Keberadaan dualisme dalam pengelolaan Goa Cerme menjadi penghambat dari pengembangan objek tersebut. Paijan mengatakan, pihak Pokdarwis sudah melapor kepada instansi terkait seperti Kelurahan dan Dinas Pariwisata Bantul. Sayang, apa yang diharapkan tidak sesuai ekspektasi.

"Sini sudah laporan. Dari dulu sudah diajukan, cuman gitu-gitu aja. Istilahnya nggak cekatan diperbaiki. Alasannya ini milik provinsi," jelas Paijan.

Hampir setiap tahun Pokdarwis mengusulkan perbaikan jalan kepada pemerintah. Bahkan setiap ada pertemuan dengan pemangku kepentingan, mereka akan bertanya soal usulan yang sudah disampaikan. Namun, lagi-lagi belum ada kabar baik dari pihak pemerintah.

"Setiap ini dapat panggilan ke kantor selalu dibahas. Sekarang kok sepi, nggak ada pengunjung, ini jalan perlu perbaikan tapi nggak direspon," terang Paijan.

goa cerme sepi © 2024 brilio.net

foto: Brilio.net/Hapsari Afdilla

Paijan, selaku pemandu susur goa membandingkan data pengunjung wisata saat ini dan sebelum Pandemi. Saat ini jumlah pengunjung yang datang per minggunya tidak menentu, bisa jadi ratusan ataupun puluhan. Sementara sebelum covid, pengunjung yang datang bisa sampai 100 orang per hari.

"(Sebelum pandemi) masih rame. Kadang sehari 100 orang. Tapi semenjak pandemi sepi. Kadang-kadang satu minggu itu 100, kadang 30 orang," ungkapnya.

Paijan juga menambahkan, dalam satu hari dia bisa 10 kali mengantar wisatawan susur Goa Cerme. Namun sekarang bisa kurang dari 5 kali.

"Dulu itu saya capek. Dulu seharian itu lima kali (sampai) 10 kali (antar pengunjung susur goa). Sekarang satu kali udah nggak ada yang muncul lagi," tutur Paijan.

Pernyataan Paijan juga didukung oleh data dari Pariwisata Kabupaten Bantul tahun 2020. Brilio.net merangkum dari pariwisata.bantulkab.go.id, Senin (15/1), jumlah pengunjung pada 2019 mencapai 6.828 orang, sementara 2020 yaitu 645 orang. Penurunan dari 2019 ke 2020 mencapai 10 kali lipat.

goa cerme sepi © 2024 brilio.net

foto: Brilio.net/Hapsari Afdilla

Faktor lain penyebab sepinya pengunjung Goa Cerme dikarenakan menjamurnya tempat wisata di Kabupaten Bantul. Hanya orang-orang tertentu yang biasanya datang ke objek wisata dengan daya tarik goa. Itu sebabnya Goa Cerme termasuk golongan wisata minat khusus.

"Karena Bantul itu kebanyakan wisata, kan tinggal milih kan. Kalau sini kan jalannya aja kayak gitu, mending yang lain. Risiko. Jadi saya bilang wisata minat khusus kan itu. Kalau yang senang di goa ya mungkin ke sini," ujar Paijan.

Menurut Suherman, ada tiga tipe pengunjung wisata Goa Cerme. Pertama, mereka yang datang karena ingin belajar dan melakukan penelitian seperti pelajar. Kedua, mereka yang ingin melakukan perjalanan spiritual seperti bertapa di dalam goa. Dan, ketiga yaitu mereka yang memang senang dan penasaran dengan pemandangan Goa.

goa cerme sepi © 2024 brilio.net

foto: Brilio.net/Hapsari Afdilla

Terlepas dari kekurangan yang dimiliki objek wisata Goa Cerme, tempat ini sebetulnya memiliki banyak keindahan alam yang sulit ditemukan di kota besar. Salah satu keunikan Goa Cerme yaitu keberadaan Sendang Cemethi, sebuah mata air yang diyakini memiliki khasiat ajaib bagi yang mengunjunginya.

Selain bisa mengunjungi sumber mata air, pengunjung dapat menyusuri keindahan di dalam goa yang menyajikan formasi batuan stalaktit dan stalakmit yang unik dan menarik. Berbeda dengan Goa Pindul, di sini penelusuran dilakukan dengan cara berjalan kaki sambil dipandu oleh pemandu wisata.

Goa yang ditemukan pada 1014 ini juga kaya akan sejarah terkandung di dalamnya. Beberapa peninggalan sejarah bisa ditemui di goa yang mulai dijadikan objek wisata sejak 1980-an itu. Salah satunya ialah Watu Kaji, sebuah batu berbentuk labu yang dulunya menjadi tempat duduk Wali Songo untuk bermusyawarah.

goa cerme sepi © 2024 brilio.net

foto: Brilio.net/Hapsari Afdilla

Pengelola Goa Cerme terus berusaha untuk menarik wisatawan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Salah satunya adalah meningkatkan fasilitas agar pengunjung merasa nyaman.

Beberapa fasilitas yang tersedia antara lain toilet umum, musala, warung makan, tempat duduk untuk bersantai, pendopo untuk mengadakan pertemuan, sampai warung makan. Pengelola wisata juga menyiapkan peralatan bagi wisatawan yang ingin susur goa.

"Helm sementara ini Rp 5.000, sepatu boot Rp 10 ribu, dan senter Rp 5.000. Totalnya Rp 20 ribu. Nanti ditambah pengunjung kalau di bawah 15 orang itu Rp 60 ribu, kalau di atas 15 orang itu per orangnya Rp 5.000," kata Paijan.