Brilio.net - Hidup di dalam pesantren memang berbeda jauh dengan kehidupan di luar. Hal ini diungkapkan Arif (bukan nama sebenarnya), yang harus sembunyi-sembunyi ketika menjalin hubungan dengan Laila (bukan nama sebenarnya) di salah satu pesantren di Sumatera.

Bermula dari rasa tertarik Arif pada Laila yang berada dalam satu kelas dengannya di Madrasah Aliyah (MA), Arif mulai sering mengirim salam pada Laila. Awalnya Laila tak banyak menanggapi, tapi Arif tak menyerah hingga mereka duduk di kelas dua.

"Saya sering kirim salam lewat temannya, soalnya anaknya ini pendiam sekali. Sampai naik kelas dua saya masih sering kirim salam," terang Arif kepada brilio.net melalui layanan story telling bebas pulsa ke 0-800-1-555-999, Senin (4/1).

Suatu hari, Laila pulang ke rumahnya dari pesantren karena sakit. Arif pun berinisiatif untuk menelepon Laila. Mulailah mereka banyak mengobrol dan dengan berani Arif mengajak Laila untuk jadian.

"Waktu saya telepon itu, saya ngomong ke dia kalau saya sebenarnya sayang sama dia, tadinya dia ragu waktu saya ajak jadian. Tapi ketika saya yakinkan, akhirnya dia mau juga," kenangnya.

Sejak saat itu mereka mulai menjalin cinta. Mereka sering saling kirim surat dan kadang curi-curi kesempatan SMS-an dan teleponan karena di pesantren tak boleh membawa HP. Mereka juga kadang sembunyi-sembunyi bertemu di tempat-tempat tertentu. Mengejutkannya, enam bulan pacaran Laila minta putus.

"Setelah enam bulan kita jadian, dia ngajak putus, alasannya karena dia mau menghafal Alquran dan nggak mau diganggu dulu. Saya kan waktu itu masih labil, jadi saya belum menerima keputusannya," jelas Arif yang kini menjadi mahasiswa di salah satu sekolah perawat di Sumatera.

Hubungan mereka kemudian sedikit memburuk karena Arif kecewa dengan keputusan Laila tersebut. Tapi, semua berubah ketika pada suatu ketika Arif membelikan cincin untuk Laila.

"Waktu itu saya ke Palembang, terus kebetulan beli cincin untuk dia. Setelah itu, hubungan kami terus membaik," ujarnya.

Lucunya, pada suatu hari di pesantren ada pemeriksaan. Semua barang-barang yang dilarang di pesantren disita. Arif menjadi salah satu santri yang paling banyak disita barangnya seperti HP, rokok, surat, dan celana jins.

"Suatu hari ada pemeriksaan oleh ustaz dan pengurus. HP, surat, rokok, dan celana jins saya disita. Waktu itu HP saya dipegang ustaz, kebetulan HP bunyi, Laila telepon. Saya takut sekali, kalau ketahuan, saya bisa dikeluarkan. Untungnya, Laila nggak menyebutkan nama jadi nggak ketahuan kalau dia anak pesantren situ juga," ungkap dia.

Saat itu, Arif jadi salah satu santri yang harus dibotak karena pelanggaran yang ia buat. Ia bersama teman-temannya yang menjalani hukuman kemudian disuruh berbaris di halaman gedung santri putri.

"Malu banget waktu itu, Laila juga lihat. Tapi, untungnya saya nggak dikeluarkan dari pesantren," imbuh Arif sambil terkekeh.

Cerita ini disampaikan oleh Arif melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!