konstipasi beserta gejala dan penyebabnya © berbagai sumber foto: Unsplash/Mehrpouya H

Berdasarkan patofisiologis, konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat kelainan organik dan konstipasi fungsional.

1. Konstipasi kelainan organik

Kelainan organik sebagai penyebab konstipasi jarang terjadi, namun tetap harus dipertimbangkan sebagai suatu kelainan yang mendasari kejadian konstipasi. Beberapa kelainan organik yang sering dilaporkan sebagai penyebab konstipasi antara lain kelainan neurologis (penyakit Parkinson, multiple sclerosis, spinal cord lesions, distrofia muskular), endokrin (hipotiroid, diabetes), psikologis (depresi, kesulitan makan), dan obat-obatan (narkotik, antikolinergik).

2. Konstipasi fungsional

Terdapat beberapa istilah yang pernah digunakan untuk mendefinisikan konstipasi fungsional yaitu retensi feses fungsional, konstipasi retentif, dan megakolon psikogenik. Istilah tersebut diberikan karena adanya usaha anak untuk menahan buang air besar akibat adanya rasa takut untuk berdefekasi.

Konstipasi fungsional dapat dikelompokkan menjadi bentuk primer dan sekunder. Konstipasi primer ditegakkan apabila penyebab dasar konstipasi tidak dapat ditentukan. Sedangkan penegakkan konstipasi sekunder dilakukan jika terdapat penyebab dasar dari keluhan tersebut.

Sumber: Endyarni dan Syarif. 2004. Jurnal Sari Pediatri Volume 6 Nomor 2: Konstipasi Fungsional. Jakarta: Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.