Brilio.net - PLTG Senipah adalah pembangkit listrik tenaga gas yang berada di Kalimantan Timur. Beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada bulan Agustus 2011, PLTG Senipah ini mendapatkan PPA-nya.

Hingga kini, PLTG Senipah sendiri sudah bisa membangun banyak fasilitas yang berkaitan untuk penghasil energi listrik, di antaranya adalah transmisi sejauh 42 km, tower yang berjumlah 132, dan 150 kva kapasitas genset.

Tak hanya itu, PLTG Senipah ini juga memberikan suatu kontribusi yang sangat signifikan di daerah Kalimantan Timur, khususnya untuk pengurangan subsidi diesel.

Namun, pada tanggal 9 Juli 2015, terjadi blackout di jaringan Mahakam, yang membuat hampir tiga kota besar di Mahakam mati listrik. Tak berhenti di situ, masalah kemudian muncul ketika blackout selesai. Saat blackout tersebut selesai, justru salah satu engine di PLTG Senipah masih mengalami stuck sehingga tidak bisa dinyalakan, sebagaimana dikutip brilio.net dari gereports.co.id, Sabtu (30/12).

Kemudian, pihak PLTG Senipah ini menyadari adanya Quick Response Centre (QRC), dari situlah pihak PLTG akhirnya mencoba menghubunginya. Nah, via QRC inilah pada akhirnya dengan proses asessment langsung ke sistem PLTG yakni HMI, maka dapat diambil keputusan bahwa akan dilakukan asessment melalui Houston Remote System.

Di HMI ini pihak QRC kemudian melakukan akses langsung ke HMI PLTG. Perlu dicatat, bahwa hanya hitungan menit atau kurang lebih tepatnya 10 hingga 15 menit saja pihak QRC dapat melakukan investigasi dan menemukan titik permasalahannya. Dan dari situ pula QRC melakukan pembetulan, dalam arti engine akhirnya bisa kembali dinyalakan.

Menurut kalkulasi, kemarin saat PLTG ini shutdown atau mesin mati adalah kira-kira selama 5 hari. Jadi selama 5 hari tersebut PLTG bisa dikatakan mengalami kerugian sebanyak USD 1 juta atau kira-kira Rp 13,4 miliar.

Kalau saja pihak PLTG Senipah tersebut justru mendatangkan TA atau Technical Assistant atau men-deliver part, justru hal itu akan memakan waktu kurang lebih 14 hari atau 2 mingggu, dan PLTG pun akan mengalami kerugian hingga sebesar USD 2,8 juta atau setara dengan Rp 37,7 miliar.

Namun dengan bantuan QRC, pihak PLTG hanya membutuhkan 5 hari saja untuk menyelesaikan masalah dan bisa menghemat kira-kita sebanyak USD 1,8 juta atau setara dengan Rp 24,2 miliar.

Pihak PLTG Senipah perlu mengapresiasi khususnya QRC dalam hal percepatan penanganan problem, dan pada akhirnya pihak PLTG mendapatkan solusi, di mana pihak PLTG bisa mempersingkat waktu dalam penanganan problem.