Brilio.net - Sudah bukan rahasia lagi, dalam beberapa tahun terakhir Electronic Sports (eSports) menjadi perhatian generasi muda. Maklum, dari ajang ini banyak melahirkan pemain-pemain eSports kelas dunia. Selain itu, pendapatan dari permainan berbasis online ini juga cukup menjanjikan.

Apalagi, eSports juga sempat disinggung Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam debat presiden beberapa bulan lalu. Sontak, jenis permainan ini makin membuat penasaran anak muda.

Hanya saja di kalangan masyarakat masih terdapat silang pendapat terkait eSports. Sebagian beranggapan itu bukan olahraga, tapi sebatas video games semata. Malah ada yang cukup ekstrem menganggap eSports sebenarnya hanyalah sebuah cara untuk melegitimasi mereka yang kecanduan game.

eSports © 2019 brilio.net

Memang jika diterjemahkan secara harfiah, eSports bisa jadi memiliki makna olahraga yang dilakukan di dunia maya. Tapi bagaimana mungkin? Tentu saja ini berlawanan dengan makna dari kata tersebut yang sebenarnya berhubungan dengan video games.

Bagi mereka yang kontra, aktivitas bermain video games merupakan kegiatan pasif di mana sang pemain menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar laptop, game console atau sekarang dengan smartphone. Bagaimana bisa eSports dimasukkan ke dalam cabang olahraga?

Sementara untuk mereka yang mendukung, eSports disebut sebagai cabang olahraga karena mengutamakan strategi dan ketahanan fisik saat bertanding. Dalam dunia olahraga eSport bisa masuk dalam kategori motorik halus, layaknya permainan catur. Sementara olahraga pada umumnya merupakan motorik kasar.

Nah ketimbang berkutat pada debat kusir berkepanjangan, ada baiknya kita ulas tanpa berpihak pada pro kontra.

Apa sih sebenarnya eSports itu?

Pertama-tama, yuk mendalami lebih jauh arti dari eSport yang disebut-sebut sebagai cabang olahraga yang menggunakan media game untuk dikompetisikan. Jadi ini tentu jauh berbeda dibanding aktivitas bermain game biasa. Ada unsur kompetisi yang kental di dalam eSports.

Awalnya eSports hanya diminati dan dinikmati kalangan gamers amatir. Namun seiring dengan berjalannya waktu, eSports juga datang dari berbagai kalangan. Bahkan saat ini, event eSports cenderung lebih diramaikan gamers profesional walaupun kompetisi game untuk kaum newbie pun tetap marak.

Turnamen eSport CS:GO & DOTA2 Asia Pasifik siap digelar HP di Jakarta © 2019 brilio.net

Jenis permainan ini mulai booming sejak akhir tahun 2000 hingga tahun 2010. Selama rentang waktu tersebut, ada banyak pertandingan yang dihadiri gamers dari berbagai negara.

Beberapa pertandingan eSport yang cukup mendunia antara lain The International Dota Championship, Evolution Championship Series, League of Legends World Championship, dan Intel Extreme Masters. Beberapa kompetisi eSports tersebut juga banyak yang bersifat annual, alias diselenggarakan setiap tahun.

Hadiah yang diberikan untuk para pemenang pun bisa dibilang sangat besar. Tak jarang, peserta dapat meraup hadiah uang tunai puluhan juta hingga miliaran rupiah Tak mengherankan jika saat ini eSports juga dilirik sebagai salah satu profesi yang diminati kalangan muda.

Begini sejarah eSports

Mungkin sudah banyak yang tahu tentang definisi eSports. Namun ada berapa banyak dari kamu yang mengetahui sejarah dari ajang olahraga gaming ini? Asal-muasal eSports ternyata dari Amerika Serikat. Pada era 1990-an teknologi internet mulai berkembang di negara adidaya tersebut. 

Dengan semakin maraknya penggunaan internet, industri gaming eSports pun mulai menghirup napas kehidupannya yang pertama. Tapi jangan mengira bahwa pertandingan eSports di kala itu se-glamour sekarang. Kompetisi eSport pertama diperkenalkan institut pendidikan Universitas Stanford.

Kala itu, sejumlah murid diundang untuk menghadiri dan berkompetisi di ajang online gaming yang diberi nama ‘Intergalactic Spacewar Olympic’ yang diprakarsai untuk mempromosikan game ‘Spacewar’.

