Brilio.net - Keris yang merupakan senjata tradisional saat ini tak terlalu populer di kalangan generasi muda. Seiring dengan menurunnya jumlah pandai besi atau pengrajin keris di Indonesia. Kemajuan teknologi dan semakin modernnya bangsa Indonesia secara tidak langsung ikut ambil andil dalam hal ini.

Mayoritas orang cenderung memilih melakukan profesi lain ketimbang menjadi pengrajin keris. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk sosok Nugraha. Pria asal Yogyakarta ini sudah empat dasawarsa menjadi pengrajin keris dan masih bertahan sampai sekarang.

Nugraha mengatakan, profesi menjadi pengrajin keris ini sudah dilakoninya lebih dari 40 tahun. Pelanggannya tidak hanya lokal Yogyakarta saja akan tetapi pelosok dunia. "Pekerjaan ini sudah turun-temurun di keluarga saya. Saya sendiri sudah 40 tahun melayani banyak pelanggan mulai dari lokal maupun internasional," cerita Nugraha pada brilio.net Senin (31/8).

Nugraha menyebut pelanggannya berasal dari Semarang, Solo, san Surabaya. Bahkan sampai Brunei dan juga Belanda yang bisa mengunjungi Nugraha setiap tahun untuk mempercantik keris mereka.

Nugraha tidak sendiri dalam membuat keris. Dia dibantu oleh dua orang anaknya.  Satu keris yang dia kerjakan, butuh waktu antara 3 minggu sampai 1,5 bulan."Tergantung banyaknya pesanan," kata dia.

Permintaan pelanggan pun beragam. Mulai dari yang menambahkan emas dan berlian sampai membuat ukiran-ukiran tertentu.

Hendra, anak pertama Nugraha menambahkan, dalam membuat keris tidak bisa asal jadi apalagi terburu-buru. Pelanggan pun harus sabar ketika memesan keris. "Prosesnya sebenarnya juga nggak bisa dipaksakan karena ini kan termasuk seni kalau dipaksa suruh bikin nanti jelek," ujarnya

Lebih lanjut Hendra menambahkan dalam membuat keris tidak memerlukan ritual khusus seperti zaman dahulu."Kalau zaman dulu sih ada ritual khusus dan hari pantangan untuk mengukir keris. Tapi kalau sekarang paling hanya ritual tertentu saja," tambah Hendra.