pengikut ISIS yang telah kembali ke Indonesia lebih dulu.

Mereka yang sudah kembali membeberkan sejumlah hal yang mengejutkan selama berada di basis ISIS. Bagaimana penuturan mereka? 

1. Kejam dan jauh dari nilai Islam

merdeka.com © 2019 brilio.net

foto: merdeka.com

Pada tahun 2017 silam Nurshandrina dipulangkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dari Erbil, Irak. Nurshandrina sempat memberikan kesaksian bagaimana kehidupannya di daerah yang dikuasi ISIS. Di sana tak seperti bayangannya tentang kehidupan yang Islami.

"Jauh banget dari apa yang mereka katakan di internet. Banyak yang berantem. Kalau berantem itu sampai lempar-lemparan pisau. Katanya sesama Muslim bersaudara, tapi kok seperti itu?" kata dia.

Tak hanya itu saja, para wanitanya kerap melempar fitnah dan bergosip. Sangat jauh dari nilai-nilai ajaran Islam. Bahkan perlakukan ISIS dinilai sangat kejam. Dia melihat kepala orang yang sudah dieksekusi dijadikan mainan bola oleh anak-anak. Penjaga membiarkan kejadian itu.

"Saya sampai mual melihatnya," kata dia.

Mereka juga gampang memusyrikan seseorang. Jika tak sama, langsung dianggap kafir. Harga nyawa sangat murah di sana.

2. Doyan kawin-cerai

merdeka.com © 2019 brilio.net

foto: merdeka.com

Mantan ISIS lainnya, Djoko mengaku ia datang ke Suriah kerana dijanjikan kehidupan yang Islami di mana sekolah dan pendidikan bermutu diberikan secara gratis. Padahal Djoko sendiri merupakan PNS di Batam, ia memiliki jabatan tinggi. Secara ekonomi, kehidupannya di Indonesia sangat terjamin.

Namun ntah bagaimana ia membawa serta keluarganya pergi ke Suriah. Namun sayang, apa yang diharapkan tak ia dapatkan di sana. Tak ada kehidupan dan sekolah gratis. Para pejuang ISIS hanya memikirkan menikah.

"Banyak yang datang ke saya. Sampai mereka tanya anak saya yang kecil kapan datang haidnya?" ujarnya.

Difansa, seorang wanita lain yang kapok bergabung dengan ISIS menyebut fokus para pejuang ISIS cuma kekuasaan, ghanimah (rampasan perang) dan wanita.

"Mereka menyebutnya jihad nikah. Menikah seperti berlomba-lomba," kata wanita ini.

Biasanya mereka menikah hingga empat kali, lalu bercerai. Setelah itu menikah lagi dan difasilitasi oleh ISIS. Tak ada kehidupan madani seperti yang dijanjikan ISIS.

"Bohong semua itu," kata Difansa.

3. Surga palsu di Suriah

merdeka.com © 2019 brilio.net

foto: merdeka.com

Nur Dhania baru berusia 15 tahun ketika dia terpikat propaganda ISIS hingga memutuskan berangkat ke Suriah pada 2015. Nur Dhania mengaku ia mendapatkan informasi mengenai ISIS melalui media sosial.

Begitu dirinya tiba di Suriah, ia langsung menyadari bahwa langkahnya sudah keliru. Padahal sebelumnya ia sudah meyakinkan keluarganya untuk bergabung dengan ISIS. Bahkan tak tanggung-tanggung, ada sekitar 26 orang yang ikut, hingga nenek dan paman-pamannya ikut.

Menurut Nur, perempuan dewasa dan anak-anak ditempatkan di asrama yang sangat kotor. Bahkan tak jarang mereka cekcok fisik dan perselisihan sesama penguhuni lainnya. Sering pula terjadi pencurian.

Para kombatan ISIS secara teratur datang ke asrama ini dan meminta Nur Dhania, saudara perempuannya dan wanita remaja lainnya untuk menikah. Tapi dia selalu menolak.

Mereka yang berharap menemukan surga di Raqqa, hanya dalam setahun, menemukan kondisi keluarganya sudah berantakan.

Neneknya meninggal karena sakit. Seorang pamannya terbunuh dalam serangan udara. Yang lainnya menghilang secara bersamaan. 17 Anggota keluarganya yang selamat akhirnya memutuskan melarikan diri dari sana.