Brilio.net - Duka mendalam masih dirasakan oleh pasangan Irish Bella dan Ammar Zoni. Kedunya putri kembarnya meninggal dunia, Minggu (6/10). Bayi kembar keduanya meninggal di dalam kandungan usia enam bulan.

Salah satu penyebab meninggalnya buah hati pasangan yang menikah April 2019 ini adalah kondisi Twin to Twin Transfusion Syndrome atau TTTS. Di mana salah satu janin mengalami perubahan sistem peredaran darah.

TTTS yang dialami Irish Bella dikarenakan plasenta tidak bisa membagi secara rata asupan gizi pada calon bayi. Sehingga satu plasenta untuk dua bayi malah menimbulkan kondisi plasenta lepas.

Sebenarnya kondisi TTTS memang belum begitu familiar di telinga masyarakat. Kendati demikian, TTTS jadi salah satu risiko yang bisa dialami oleh ibu yang hamil bayi kembar.

Dirangkum brilio.net dari liputan6.com dan berbagai sumber lainnya, berikut fakta-fakta soal TTTS, Rabu (9/10).

 

1. Apa itu Twin to Twin Transfusion Syndrom?

Twin to twin transfusion syndrome merupakan gangguan kehamilan yang membuat dua calon bayi kembar berbagi satu plasenta. Satu plasenta tersebut berfungsi sebagai jaringan penghubung pembuluh darah untuk memasok oksigen dan nutrisi.

Sebagai jaringan penghubung dua calon bayi kembar, TTTS membuat jalur di dalam plasenta. Hanya saja, jalur yang dibuat tidak bisa membagi secara merata oksigen dan nutrisi.

Hal itulah yang membuat TTTS bisa menyebabkan kegagalan organ hingga plasenta lepas seperti yang dialami Irish Bella.

 

2. Penyebab terjadinya TTTS.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan National Organization for Rare Disordes (NORD), menyebutkan penyebab TTTS belum diketahui secara pasti. Namun, kelainan pada pembelahan sel telur ibu bisa menjadi indikasi penyebab TTTS.

Ketidakmampuan plasenta membagi secara merata oksigen dan nustrisi menyebabkan TTTS bisa berakhir fatal. Dengan ketidakmampuan plasenta tersebut akan mendorong perubahan tekanan di dalam rahim. Tekanan tersebut akan menimbulkan kontraksi terus menerus pada rahim.

 

3. Tahapan diagnosa TTTS.

Cara untuk mendiagnosa ibu hamil yang mengalami TTTS adalah dengan cara USG prenatal secara rutin. Dokter biasanya akan mengukur secara rinci volume cairan ketuban, pengisian kandung kemih dan aliran darah yang mengalir ke calon bayi kembar.

Apabila volume cairan ketuban meningkat secara drastis, menyebabkan rongga rahim ikut mengembang lebih cepat. Hal ini berisiko menimbulkan bayi kembar bisa lahir secara prematur.

Menurut penelitian Cincinnati Fetal Center, ada tahapan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis TTTS, antara lain:

Tahap I
Melihat perbedaan volume cairan ketuban di kantung masing-masing janin.

Tahap II
Kandung kemih bayi terlihat lebih kecil saat di USG.

Tahap III
Mengecek aliran darah abnormal melalui tali pusat atau pembuluh janin di sekitar jantung ibu hamil.

Tahap IV
Mengakumulasikan cairan abnormal lebih dari satu rongga tubuh.

Tahap V
Kematian satu atau kedua janin kembar.

 

4. Bahaya dari TTTS.

TTTS dapat membuat ibu hamil merasakan kontraksi tidak normal terus-terusan dari kandungannya. Hal ini disebabkan karena tekanan darah meningkat tajam karena plasenta tidak mampu membagi secara merata oksigen dan nutrisi ke dua calon bayi kembar.

Menurut Vickie Fieldstein, MD dari laman fetus.ucsf.edu, efek bahayanya TTTS adalah kedua bayi kembar akan meninggal dunia. Selain itu, apabila bayi bisa bertahan, akan menimbulkan suatu masalah serius seperti bisa menimbulkan ukuran tubuh dua calon bayi berbeda, kerusakan organ-organ vital hingga mengalami risiko 40% cedera otak.

 

5. Penanganan TTTS.

Menurut Vickie Fieldstein dari laman fetus.ucsf.edu, apabila dokter mendiagnosa ibu hamil mengalami TTTS, maka tindakan yang harus dilakukan adalah operasi.

Operasi ini dilakukan jika memang kondisi TTTS sudah memasuki tahap aliran darah abnormal. Tujuannya untuk menyelamatkan salah satu dari kedua calon bayi.

Dokter akan melakukan tindakan yang bersifat mengobservasi dan pemberian obat. Selain operasi, biasanya dilakukan penanganan lanjutan seperti terus memantau kondisi kehamilan dengan menggunakan ultrasound dan ekokardiografi.

Lalu bisa dilakukan juga pengurangan cairan ketuban agar meningkatkan aliran darah. Kemudian bisa dilakukan prosedur Selective Fetoscopic Laser Photocoagulation (SLFP). SLFP merupakan prosedur membuat sayatan kecil di perut ibu dan memasukkan trocar, sebuah tabung logam kecil ke dalam rahim. Penanganan lanjutan ini didasarkan pada TTTS yang sesuai pantauan dokter.