Brilio.net - Jalan hidup orang tak ada yang tahu, termasuk perihal keberuntungan. Setiap orang memiliki keberuntungannya sendiri asal tak pasrah pada keadaan. Hal inilah yang terjadi pada Ina ,nama samaran. Wanita 33 tahun asal Grobogan, Jawa Tengah ini memulai hidupnya sebagai pembantu rumah tangga pada sebuah keluarga yang ternyata kenalan kakaknya.

Ina tak pernah menyangka keputusannya merantau ke Ibukota sejak usia 17 tahun mengubah nasibnya. Ketika pertama kali bekerja, Ina adalah asisten rumah tangga nasib mujur membawanya menjadi staf admin keuangan perusahaan distributor alat kesehatan di Manado, Sulawesi Utara. Kebetulan, pemilik perusahaan adalah majikan Ina ketika masih bekerja sebagai asisten rumah tangga.

Selama menjadi asisten rumah tangga, Ina merasa tak becus mengurus urusan rumah tangga seperti mengepel dan mencuci. Dia lebih sering bermain dengan anak bayi bosnya dan suka membaca. Bahkan Ina lebih tahu cara mengatasi demam si anak ketimbang si baby sitter. Itu sebabnya  Ina dipercaya menjadi baby sitter oleh bosnya. Dari sinilah hidup Ina berubah cerah.

"Saya dipaksa belajar apa pun sama Ibu (baca: bos atau majikan). Baca buku manajemenlah, pola asuh anaklah, dan macam-macam. Awalnya nggak suka, tapi lama-lama justru saya malah pengen belajar banyak. Lima tahun setelah kerja sama Ibu, saya pengen nyetir dan belajar komputer, ya saya kursus pakai uang sendiri. Eh, setelah saya bisa, sama Ibu dikasih uang ganti kursus," ujar Ina kepada brilio.net melalui layanan story telling bebas pulsa ke 0-800-1-555-999, Rabu (6/1).

Selama 10 tahun hidup di Jakarta Barat, suami bosnya yang keluar dari bank mendirikan perusahaan distributor alat kesehatan di Manado. Tawaran kerja lebih dari pembantu datang kepada Ina yang sudah dianggap keluarga oleh bosnya.

Pada 2008, Ina pindah ke Manado. Dua bulan tinggal di Manado, dia tak betah. Ina mengaku sempat merasa stres dengan tugas dan harus beradaptasi dengan tugas-tugas baru. Belum lagi dia harus berkenalan dengan orang baru dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Ina sempat mengadukan perasaannya itu kepada bosnya. "Kalau kamu balik berarti kamu kalah sama tekatmu sebelumnya. Kamu sudah memilih, jadi apa pun itu, ya hadapi," kata Ina menirukan ucapan bosnya. Ina pun bertahan di Manado sampai tujuh tahun, ya sampai sekarang.

Mendapat pekerjaan yang semakin baik, Ina mengaku ada banyak hal yang dia dapatkan. Dari sisi pendapatan,  dia mengaku gajinya sekarang berkali-kali lipat ketimbang masih bekerja sebagai asisten rumah tangga. Bahkan dengan ditambah bonus-bonus perusahaan, dia sudah bisa memberi modal membuat rumah untuk sang bunda di kampung halaman. Sayangnya, sebelum rumah itu terbangun, ibunda berpulang kepada Tuhan pada Oktober 2015 lalu. Tapi Ina sudah berhasil membelikan sawah untuk orangtuanya. Dia juga sudah berinvestasi rumah di Manado.

Selain segi gaji, Ina juga mengalami perubahan dalam lingkup pergaulan dari asisten rumah tangga ke pekerja kantoran. Kendati punya keidupan lebih baik, bukan berarti dia tak mau lagi bergaul dengan teman-teman lamanya. Malahan teman-temannya seringkali merasa minder. "Saya justru protes, yang penting bagi saya itu bisa membawa diri di manapun saya berada," lanjut wanita yang mengaku mengidolakan bintang Korea Bae Yong Jun.

Kesempatan-kesempatan yang dulu bagi Ina hanya mimpi pun sekarang menjadi nyata. Dia bisa liburan ke luar negeri seperti Singapura (2013) dan Hong Kong (2014). Jalan-jalan ini ada yang gratis karena diajak keluarga bos atau disubsidi bersama karyawan kantor yang lain. Bahkan karena dianggap anak sendiri oleh sang bos, Ina bisa jalan-jalan ke Bali saat perayaan  ketika anak tunggal bosnya masuk sekolah menengah di Amerika Serikat. Anak cewek itulah yang pernah diasuh Ina ketika kecil.

Dari kisah hidupnya ini, Ina merasa sangat beruntung dan bersyukur. Itu karena dari dulu dia berprinsip bahwa sekalipun dia memulai pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, tapi dia tak ingin menjadi orang yang biasa saja. Dia ingin bisa menjadi pembantu spesial yang kelak menjadi ibu cerdas bagi anak-anaknya.

"Soalnya kan, saya nggak lulus SMP. Jadi, semakin ke sini ya, saya terus belajar dan kursus kalau mau bisa ngapa-ngapain. Jadi admin keuangan aja saya juga kursus akuntansi, kok. Dan itu semua pakai hasil jerih payah sendiri. Intinya, saya nggak mau hanya menerima nasib. Kita memang nggak bisa milih mau lahir kaya atau miskin, tapi kita masih bisa milih untuk kehidupan ke depan," tandas Ina mengakhiri percakapannya.

Kamu punya cerita inspiratif seperti Ina? Jika punya bagikan ceritamu pada kami.

Cerita ini disampaikan oleh Ina melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!