Brilio.net - Konstipasi adalah suatu keadaan yang ditandai perubahan konsistensi feses menjadi keras, berukuran besar, terjadinya penurunan frekuensi atau kesulitan defekasi. Konstipasi sering ditandai dengan gejala cemas ketika defekasi karena rasa nyeri pada saat buang air besar. Konstipasi dapat menimbulkan stres berat bagi penderita akibat ketidaknyamanan.

Dalam sebuah penelitian mengenai Hubungan Konsumsi Buah Pepaya dengan Kejadian Konstipasi pada Ibu Hamil di Puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru, di Indonesia terdapat lebih dari 2,5 juta penduduk yang mengalami keluhan konstipasi hingga prevalensinya mencapai sekitar dua persen.

Sedangkan kasus konstipasi yang diderita wanita hamil sekitar 30 persen. Konstipasi memiliki beberapa gejala seperti sulit buang air besar, kembung, dan bentuk fese keras. Nah untuk mengetahui lebih rinci mengenai konstipasi, berikut brilio.net lansir dari berbagai sumber, Kamis (7/7).

 

 

konstipasi beserta gejala dan penyebabnya © berbagai sumber foto: Unsplash/Sasun Bughdaryan

Konstipasi berasal dari bahasa Latin yaitu "constipare" yang memiliki arti bergerombol bersama. Istilah ini menggambarkan mengenai penyusunan sesuatu menjadi bentuk padat. Pada abad ke-16, istilah konstipasi banyak digunakan pada keadaan feses yang terakumulasi di dalam kolon yang berdilatasi.

Konstipasi merupakan keadaan yang sering ditemukan pada anak dan dapat menimbulkan masalah sosial dan psikologis. Konstipasi ditemukan pada tiga pesen anak usia prasekolah dan satu hingga dua persen anak usia sekolah. Semasa usia prasekolah, angka kejadian konstipasi pada anak perempuan dan laki-laki seimbang. Namun, pada usia sekolah, konstipasi lebih sering ditemukan pada anak laki-laki.

Konstipasi juga dapat dimaknai sebagai suatu gejala sulit buang air besar yang ditandai dengan konsistensi feses keras, ukuran besar, dan frekuensi buang air besar.

Gejala konstipasi

konstipasi beserta gejala dan penyebabnya © berbagai sumber foto: Unsplash/Towfiqu barbhuiya

Terdapat beberapa gejala yang sering ditemukan ketika seseorang mengalami masalah konstipasi. Gejala tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengalami kesulitan buang air besar.

2. Perut terasa kembung atau bentuk kotoran keras atau kecil.

3. Terasa nyeri saat buang air besar.

4. Defekasi kurang dari tiga kali dalam satu minggu.

5. Adanya massa feses di abdomen.

Penyebab konstipasi

konstipasi beserta gejala dan penyebabnya © berbagai sumber foto: Unsplash/Towfiqu barbhuiya

Konstipasi atau sembelit dapat terjadi karena beberapa hal di antaranya:

1. Perubahan pola diet atau pola nutrisi, misalnya asupan serta yang tidak adekuat.

2. Mengalami dehidrasi.

3. Pengaruh konsumsi obat-obatan atau sedang menerima pengobatan tertentu.

4. Operasi abdominal atau mengalami stres emosi akut.

5. Kurang latihan fisik atau mobilisasi, psikologi, atau kondisi kurang nyaman.

 

konstipasi beserta gejala dan penyebabnya © berbagai sumber foto: Unsplash/Mehrpouya H

Berdasarkan patofisiologis, konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat kelainan organik dan konstipasi fungsional.

1. Konstipasi kelainan organik

Kelainan organik sebagai penyebab konstipasi jarang terjadi, namun tetap harus dipertimbangkan sebagai suatu kelainan yang mendasari kejadian konstipasi. Beberapa kelainan organik yang sering dilaporkan sebagai penyebab konstipasi antara lain kelainan neurologis (penyakit Parkinson, multiple sclerosis, spinal cord lesions, distrofia muskular), endokrin (hipotiroid, diabetes), psikologis (depresi, kesulitan makan), dan obat-obatan (narkotik, antikolinergik).

2. Konstipasi fungsional

Terdapat beberapa istilah yang pernah digunakan untuk mendefinisikan konstipasi fungsional yaitu retensi feses fungsional, konstipasi retentif, dan megakolon psikogenik. Istilah tersebut diberikan karena adanya usaha anak untuk menahan buang air besar akibat adanya rasa takut untuk berdefekasi.

Konstipasi fungsional dapat dikelompokkan menjadi bentuk primer dan sekunder. Konstipasi primer ditegakkan apabila penyebab dasar konstipasi tidak dapat ditentukan. Sedangkan penegakkan konstipasi sekunder dilakukan jika terdapat penyebab dasar dari keluhan tersebut.

Sumber: Endyarni dan Syarif. 2004. Jurnal Sari Pediatri Volume 6 Nomor 2: Konstipasi Fungsional. Jakarta: Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.