Brilio.net - Pendidikan memang masih menjadi sesuatu yang mahal dan belum tentu dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Dalam Undang-undang tertulis dengan jelas bahwa setiap anak Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang baik, tapi pada kenyataannya tidak semua bisa merasakan hal tersebut.

Faktor ekonomi lagi dan lagi memang menjadi masalah yang utama. Perjuangan yang tidak mudah untuk bisa menempuh pendidikan dirasakan oleh Lili (21). Wanita kelahiran Madiun ini harus banting tulang untuk mengenyam bangku sekolah.

Diakui Lili kepada brilio.net melalui layanan story telling bebas pulsa 0800-1-555-999, Jumat (13/11), "Saya merasakan bagaimana untuk sekolah harus bekerja keras, orang tua saya tidak dapat membiayai sekolah saya untuk lanjut SMA dan saya juga tidak ingin putus sekolah, maka tidak ada pilihan lain selain bekerja sambil sekolah," ujarnya.

Lahir dari keluarga yang sederhana tidak pernah membuat wanita ini menyerah, apalagi memutuskan untuk berhenti sekolah. Baginya pendidikan adalah hal yang sangat penting dan patut untuk diperjuangkan. Ayah Lili sedang menderita penyakit yang membuatnya harus istirahat total sehingga yang menjadi tulang punggung keluarga adalah ibunya. Ibunya harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhannya dengan dua orang adiknya, sehingga Lili tidak mungkin rela untuk menambah beban ibunya dengan biaya sekolahnya.

Lulus dari SMP dengan nilai yang memuaskan, Lili dilanda kegalauan waktu itu, ibunya telah melarangnya melanjutkan sekolah dan menyuruhnya untuk bekerja. Lili tidak pernah menyalahkan larangan ibunya itu, sebab dia paham beban berat yang akan ditanggung oleh ibunya jika dia tetap ngotot melanjutkan sekolah.

Akhirnya Lili berpikir keras, sembari mencari kerja, tanpa diketahui oleh ibunya, dia mencoba mendaftarkan diri di salah satu sekolah menengah atas (SMA) yang ada di Madiun. Melihat namanya tertera di antara nama-nama lainnya yang berhasil diterima di salah satu sekolah terbaik itu, dia pun membulatkan tekadnya bahwa dia harus tetap sekolah dan apapun akan dia lakukan untuk itu.

Seminggu Lili masuk sekolah tanpa diketahui ibunya, tapi itu tidak bertahan lama, beberapa hari berikutnya ibunya datang menjemputnya secara paksa di sekolah. "Saya menangis waktu itu, ternyata begini rasanya jadi orang miskin yang untuk sekolah saja susah, ibu menarik saya dan dia bilang kalau kamu ingin sekolah maka biayai dirimu sendiri," lanjutnya.

Lili tahu bahwa menuruti perkataan orangtua adalah kewajiban seorang anak, tapi untuk urusan pendidikan akhirnya Lili tidak mengikuti ucapan ibunya. Dia malah mengambil keputusan untuk tetap melanjutkan pendidikan dengan risiko harus mendapatkan uang untuk segala biaya yang diperlukan. Lili akhirnya menemui ketua yayasan dan meminta keringanan dan memohon untuk diizinkan tinggal di asrama sekolah yang pembayarannya akan dicicil berkala. Syukurlah pihak sekolah mengizinkannya.

Saat waktu luang selain sibuk sekolah, Lili sempatkan untuk bekerja bantu-bantu di toko untuk mendapatkan uang. Bahkan dia rela menjadi asisten rumah tangga mulai di rumah gurunya hingga di rumah pimpinan yayasan sekolahnya. Tanpa malu Lili berjuang demi mengumpulkan biaya sekolah, sibuk bekerja mencari biaya untuk sekolahnya, Lili juga tidak meninggalkan kewajibannya di sekolah bahkan dia tercatat menjadi salah satu siswa berprestasi.

"Saya bekerja dan bangun lebih pagi, saya beres-beres rumah tempat saya bekerja dan kemudian sekolah, pulangnya saya lanjutkan beres-beres rumah lagi dan itu saya lakukan selama tiga tahun," cerita wanita yang kini berprofesi sebagai karyawan swasta.

Tiga tahun Lili banting tulang akhirnya dia berhasil untuk menyelesaikan sekolahnya dengan hasil yang sangat baik. Dia ingin membuktikan kepada ibunya dan orang-orang yang sering meremehkannya bahwa meski dirinya berasal dari keluarga yang tidak berada bukan berarti dia tidak bisa sekolah.

Lulus SMA, kini persoalannya adalah melanjutkan pendidikan kejenjang universitas dan Lili memilih keputusan yang lebih bijak, "Pilihan kembali datang, tapi kali ini saya memilih untuk tidak melanjutkan sekolah, saya memilih bekerja, ibu sudah makin tua dan adik-adik membutuhkan saya, meski saya mungkin tidak akan bisa melanjutkan sekolah, tapi saya tidak ingin adik-adik saya putus sekolah, jadi saya harus bekerja untuk mereka," tandas Lili.

Cerita ini disampaikan Lili melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!