Debut pertama eSports ini bisa dibilang berlangsung sangat lancar dan disambut hangat oleh kalangan siswa pada kala itu. Pemenang mendapatkan satu tahun masa berlangganan majalah Rolling Stone. Kala itu, majalah Rolling Stone memang sedang hits, sehingga tidak heran jika banyak peserta yang antusias mendaftar dan mengikuti pertandingan eSports tersebut.

eSports © 2019 brilio.net

Setelah itu, semakin banyak pertandingan eSports yang bermunculan. Salah satunya yang paling fenomenal adalah kompetisi eSport yang diselenggarakan perusahaan Atari pada 1980 yang dihadiri 10.000 peserta. Kala itu, jumlah peserta berhasil memecahkan rekor sehingga event tersebut diliput majalah Life and Time.

Para peserta kala itu harus bertarung dan memperebutkan posisi juara dengan memainkan video game online ‘Space Invader’. Selain itu pertandingan juga menggunakan genre game lain seperti Quake, Warcrat, dan Counter Strike.

Menginjak tahun 2000, tren eSports pun mulai menyebar ke berbagai negara lain. Salah satu negara yang menyambut tren eSports dengan gegap gempita kala itu adalah Korea Selatan. Bayangkan saja, para atlet pemenang eSports disanjung-sanjung penduduk Negeri Ginseng itu. Bisa dibilang, kepopuleran mereka setara dengan kepopuleran boyband Korea di saat ini. Luar biasa, ya?

eSports vs gaming

Pada hakikatnya, aktivitas eSports memang melibatkan kegiatan bermain game. Bahkan masih banyak masyarakat awam yang mencampuradukkan antara aktivitas gaming biasa dengan kegiatan eSports. Sehingga tak heran, hingga saat ini para atlet eSports masih dipandang sebelah mata. Padahal kedua hal tersebut sangatlah berbeda, lho. Yuk, bongkar lebih jauh perbedaan antara gaming dengan eSports.

Dari segi tujuan

Ya, dilihat dari segi tujuannya saja, eSports dan gaming sudah memiliki arah yang berbeda. Gaming lebih ditujukan untuk kegiatan melepas penat setelah bekerja atau setelah menyelesaikan tugas sekolah.

Kegiatan bermain game di sini menjadi aktivitas pengisi waktu luang. Sedangkan eSports memiliki tujuan yang lebih besar dari itu. Sama seperti para atlet olahraga, atlet eSports pun memiliki tujuan yang jelas, yaitu bermain game untuk berkompetisi dan merebut posisi juara. Jadi tidak heran jika para pegiat eSports cenderung lebih serius dalam menyempurnakan gaming skills mereka.

eSports © 2019 brilio.net

Contohnya seperti menemukan berbagai macam trik untuk menumbangkan lawan secara efisien, membangun strategi yang tepat, dan lain sebagainya. Bahkan percaya tak percaya, atlet eSport juga memiliki waktu training tersendiri, lho.

Tidak hanya berlatih untuk membangun strategi, atlet eSport juga rajin berlatih olahraga untuk membangun stamina yang tangguh. Selain itu, mereka juga mengonsumsi asupan vitamin untuk menambah ketahanan stamina.

Sebuah profesi

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, para atlet eSports benar-benar menuangkan waktu dan tenaga mereka untuk menyempurnakan skill gaming. Ini tentunya sangatlah penting jika mereka ingin mengalahkan lawan dan merebut gelar juara dalam kompetisi.

Dalam mengembangkan skills, tentunya mereka juga melakukan berbagai macam riset untuk menemukan trik yang akan mengantarkan mereka menjadi pemenang. Dibandingkan aktivitas gaming yang umumnya mengeluarkan uang, modal uang yang dikeluarkan para atlet eSports akan kembali dalam jumlah yang lebih banyak jika mereka berhasil memenangkan turnamen. 

Seragam tim

Perbedaan yang paling mencolok adalah,casual gamer tidak memiliki seragam. Lain halnya dengan seorang atlet eSports. Bagi mereka yang berprofesi sebagai atlet, umumnya akan tergabung dalam sebuah tim. Untuk membangun rasa percaya diri, fokus, serta kebersamaan, masing-masing anggota tim akan diberikan baju seragam untuk dikenakan saat bertanding. Rasanya benar-benar tak jauh berbeda dari atlet olahraga fisik, ya?

