Brilio.net - Berita duka datang dari dunia selebritis. Penyanyi campursari kondang Didi Kempot meninggal dunia pada Selasa (5/5) pukul 07.45 WIB di Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah.

Penyanyi kelahiran Surakarta tersebut meninggal dunia di usia 53 tahun. Asisten Manajer Humas RS Kasih Ibu, Solo, dr Divan Fernandes, mengatakan Didi Kempot sampai di RS tersebut dalam kondisi henti jantung.

Kabar berpulangnya Didi Kempot ini sontak mengagetkan publik, terlebih bagi para penggemarnya. Dengan demikian pula, kini tak akan ada lagi konser Didi Kempot yang dapat digelar dan ditonton secara live.

Kendati demikian, karya-karya penyanyi berjulukan Godfather of Broken Heart masih dapat dinikmati kapan pun dan di mana saja, baik yang bertema patah hati maupun bukan.

Berkaitan dengan hal tersebut, berikut 10 lagu Didi Kempot yang nggak bikin ambyar, tidak bertema sakit hati seperti biasanya, seperti dilansir brilio.net dari blog Temu Konco pada Selasa (5/5). Sekadar diketahui, blog Temu Konco adalah milik penulis asal Jogja bernama Iwan Pribadi.

 

1. Nanggap Campursari.

Ada kesan kegembiraan yang berlapis-lapis di lagu ini.

 

2. Kuncung.

Meski jika didengar dari liriknya lagu ini menceritakan penderitaan, tetapi karena dibawakan dengan jenaka dan diiringi dengan irama yang riang, maka kesedihan yang tertuang di teks-nya tidak terasa sebagai sesuatu yang menyedihkan layaknya mendengar lagu ambyar.

 

3. Mesti Penak.

Mesti Penak ini bisa dibilang sebagai antitesis dari lagu-lagu ambyar milik Didi Kempot. Lagu ini bercerita tentang seorang pria yang dengan agresif mengajak pasangannya menikah.

 

4. Plong.

Ini adalah salah satu lagu rancak Didi Kempot yang paling akrab di telinga penggemarnya setelah Cucakrowo. Ia berkisah tentang kelegaan seseorang karena telah lepas beban yang selama ini membuatnya pusing, deg-degan, dan kangen.

 

5. Sekonyong-konyong Koder.

Lagu ini bercerita tentang penderitaan seorang pria yang mendadak mati-matian mencintai seorang perempuan penjual lemper super. Meski begitu, penderitaan yang dialami di sini maksudnya bukan karena tidak direstui orangtua ataupun si perempuan menolak, melainkan karena ternyata cinta tersebut tumbuh akibat praktik ilmu pelet yang dilancarkan si perempuan.

 

6. Taman Jurug.

Lirik lagu dengan irama riang ini menceritakan suasana dan keindahan Taman Jurug yang ada di tepi Bengawan Solo, tempat para muda mudi biasa bertemu dan bersuka ria, siang dan malam.

 

7. Kopi Lampung.

Lagu ini bercerita seputar Kopi Lampung dan kegiatan-kegiatan yang mendampingi saat menikmati kopi tersebut.

 

8. Penyiar Radio.

Lagu bertempo lambat ini bercerita tentang kekaguman seseorang pada penyiar radio.

 

9. Pokoke Melu.

Lagu ini menggambarkan betapa si perempuan benar-benar tidak ingin ditinggal oleh si pria. Sifat posesif yang dimiliki oleh si perempuan membuat perempuan tersebut selalu ingin ikut ke manapun perginya si pria.

10. Bungkus Saja.

Dari lirik dan iramanya, lagu ini sama sekali tidak memiliki kesan ambyar. Di lagu ini pula, aliran campursari belum terlalu terasa.