Saat tim brilio.net sudah duduk di depan meja barista, Pepeng memberikan satu pertanyaan "Mau kopi yang soft atau strong?". Karena tidak suka kopi yang terlalu pekat, akhirnya tim brilio.net memilih racikan yang soft.

Ada alasan tertentu kenapa Pepeng bertanya selera kopi pada customer. Hal tersebut dikarenakan Klinik Kopi tidak menyediakan buku menu. Selain itu, saat kamu datang ke kedai kopi ini, tidak menawarkan cappucino atau latte, seperti coffee shop pada umumnya.

Klinik kopi berbagai sumber

foto: brilio.net/devi aristya putri

Dulu ngurus furniture, kini meracik kopi sedap favorit para artis.

Sembari meracik kopi, Pepeng mulai bercerita mengenai berdirinya Klinik Kopi. Sebelum terjun ke dunia perkopian, Pepeng merupakan seorang pekerja kantoran di bidang furniture. Setelah sekian lama bergulat dengan pekerjaannya itu, ia memutuskan resign. Kemudian barulah ia fokus mendirikan Klinik Kopi yang saat ini menjadi pekerjaan utamanya.

"Dulu kerja kantor di furniture, terus 2013 resign. Terus udah fokus di sini," ujar Pepeng.

Sejak tahun 2013 itu, Pepeng sudah menyeduh kopi ribuan cangkir. Setiap cangkir tidak hanya disajikan bersama obrolan yang asyik saja, namun cita rasanya yang pekat dan enak tentu dibuat dengan racikan pas di lidah.

Tak asal meracik, Pepeng memiliki pengetahuan yang kuat mengenai biji kopi dan cara menyajikan. Ilmu membuat kopi ini didapatkannya secara otodidak. Tidak hanya itu, Pepeng menggunakan metode penyeduhan (brewing) yang dipilih dengan cara mudah dan murah. Hal ini meyakinkan semua orang bahwa kopi ini bisa dimiliki dan dinikmati oleh siapa pun.

Klinik kopi berbagai sumber

foto: brilio.net/devi aristya putri

Di samping itu, tidak adanya gula ataupun cream mematahkan kesan pahit pada secangkir kopi. Hal tersebut dikarenakan Klinik Kopi berfokus pada biji arabika light roasted, yang artinya proses penyangraian biji berlangsung tidak terlalu lama. Dengan begitu, biji kopi tidak gosong dan rasa pahitnya tidak terlalu kuat. Dengan menerapkan proses penyeduhan yang tepat, secangkir kopi bisa menghasilkan rasa manis dan kecut.

"Biji light roasted ini jarang dipakai sama cafe lainnya. Soalnya punya tekstur keras. Jadi bisa ngerusak grinder," jelas Pepeng.

Klinik kopi berbagai sumber

foto: brilio.net/devi aristya putri

Penikmat kopi yang selama ini datang ke Klinik Kopi tidak hanya warga lokal. Kedai kopi ini sudah menjadi salah satu destinasi wajib para wisatawan saat berkunjung ke Jogja.

Tempat kedai kopi yang masuk ke dalam gang ini banyak diketahui dari mulut ke mulut. Selain itu, ada hal unik lainnya yang membuat kedai kopi semakin dikenal yaitu melalui film Ada Apa Dengan Cinta jilid 2 (AADC 2).

Ya, kedai kopi milik Pepeng ini sempat masuk ke dalam salah satu scene film yang dibintangi Dian Sastro dan Nicholas Saputra itu. Bagai ketiban durian runtuh, nasib baik yang diperoleh Pepeng ini berasal dari unggahan seorang pengunjungnya di media sosial. Pengunjung tersebut diketahui kenalan sutradara terkenal yaitu Riri Riza.

"Dari situ, Riri tanya itu di mana? Oh di Jogja ada? Mas Riri langsung Dm 'Halo saya Riri Riza'," kata pria yang saat ditemui brilio.net waktu itu menggunakan pakaian serba hitam.

Mengetahui keberadaan Pepeng yang berada di Jogja, membuat Riri Riza langsung mendatanginya ke kedai. Menurut penuturan Pepeng, ketika Riri Riza datang, keduanya langsung ngobrol mengenai project yang dibuat sang sutradara.

"Peng, nanti kamu ngobrol sama Dian, pas di kamera biar nggak canggung. Langsung ketemu set, ngobrol," ujar Pepeng menirukan penuturan Riri Riza kala itu.

Melalui film AADC 2 itu membuat lingkungan pertemanan Pepeng mulai berkembang. Klinik Kopi kini makin dikenal hingga di kalangan artis, seperti Derby Romero dan Sherina.

"Derby itu hari kedua sampai ke sini lagi karena pengin dilayani personal. Hari pertama aku video kan, 'Mas Peng nanti nggak boleh difoto yah'," ujar Pepeng mengenang pertemuannya dengan bintang film Petualangan Sherina tersebut.