Jika dilihat di peta, gurun tersebut terlihat seperti perisai yang melindungi bagian barat Arab Saudi yakni dataran tinggi Najd, dan pegunungan Hijaz. Nah, di wilayah barat daya pegunungan Hijaz itulah terdapat daerah bernama Tihamah yang justru memiliki tanah yang subur.

Di sinilah pusat pertanian Arab Saudi. Dimana, iklim dan pegunungan membuat cuaca di daerah ini lebih lembab karena arus angin yang dibawa oleh angin monsun dari Samudera Hindia.

 

Beberapa dataran tinggi di Tihamah kadang diselimuti salju. Seperti puncak gunung Jabal Sauda sebagai puncak tertinggi di negara Arab Saudi.


Keberadaan Oasis Al-Ahsa

Tak punya sungai, bukan berarti Arab Saudi tak punya sumber air. Di wilayah gurun, ada lokasi sumber air yang unik bersama oasis. Tempat ini adalah sumber mata air di tengah-tengah gurun yang gersang.

Oasis dibentuk dari sungai bawah tanah atau akuifer seperti akuifer artesis, dimana air dapat mencapai ke permukaan melalui tekanan secara alami maupun melalui sumur buatan manusia.

Nah, di Arab Saudi, Oasis terbesar adalah Oasis Al-Ahsa, di kota Hofuf. Disini kondisi alam yang relatif hijau dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan bercocok tanam.

Wilayahnya yang subur, dipakai sebagai lahan pertanian dengan mengembangkan beberapa tanaman seperti padi, jagung, sayuran, dan beberapa buah. Salah satu produk pertanian dari daerah ini adalah Beras Hesawi.

Beras tersebut sangat terkenal karena kualitas dan harga mahal. Bahkan, Beras Hesawi punya harga sebesar 50 Riyal atau sekitar Rp 199.500. Wajar jika beras Timur-tengah ini menjadi beras termahal di dunia saat ini.

Nah, keberadaan beras Hesawi inilah yang menjadi bukti kalau daratan Arab Saudi yang dikenal punya iklim panas yang ekstrem tetap bisa dijadikan lahan pertanian di beberapa wilayahnya.