Brilio.net - Tragedi Tsunami yang dialami oleh Band Seventeen pada 23 Desember 2018 lalu di Banten memang mengisahkan luka mendalam. Tak hanya bagi keluarga, tapi juga bagi satu-satunya personil band yang selamat, Ifan Seventeen.

Tragedi tersebut tak hanya membuat dirinya trauma, tapi ia harus kehilangan tiga rekannya di Seventeen yakni Bani, Andi dan Herman, satu kru Seventeen, termasuk istri tercinta, Dylan Sahara yang meninggal dunia akibat terjangan ombak Tsunami.

Kisah tersebut pun akan diangkat ke dalam layar lebar berjudul Kemarin. Film produksi Mahakarya Pictures bersama Mahaka Integra Radio akan mengisahkan tentang dokumenter perjalanan karier Seventeen dari awal hingga hari terakhir Band Seventeen manggung di Tanjung Lesung, Banten.

Perwakilan dari Mahakarya Pictures, Dendi Reynando mengatakan bahwa pada dua minggu sebelum peristiwa tsunami yaitu pada 13 Desember 2018 Seventeen bersama management sempat melakukan meeting tentang rencana pembuatan film dokumenter. Setelah itu Seventeen pun sibuk dengan kontrak kerja yang berturut-turut hingga tahun baru.

Namun suratan berkata lain, tepat pada 22 Desember 2018 saat Seventeen mengisi acara gathering, tsunami datang. Tak ada rencana yang terbersit untuk Seventeen saat itu. Namun sebulan tepat setelah tsunami, kamera milik almarhum Andi diketemukan. Dalam kamera tersebut tersimpan semua kenangan terakhir Seventeen di Tanjung Lesung. Dari H-1 tsunami hingga saat Seventeen di atas panggung bahkan ketika tsunami menerjang di lagu kedua mereka tampil.

"Persis sebulan setelah kejadian, yaitu 22 Januari 2019 ada kamera yang selama ini kita cari-cari. Itu kamera Andi yang emang suka vlog. Kamera itu sempat kita cari tapi enggak ketemu, tapi setelah itu dapet kamera dari salah satu tim kita, nemuin kameranya rusak tapi memori cardnya masih bisa," ujar Dendi saat konfrensi pers peluncuran teaser film Kemarin di Jakarta, Selasa (29/10).

Dendi mengaku ketika memutar semua video tersebut, ia dan pihaknya sangat sedih dan berkaca-kaca. "Pas kita liat semua videonya, di sana kita sempet berkaca-kaca karena ada video yang tiga jam sebelum kehadian. Pokoknya foto dan dokumentasi itu ngerecord sampai lagu pertama Seventeen manggung," jelasnya.

Setelah melihat semua video yang ditemui, pihaknya pun langsung melanjutkan pembuatan film dokumenter tersebut.

"Kita sebelumnya sudah punya video sebanyak 55 jam. Lalu menelpon Upie Guava untuk menyampaikan rencana ini. Upie sangat tertarik dan merasa terhormat mendapat kesempatan ini," kata Dendi.

Sementara itu, Ifan mengatakan meskipun dirinya sempat shock dengan melihat footage video dari kamera milik almarhum Andi, namun ia berharap masyarakat bisa melihat perjuangan Seventeen dari awal hingga musibah tersebut.

"Ada banyak video yang belum pernah aku lihat. Agak-agak shock sih, tapi semoga masyarakat Indonesia yang tadinya biasa mendengarkan lagu Seventeen bisa tau apa yang kita bangun sama-sama. Ini kaya penghargaan, bisa ditunjukin ke anak-anak sahabat saya, bisa melihat bahwa ini perjuangan bapak-bapak kalian," tutupnya.