Manfaat eSports

Ternyata ada banyak sekali keuntungan yang bisa diperoleh dari eSports ini. Apa saja?

Sebagai sarana terbaik melepaskan stres

Siapapun yang menjadi atlet eSports pastinya berangkat dari kecintaannya pada dunia gaming. Sehingga unsur hiburan saat sedang menyusun strategi dalam berlatih game eSports pun tetap ada.

Selama bermain game, para atlet akan dilatih untuk tetap berpikir jernih dan tenang dalam memecahkan level game yang sulit. Efeknya adalah, pemain jadi lebih mudah dalam mengatur emosi.

Tak jarang, aktivitas gaming pun diselingi dengan canda tawa bersama dengan teman satu tim. Selain itu, tak jarang pemain juga akan dihibur dengan kualitas grafis game yang memukau dengan storyline yang kocak.

Memupuk keinginan untuk bersosialisasi

Apakah gamers semuanya merupakan makhluk antisosial? Sepertinya stigma tersebut sudah waktunya dihapuskan. Apalagi jika kamu sudah terjun di bidang eSports.

Karena faktanya, para atlet eSports umumnya memiliki sifat yang ramah dan suka bergaul. Mereka juga tidak segan untuk membantu kawan satu tim-nya memecahkan tingkatan level game yang sulit.

Memupuk solidaritas antara pemain tentunya menjadi hal yang sangat penting. Karena dari teman-teman sesama atlet eSports-lah kamu akan menemukan berbagai macam kiat gaming jitu yang dapat digunakan untuk menyempurnakan strategi bermain.

Melatih gaya hidup sehat

Aktivitas gaming tidak melulu berujung pada obesitas. Malah para pemain eSports umumnya memiliki tubuh yang muscular dan fit! Ini dikarenakan mereka menyadari betul bahwa stamina yang kuat sangatlah dibutuhkan untuk memenangkan pertarungan.

Apalagi karena mereka akan menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar komputer. Sehingga tak mengherankan jika para atlet eSports pun sangat rajin dalam menjaga gaya hidup yang sehat. Mereka menjauhi makanan junk food dan lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran segar. Tentu saja, para atlet ini juga rajin berolahraga. 

Membantu meningkatkan kemampuan problem-solving

Ekosistem eSports © 2019 brilio.net

Bergabung menjadi anggota tim eSport ternyata juga membantu meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah. Problem-solving skill, atau kemampuan untuk menyelesaikan masalah adalah aset utama dari seorang gamer profesional.

Kamu akan memerlukan kemampuan tersebut untuk melewati stage game yang sulit. Untuk melampaui level yang sulit tersebut tentunya kamu akan mengalami trial and error berkali-kali.

Bagi mereka yang gigih, tentu pada akhirnya akan menemukan jalan untuk menyelesaikan level tersebut dengan baik. Kegigihan, kepercayaan diri, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah tersebut merupakan tiga modal utama yang juga dapat kamu aplikasikan di bidang pekerjaan lain.   

Jadi, eSports termasuk olahraga?

Hingga saat ini, perdebatan apakah eSports layak dimasukkan ke dalam cabang olahraga olimpiade pun masih terus berlanjut. Namun faktanya, negara-negara internasional sudah mulai mengakui status baru eSports tersebut lho.

Sebagai bukti, eSports dimasukkan ke dalam cabang olahraga Asian Games di tahun 2018. Walaupun saat itu, E-Sport baru ditampilkan dalam bentuk pertandingan eksibisi. Bahkan, pada pagelaran SEA Games 2019, Manila membuka pertandingan perdana untuk cabang eSports.

Pop Mie e-Sports © 2019 brilio.net

Bisa ditebak, peserta yang mendaftar pun berjumlah jutaan dari berbagai macam negara di Asia Tenggara. Selanjutnya, rencananya di tahun 2020, Tokyo juga akan menyelenggarakan pertandingan eksibisi untuk eSports pada ajang Olimpiade Tokyo mendatang.

Sepertinya, tinggal menghitung waktu saja untuk Indonesia mengikuti jejak negara-negara Asia tersebut membuka cabang eSports di pagelaran olimpiade olahraga lokal maupun internasional.  Bagaimana, tertarikkah kamu menjadi atlet eSports?