Brilio.net - Karya ilmiah merupakan sebuah karya tulis yang memiliki keunikan tersendiri. Dimana Karya ilmiah merujuk pada hasil penelitian atau kajian yang dilakukan dengan metode ilmiah dan disusun secara sistematis dalam bentuk tulisan. Karya ilmiah memiliki beberapa karakteristik khusus yang membedakannya dari tulisan biasa. Misalnya menggunakan metode penelitian tertentu dan memiliki sistematika yang jelas dan menggunakan referensi yang valid dan dapat diuji.

Dalam menulis karya ilmiah biasanya menggunakan kata baku. Kata baku merupakan jenis kata yang merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Biasanya penggunaan kata baku pada tulisan-tulisan formal seperti karya ilmiah ini.

Nah contoh penggunaan kata baku dalam karya ilmiah ini dapat memberikan kamu gambaran tentang kata-kata baku yang kerap digunakan dalam karya ilmiah. Berikut contoh penggunaan kata baku dalam karya ilmiah beserta pengertian dan pentingnya penggunaan kata baku dalam karya ilmiah, dihimpun brilio.net dari berbagai sumber pada Jumat (19/5).

Pengertian kata baku dalam karya ilmiah.

Contoh penggunaan kata baku dalam karya ilmiah © 2023 brilio.net

foto: pexels.com

Dalam karya ilmiah, pengertian kata baku mengacu pada penggunaan kata dengan ejaan dan bentuk yang sesuai dengan kaidah bahasa resmi yang ditetapkan oleh lembaga bahasa, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) atau Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Kata baku adalah bentuk kata yang dianggap standar dan sah dalam bahasa Indonesia. Penggunaan kata baku bertujuan untuk menjaga konsistensi dan keseragaman dalam penulisan karya ilmiah agar mudah dipahami dan diakui oleh para pembaca dan komunitas ilmiah.

Dalam karya ilmiah, penting untuk menggunakan kata baku agar penulisan lebih terpercaya dan terhindar dari kesalahan ejaan atau pemahaman yang salah. Selain itu, penggunaan kata baku juga memudahkan pembaca dalam mencari definisi dan makna kata yang digunakan.

Penggunaan kata baku dalam karya ilmiah juga mencakup penggunaan kata yang tepat sesuai dengan bidang atau disiplin ilmu yang sedang dibahas. Misalnya, dalam bidang ilmu kedokteran, penggunaan kata baku untuk istilah-istilah medis sangat penting agar tidak terjadi kebingungan atau salah tafsir.

 

 

Pentingnya penggunaan kata baku dalam karya ilmiah.

Contoh penggunaan kata baku dalam karya ilmiah © 2023 brilio.net

foto: pexels.com

1. Konsistensi.

Penggunaan kata baku dalam karya ilmiah membantu menjaga konsistensi dan keseragaman dalam penulisan. Dengan menggunakan kata baku yang sudah ditetapkan oleh lembaga bahasa resmi, seperti KBBI, penulis dapat menjaga keseragaman dalam penggunaan kata dan menghindari variasi ejaan atau bentuk yang tidak konsisten.

2. Meningkatkan kredibilitas penulisan karya ilmiah.

Penggunaan kata baku dalam karya ilmiah meningkatkan kredibilitas penulisan. Ketika penulis menggunakan kata baku, terutama dalam istilah-istilah teknis atau ilmiah, hal ini menunjukkan pemahaman yang baik terhadap bahasa yang digunakan dalam bidang atau disiplin ilmu yang sedang dibahas. Hal ini memberikan kesan keakuratan dan kredibilitas pada karya ilmiah tersebut.

3. Membantu meningkatkan pemahaman suatu istilah spesifik dalam bidang penulisan.

Penggunaan kata baku juga membantu meningkatkan keterbacaan karya ilmiah. Dengan menggunakan kata baku, penulis memudahkan pembaca untuk memahami dan mengenali kata-kata yang digunakan dalam konteks ilmiah. Pembaca yang terbiasa dengan istilah-istilah yang digunakan dalam bidang ilmu tertentu akan lebih mudah memahami dan mengikuti argumentasi atau penelitian yang disajikan.

4. Membantu pembaca menemukan referensi yang jelas.

Penggunaan kata baku dalam karya ilmiah juga memudahkan pembaca untuk mencari definisi dan makna kata yang digunakan. Ketika penulis menggunakan kata baku yang telah terdaftar dalam kamus atau referensi resmi, pembaca dapat dengan mudah merujuk pada sumber-sumber tersebut untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang kata-kata tersebut.

Dengan memahami dan menerapkan penggunaan kata baku dalam karya ilmiah, penulis dapat meningkatkan kualitas dan kejelasan tulisannya. Penggunaan kata baku membantu memperkuat argumentasi, menjaga konsistensi, dan memberikan kesan kredibilitas yang penting dalam konteks akademik dan ilmiah.

Contoh penggunaan kata baku dalam karya ilmiah.

Contoh penggunaan kata baku dalam karya ilmiah © 2023 brilio.net

foto: pexels.com

A. Contoh penggunaan kata baku dalam karya ilmiah dengan penjelasannya.

1. Metode (bukan metoda): Kata "metode" merupakan bentuk baku untuk merujuk pada cara atau langkah-langkah yang digunakan dalam sebuah penelitian atau studi.

