Brilio.net - Gerai makanan atau restoran hot dog di Malaysia diperintahkan untuk mengganti nama produknya jika ingin mendapatkan sertifikasi halal. Departemen Pengembangan Islam Malaysia, sebuah badan pemerintah agama mengatakan seperti itu setelah mendapat banyak keluhan dari wisatawan muslim. Nama produk itu dinilai menyebabkan 'kebingungan' di masyarakat.

"Dalam Islam, anjing dianggap haram dan nama itu tidak sesuai dengan sertifikasi halal," ungkap Direktur Sirajuddin Suhaimee seperti brilio.net kutip dari bbc.com, Kamis (20/10).

Hot dog ganti nama © 2016 bbc.com

Seperti diberitakan media setempat, pedoman makanan halal Malaysia menyebutkan makanan halal dan rasa buatan halal tidak seharusnya dinamakan atau mirip namanya dengan produk non-halal seperti daging ham, bak kut teh, daging bacon, bir, rum dan lainnya yang mungkin membuat bingung.

Hot dog ganti nama © 2016 bbc.com

Pada Senin lalu, toko pretzel paling terkenal Auntie Anne juga telah ditolak sertifikasi halalnya meski namanya Pretzel Dog. Suhaimee menyatakan jika toko itu 'lebih tepat' disebut Pretzel Sausage.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Malaysia Nazri Aziz mengecam keputusan itu. Dia menyebutnya kebijakan yang dikeluarkan tersebut tak masuk akal.

"Hot dog ya hot dog lah. Biarpun dalam bahasa Melayu itu disebut hot dog. Sebutan itu sudah ada sejak lama. Saya muslim dan saya tidak tersinggung," ujarnya kepada wartawan.

Ia juga menambahkan tidak ada alasan untuk badan keagaamaan tersinggung dengan kata itu. Keputusan itu rupanya juga menuai cibiran dan menimbulkan perdebatan di kalangan pengguna media sosial di Malaysia.

"Itu cuma nama, apa harus sesuai dengan halal atau tidak? Muslim harusnya lebih peduli dengan bahan-bahan dan cara membuat makanannya saja," seperti ditulis Eeman Yusof di Facebook.

"Kamu bisa mengandalkan Pemerintah untuk membuat kita terlihat bodoh," kata Matt Razal.

"Toko hewan peliharaan tolong ganti nama anjingmu dengan sosis," ujar netizen lainnya.

Aktivis dan kolumnis Marina Mahathir, yang merupakan putri Mahathir Mohamad juga mengkritik kebijakan dari Departemen Pengembangan Islam. Malaysia sering membanggakan diri karena menjadi bangsa muslim yang moderat, dimana mengizinkan agama lain untuk bebas beribadah. Semoga polemik soal penamaan di negara tetangga ini lekas usai ya?