Brilio.net - Saling ejek antar anak kecil sudah jadi hal yang wajar. Biasanya yang menjadi bahan ejekan di antara mereka adalah soal fisik atau nama orangtua. Meski saling ejek, mereka menganggapnya sebagai bahan candaan dan jarang yang berlanjut sampai ke tindakan bully atau bahkan sampai merenggut nyawa seseorang.

Namun apa yang baru-baru ini dialami seorang anak berusia 7 tahun bernama Jackson Nuiung Awe sungguh memilukan. Bocah asal Malaysia ini harus meregang nyawa setelah dipukuli oleh kakak kelasnya. Insiden tersebut dilaporkan terjadi di Sekolah Kebangsaan Nanga Ibun di Kapit, Sarawak.

Menurut informasi yang dikutip brilio.net dari Worldofbuzz, Senin (28/8), sang ayah yang berprofesi sebagai seorang petani ditelpon oleh pihak sekolah pada tanggal 22 Agustus. Ia terkejut mendengar kabar bahwa sang anak ditemukan tak sadarkan diri di asrama dan di bawa ke rumah sakit Sibu. Kondisinya bahkan semakin memburuk hingga mengalami koma.

anak SD dipukuli © 2017 worldofbuzz.com

Di rumah sakit, para dokter menemukan ada banyak memar di tubuh bocah laki-laki itu dan darah yang menggumpal di otak. Mengetahui hal ini, sang ayahpun kemudian memutuskan untuk mengajukan laporan ke polisi atas dugaan tindakan perudungan atau pembulian di sekolah.

"Hasil pemeriksaan mengungkapkan ada beberapa memar pada kepala dan tubuh anak laki-laki itu. Anak laki-laki tersebut meninggal setelah dua hari dirawat di rumah sakit," kata komisaris polisi Sarawak, Datuk Amer Awal.

Menindaklanjuti laporan sang ayah, polisi akhirnya memanggil seorang anak berusia 12 tahun dari sekolah yang sama.

Penyelidikan awal mengungkapkan bahwa tersangka secara brutal meninju dan menendang anak itu beberapa kali sebelum murid kelas satu tersebut jatuh pingsan. Namun pelaku mengatakan bahwa tindakan brutalnya bukan tanpa alasan. Serangan tersebut dipicu oleh tindakan korban yang mengejek nama dari orangtua pelaku.

"Kami juga akan memanggil kepala sekolah dan guru sekolah untuk memfasilitasi penyelidikan," lanjut Amer.

Karena pelaku adalah anak di bawah umur, dia akan dibebaskan dengan jaminan polisi setelah mendapatkan pernyataannya dicatat sehingga dia dapat mengikuti ujian UPSR yang akan datang.

Kasus ini tentu mengungkapkan fakta betapa kasus perudungan masih menjadi hal umum yang terjadi di sekolah saat ini. Untuk menghindari hal yang sama terjadi lagi di kemudian hari, tentu tak hanya orangtua yang harus ikut serta mencegahnya namun juga tempat anak menuntut ilmu.