2. Variabel (bukan variabele): Kata "variabel" merujuk pada suatu faktor atau elemen yang dapat berubah dalam sebuah penelitian atau percobaan.

3. Hipotesis (bukan hipotesa): Kata "hipotesis" digunakan untuk merujuk pada dugaan atau asumsi yang diajukan untuk diuji dalam penelitian.

4. Validitas (bukan validitas): Validitas mengacu pada ukuran sejauh mana suatu instrumen pengukuran benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

5. Reliabilitas (bukan reliabilitas): Reliabilitas mengacu pada tingkat konsistensi dan keandalan suatu instrumen pengukuran.

6. Analisis (bukan analisa): Analisis merujuk pada proses memeriksa data dan informasi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam dan temuan yang relevan.

7. Konseptual (bukan konseptual): Konseptual digunakan untuk merujuk pada sesuatu yang terkait dengan konsep atau ide.

8. Literatur (bukan literature): Literatur mengacu pada karya tulis ilmiah yang relevan yang digunakan sebagai dasar penelitian atau referensi.

9. Referensi (bukan referensi): Referensi merujuk pada sumber-sumber yang dikutip dalam sebuah karya ilmiah untuk mendukung argumen atau klaim yang dibuat.

10. Hipotesis nol (bukan hipotesa nol): Hipotesis nol mengacu pada hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan atau perbedaan antara variabel yang diuji.

B. Contoh penggunaan kata baku dalam karya ilmiah dan arti katanya.

11. Teori: Kerangka konseptual yang menjelaskan fenomena atau hubungan yang diamati dalam penelitian.

12. Sampel: Subset dari populasi yang dipilih untuk mewakili populasi dalam penelitian.

13. Populasi: Kelompok lengkap individu, objek, atau peristiwa yang ingin dipelajari dalam penelitian.

14. Variansi: Ukuran statistik yang mengukur sebaran data di sekitar nilai rata-rata.

15. Konsistensi: Tingkat ketepatan dan kestabilan hasil pengukuran atau tes.

16. Reliabilitas: Kemampuan instrumen atau metode pengukuran untuk memberikan hasil yang konsisten.

17. Validitas: Kemampuan instrumen atau metode pengukuran untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

18. Kontradiksi: Keadaan di mana temuan atau hasil penelitian saling bertentangan.

19. Efek: Perubahan yang dihasilkan oleh perlakuan atau manipulasi dalam penelitian.

20. Peningkatan: Kenaikan atau perubahan positif dalam variabel yang diamati.

21. Pengurangan: Penurunan atau perubahan negatif dalam variabel yang diamati.

22. Signifikansi: Tingkat kepercayaan bahwa perbedaan atau hubungan antara variabel dalam penelitian bukanlah kebetulan.

23. Kesimpulan: Ringkasan temuan dan hasil penelitian berdasarkan analisis data.

24. Pengaruh: Dampak atau efek yang dimiliki satu variabel terhadap variabel lainnya.

25. Faktor: Variabel atau elemen yang mempengaruhi hasil atau fenomena yang diamati.

26. Interaksi: Hubungan atau pengaruh timbal balik antara dua variabel dalam penelitian.

27. Korelasi: Hubungan statistik antara dua atau lebih variabel.

28. Skala: Rentang nilai atau ukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel.

29. Indikator: Variabel atau tanda yang digunakan untuk mengukur konsep yang lebih abstrak.

30. Variabel terikat: Variabel dalam penelitian yang nilainya dipengaruhi oleh variabel lain yang disebut variabel bebas.

31. Probabilitas: Ukuran atau angka yang menggambarkan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa.

32. Distribusi: Pola atau penyebaran data dalam kumpulan sampel atau populasi.

33. Statistik: Metode dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan data.

34. Standar deviasi: Ukuran statistik yang menggambarkan sebaran data di sekitar nilai rata-rata.

35. Korelasi parsial: Pengukuran hubungan antara dua variabel setelah mengontrol pengaruh variabel lainnya.

36. Hipotesis alternatif: Pernyataan yang menyatakan bahwa ada hubungan atau perbedaan antara variabel yang diteliti.

37. Inferensi: Proses membuat generalisasi atau kesimpulan tentang populasi berdasarkan sampel yang diambil.

38. Pengujian: Proses statistik untuk menguji kebenaran hipotesis atau pernyataan penelitian.

39. Statistik deskriptif: Metode statistik yang digunakan untuk merangkum, menggambarkan, dan menganalisis data.

40. Pemodelan: Proses pembuatan model matematis yang menggambarkan hubungan antara variabel dalam penelitian.

41. Rancangan eksperimen: Rencana yang terperinci tentang bagaimana eksperimen akan dilakukan dan data akan dikumpulkan.

42. Perbedaan signifikan: Perbedaan antara kelompok yang cukup besar untuk dianggap tidak kebetulan.

43. Konflik: Ketidaksesuaian atau perbedaan antara temuan penelitian yang bertentangan dengan literatur sebelumnya.

44. Rasio: Perbandingan antara dua kuantitas atau ukuran.

45. Regresi logistik: Metode statistik yang digunakan untuk memodelkan hubungan antara variabel dependen biner dan variabel independen.