Brilio.net - Dengan gaung go green yang semakin nyaring, baik di masyarakat maupun industri, tuntutan untuk berinovasi dengan menggunakan sumber yang berkelanjutan menjadi semakin besar, termasuk dalam sektor energi dan ketenagalistrikan.

Banyak negara mulai beralih ke energi terbarukan, termasuk Indonesia dan Malaysia. Indonesia baru saja meningkatkan target produksi listrik dari sumber energi terbarukan menjadi 25 persen di 2025 dari total produksi nasional dan penurunan emisi 30 persen di 2030. Sementara itu, Malaysia sedang mengejar pemenuhan permintaan energi listrik yang diperkirakan mencapai 20.000 MW pada 2020 serta penurunan emisi hingga 40 persen, atau 9 juta ton, pada 2020.

Dengan target yang sama-sama ambisius, tampaknya Indonesia bisa sedikit belajar dari negeri tetangga mengenai program penurunan emisi ini.

Seperti Malaysia, Indonesia masih menggunakan batu bara sebagai sumber listrik terbesar. Sayangnya, pembangkit listrik tenaga batu bara selalu menghasilkan emisi karbon yang besar. Tapi, Malaysia sudah mulai melakukan langkah-langkah untuk menerapkan teknologi tinggi dalam mesin pembangkit listrik mereka, sehingga emisi karbon bisa ditekan.

Pembangkit listrik tenaga batu bara di Manjung milik Tenaga Nasional Berhad (TNB) Malaysia adalah salah satunya, sebagaimana dilansir brilio.net dari laman GE Reports Indonesia, Senin (26/6).

Pembangkit Manjung 4 mampu menghasilkan 1.000 MW cukup untuk melistriki hampir dua juta rumah tangga, menjadikannya unit tunggal terbesar di Asia Tenggara.

GE, sebagai kontraktor EPC (Engineering, Procurement, and Construction) bekerjasama dengan CMC Engineering sebagai mitra konsorsium dalam pembangunan pembangkit listrik.. Pembangkit ini mulai dioperasikan pada April 2015 dan kini pengelolaannya dioperasikan oleh Tenaga Nasional Berhad (TNB).

Dicap sumber karbon, batu bara ternyata bisa dukung go green GE Reports Indonesia


Manjung 4 menggunakan teknologi pembakaran ultra super critical, di mana boiler dapat menghasilkan listrik dengan efisiensi hingga 10 persen lebih tinggi dibandingkan pembangkit listrik tenaga batu bara lainnya. Alhasil, selama dua tahun masa operasinya, Manjung 4 telah berhasil mencapai 94,5 persen dari target produksi listriknya, sehingga TNB mampu memberikan muatan ke grid secara konsisten.

Manjung juga menghasilkan emisi lebih rendah hingga total 20 persen dibandingkan pembangkit listrik batu bara lainnya. Teknologi Seawater Flue Gas Desulfurization (FGD) dari GE mampu menghasilkan pelepasan sulfur dioksida sebesar 200 mg/Nm3 - jauh di bawah standar bank dunia 750 mg/Nm3. Begitu juga dengan produksi nitrogen oksida yang semakin menurun. Bahkan, bila dibandingkan dengan unit-unit di Manjung lainnya, Manjung 4 bisa menekan emisi hingga 70 persen.

Andreas Lusch, CEO GE Steam Power Systems, mengatakan bahwa teknologi seperti ini dapat menjamin relevansi batu bara dalam sektor kelistrikan dunia.

“Dengan membawa solusi yang andal, terjangkau, dan efisien ke pembangkit Manjung 4, kami telah membuktikan bahwa batu bara dapat terus memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan energi yang tumbuh di wilayah ini dengan andal dan berkelanjutan,” ujarnya.

“Manjung 4 merupakan langkah terkini dalam evolusi pembangkit bertenaga batubara dan menunjukkan potensi teknologi yang tinggi untuk menurunkan emisi sambil merespons tuntutan energi yang meningkat di Asia Tenggara.”