Keenan Nasution adalah sosok yang tak bisa dipisahkan dari sejarah musik Indonesia. Sebagai pencipta lagu 'Nuansa Bening', ia telah memberikan warna yang khas dalam industri musik Tanah Air. Lagu ini, yang dinyanyikan ulang oleh banyak penyanyi, termasuk Vidi Aldiano, tetap menjadi favorit di berbagai generasi.

Nama Keenan Nasution kembali naik pamor. Keenan disebut menolak pemberian uang Rp50 juta pemberian manajemen Vidi.  Protesnya terhadap manajemen tersebut muncul karena ia merasa haknya sebagai pencipta lagu tidak dipenuhi dengan baik. 

"Saya baru ketemu manajernya itu di tahun 2024, (datang) ke rumah saya bawa Rp 50 juta, 'Ini tanda terima kasih', kalau kayak begitu, menurut saya gak bener juga," kata Keenan Nasution dikutip dari merdeka.com pada Selasa (18/2).

Keenan Nasution bukanlah sosok baru di industri musik. Ia sudah malang melintang di industri musik. Menarik untuk mengulik perjalanan karier Keenan Nasution, seperti dikumpulkan brilio.net dari berbagai sumber, Selasa (18/2). 

Perjalanan musik Keenan Nasution

Keenan Nasution memulai perjalanan musiknya sejak usia muda dengan menunjukkan bakat bermain berbagai alat musik. Seperti dilaporkan majalah Aktuil di situs museummusikindonesia.id, ia bergabung dengan band Sabda Nada pada 1966 bersama saudara dan teman-temannya.

Band ini kemudian berkembang menjadi Gipsy pada 1969, yang dikenal sebagai pelopor musik progresif di Indonesia.
Tahun 1972 menjadi momentum penting bagi Keenan dan rekan-rekannya di Gipsy ketika mereka mendapat kesempatan tampil di Manhattan, Amerika Serikat.

Mereka mengisi acara hiburan di restoran Ramayana hingga tahun 1975, sebuah pengalaman yang memperluas wawasan bermusik mereka sebelum kembali ke Indonesia. Sekembalinya ke Tanah Air, Keenan berkolaborasi dengan Guruh Soekarnoputra dalam proyek Guruh Gipsy.

Kolaborasi ini menghasilkan album eksperimental yang menggabungkan unsur musik tradisional Indonesia dengan musik rock progresif Barat, yang hingga kini dianggap sebagai salah satu album terbaik dalam sejarah musik Indonesia. Menurut godblessrockstore.com, Keenan sempat bergabung dengan grup hard rock legendaris God Bless bersama saudara-saudaranya, Oding dan Debby Nasution.

Meski hanya sebentar, ia kemudian membentuk Badai Band pada 1975 bersama Chrisye, Fariz RM, Yockie Suryoprayogo, Roni Harahap, dan Guruh Soekarnoputra. Meskipun Badai Band tidak merilis album resmi, anggota-anggotanya berkontribusi dalam album-album solo Chrisye, termasuk "Sabda Alam" yang membawa warna baru dalam musik Indonesia.

Kontribusi Keenan dalam industri musik Indonesia berlanjut melalui keterlibatannya dalam proyek Gank Pegangsaan. Band ini berhasil merilis beberapa album seperti "Palestina 1", "Palestina 2", dan "Kerusuhan". Keenan memberikan kontribusi yang signifikan terutama dalam album pertama, yang berhasil mencuri perhatian para pencinta musik Tanah Air.

Cerita di balik lagu Nuansa Bening

Lagu Nuansa Bening awalnya dipopulerkan oleh Keenan Nasution melalui album solonya "Di Batas Angan-Angan" yang dirilis pada tahun 1978. Album tersebut juga memuat hits lainnya seperti "Jamrud Khatulistiwa" dan lagu yang menjadi judul album.

Lagu ini kemudian mendapatkan popularitas baru pada tahun 2008 ketika dinyanyikan ulang oleh Vidi Aldiano dalam album debutnya, yang menjadikan "Nuansa Bening" sebagai salah satu hits terbesar di Indonesia.

Namun, perjalanan lagu ini tidak selalu mulus karena Keenan tidak menerima royalti atas penggunaan lagunya selama bertahun-tahun. Situasi ini mendorongnya untuk menyoroti pentingnya penghargaan terhadap hak pencipta lagu di industri musik, terutama setelah diberlakukannya UU Hak Cipta 2014.

Pada tahun 2024, Keenan dengan tegas menolak tawaran Rp50 juta dari manajemen Vidi Aldiano yang dimaksudkan sebagai ucapan terima kasih atas penggunaan lagu "Nuansa Bening". Bagi Keenan, jumlah tersebut tidak sebanding dengan hak royalti yang seharusnya ia terima selama ini.

Melalui kasus ini, Keenan menekankan bahwa penghargaan terhadap pencipta lagu seharusnya lebih dari sekadar pemberian uang secara sepihak, tetapi harus melibatkan sistem royalti yang transparan dan adil. Ia berharap pengalamannya dapat menjadi pelajaran bagi musisi lain untuk lebih memahami pentingnya kontrak yang jelas dan komunikasi yang baik antara pencipta lagu dan penyanyi.