Brilio.net - Kabar duka kembali menyelimuti industri hiburan Tanah Air, khususnya Sobat Ambyar. Penyanyi campursari kondang asal Solo, Didi Kempot, meninggal dunia Selasa (5/5) pukul 07.45 WIB di Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu Solo. Penyanyi yang dijuluki The Godfather of Broken Heart ini meninggal dunia di usia 53 tahun ini diketahui datang ke RS Kasih Ibu pukul 07.25 WIB.

Dikutip dari Wikipedia, Didi Kempot merupakan seorang penyanyi dan penulis lagu campur sari dari Surakarta. Darah seniman rupanya dialirkan orangtuanya. Didi Kempot merupakan putra dari seniman tradisional terkenal, Ranto Edi Gudel yang lebih dikenal dengan Mbah Ranto. Didi Kempot merupakan adik kandung dari Mamiek Prakoso, pelawak senior Srimulat.

Pelawak yang memiliki ciri khas rambut pirang di samping kanan kirinya itu terlebih dulu meninggal dunia pada 2014 lalu saat dirawat di Rumah Sakit Brayat Minulya sekitar pukul 14.35 WIB. Sebelum meninggal, ia bahkan sempat melawak di hadapannya dan adiknya Didi Kempot.

<img style=

foto: Liputan6.com

 

Didi Kempot pun yang sempat menemani sang kakak terkejut saat mengetahui kematian kakaknya. Dirinya mengaku selama ini kakaknya tak pernah mengeluhkan sakit. Baru kali ini mengeluh sakit perut hingga kemudian meninggal. Enam tahun berlalu, kini Didi Kempot menyusul sang kakak.

Publik mengenal Didi Kempot sebagai maestro campursari dan penulis lagu yang populer, ia memulai kariernya sebagai musisi jalanan di kota Surakarta sejak tahun 1984 hingga 1986. Nama panggung Didi Kempot merupakan singkatan dari Kelompok Pengamen Trotoar, grup musik asal Surakarta yang membawa ia hijrah ke Jakarta. Hampir sebagian lagu yang ditulisnya bertemakan patah hati dan kehilangan.

 

<img style=

foto: KapanLagi/Bayu Herdianto

 

Alasan sengaja memilih tema tersebut karena rata-rata orang pernah mengalaminya dan ingin dekat dengan masyarakat, juga menjadi alasan Didi Kempot menggunakan nama-nama tempat sebagai judul atau lirik lagunya.

Kini Didi Kempot banyak diminati oleh kalangan muda dari berbagai daerah yang menyebut diri mereka sebagai Sadboys dan Sadgirls yang tergabung dalam "Sobat Ambyar" dan mendaulat Didi Kempot sebagai "Godfather of Broken Heart" dengan panggilan Lord Didi. Julukan itu berawal dari lagu-lagu Didi Kempot yang hampir semuanya menceritakan tentang kesedihan dan kisah patah hati.

Bermodalkan ukulele dan kendhang, penyanyi kondang Didi Kempot mulai mengamen di kota kelahirannya Surakarta, Jawa Tengah, selama tiga tahun. Selanjutnya, ia mengadu nasib ke Jakarta dari tahun 1987 hingga tahun 1989 setelah menciptakan beberapa lagu. Di Jakarta, ia sempat menitipkan kaset rekaman ke beberapa studio musik di Jakarta.

Setelah beberapa kali gagal, akhirnya Didi Kempot berhasil menarik perhatian label Musica Studio's. Pada tahun 1989, ia pun meluncurkan album pertamanya. Lagu Cidro menjadi salah satu andalan. Sejak tahun 1993, Didi Kempot mulai tampil di luar negeri, yaitu dimulai dari Suriname, Amerika Selatan, kemudian Eropa.

Ia sempat menggarap dan merekam lagu berjudul Layang Kangen di Rotterdam, Belanda pada tahun 1996. Setelah itu, pada tahun 1999, Didi Kempot mengeluarkan salah satu lagunya yang paling legendaris hingga kini, yaitu Stasiun Balapan.

 

<img style=

foto: KapanLagi/Bayu Herdianto

 

Nama Didi Kempot kembali meroket setelah mengeluarkan lagu Kalung Emas pada 2013 lalu. Kemudian, ia mengeluarkan lagu berjudul Suket Teki yang pada tahun 2016 memperoleh apresiasi sangat tinggi dari warga Indonesia.

Hingga kini, Didi Kempot telah menulis sekitar 700 lagu, baik yang dipublikasi maupun tidak. Lagu-lagu tersebut kebanyakan menggunakan Bahasa Jawa dan bertemakan patah hati. Menurut Didi, pemilihan tema tersebut sengaja dilakukan karena akan terasa dekat dengan pendengar yang pasti pernah mengalami apa yang ia tuliskan.

Setidaknya, ada 23 album yang pernah ia keluarkan, termasuk lagu-lagu andalan di dalamnya seperti Sewu Kutha, Stasiun Balapan, Cidro, Tanpa Sliramu, Eling Kowe, hingga Suket Teki. Atas karya-karyanya ini, Didi Kempot telah memperoleh banyak penghargaan, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Penyanyi Terbaik, Anugerah Musik Indonesia 2001

2. Lagu Dangdut Etnik Terbaik, Anugerah Dangdut TPI, 2002

3. Karya Produksi Tradisional Terbaik, Anugerah Musik Indonesia, 2003

4. Karya Produksi Lagu Berbahasa Daerah Terbaik, Anugerah Musik Indonesia, 2010

5. Solo, Duo/Grup Dangdut Berbahasa Daerah, Anugerah Musik Award, 2013

6. Penghargaan Khusus Maestro Campursari, Indonesian Dangdut Award, 2019

Selain itu, ia juga telah berkali-kali dinominasikan dalam berbagai ajang penghargaan.