Brilio.net - Setiap umat Islam diperintahkan untuk melakukan perbuatan yang menghasilkan amalan saleh, perbuatan yang disukai dan diridhoi Allah.

Sebagai seorang muslim, penting untuk mengetahui bahwa akhlak adalah salah satu hal yang harus diperhatikan terutama dalam kehidupan bermasyarakat.

Akhlak dalam bahasa Arab berasal dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, perangai, atau tabiat. Secara terminologi, akhlak adalah tingkah laku seseorang yang didorong oleh sesuatu keinginan secara mendasar untuk melakukan suatu perbuatan.

Akhlak terbagi menjadi dua jenis yaitu akhlakul karimah atau akhlak terpuji dan akhlakul mazmumah atau akhlak tercela.

Di antara contoh akhlak mazmumah adalah dusta. Dusta bisa menimpakan bahaya dengan ucapannya.

Dusta ialah mengucap sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan atau mengurangi dan melebih-lebihkannya. Dusta umumnya dilakukan karena ingin mendapatkan keuntungan pribadi yakni dengan menipu orang lain.

Rasulullah bersabda, "Tidaklah ada akhlak yang lebih dibenci oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam daripada dusta." (Shahih, lihat Silsilah ash-Shahihah 2052)

Hukum berdusta.

Dusta termasuk perilaku orang-orang munafik dan perilaku yang dibenci Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang terbiasa dengannya, dia dicatat di sisi Allah sebagai "Kadzdzab" (orang yang banyak berdusta) dan dusta menjerumuskannya ke dalam keburukan.

Berbeda dengan orang senantiasa jujur, maka kejujurannya akan menunjukkan ke jalan-jalan kebaikan, dan dia dicatat di sisi Allah sebagai "Shiddiq" (orang yang jujur).

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda, "Jauhilah oleh kalian dusta, karena dusta menjerumuskan kepada perbuatan dosa, dam perbuatan dosa mejerumuskan kepada Neraka. Dan sesungguhnya seseorang berdusta, dan membiasakan diri dengannya sehingga dicatat di sisi Allah sebagai "Kadzdzab". Dan hedaklah kalian bersikap jujur, karena kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkan kepada Surga. Dan sesungguhnya seorang laki-laki bersikap jujur dan bersungguh-sungguh untuk jujur, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai "Shiddiq"." (Shahih, riwayat Imam al-Bukhari dan imam Muslim dengan sedikit perbedaan redaksi. Lihat Mukhtashar Shahih Muslim 1809, Shahih al-Jami' 4071)

Allah pun memberi ancaman pada orang-orang yang gemar berdusta. Dalam surat Al Jatsiyah ayat 7, Allah berfirman:

hukum berbuat dusta © 2020 brilio.net

Wailul likulli affaakin asiim

Artinya:

"Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa."

Bahaya berdusta dalam Islam.

hukum berbuat dusta © 2020 brilio.net

foto: freepik

Dusta adalah sumber segala keburukan, oleh sebab itu Allah dan Rasulullah mengharamkannya dan mengancam pelakunya dengan berbagai hukuman.

Berikut bahaya-bahaya yang mengintai seseorang yang melakukan dusta;

1. Menyebabkan orang masuk neraka.

Bahaya dusta dalam Islam adalah masuk neraka. Dusta merupakan perbuatan yang zalim karena menipu orang lain dan berisiko menimbulkan salah paham hingga pertengkaran.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda, "Dan sesungguhnya bohong itu akan menunjukkan kepada kezaliman, dan kezaliman itu akan mengantarkan ke arah neraka." (HR. Bukhari muslim)

2. Tidak akan mendapat syafaat dari Rasulullah.

Seseorang yang suka berdusta, maka di akhirat kelak ia tidak akan mendapatkan syafaat dari Rasulullah. Rasulullah tidak pernah berdusta seumur hidupnya, karenanya Nabi tidak akan memberi syafaat pada orang yang suka berdusta.

Rasulullah bersabda, "Sesudahku nanti akan ada pemimpin yang berbuat zalim dan berdusta, siapa yang membenarkan kedustaannya dan membantu kezalimannya maka tidak termasuk golongan dari umat ku dan aku juga tidak termasuk darinya dan ia tidak akan datang ke telaga (yang ada di surga)." (HR. Nasa'i)

3. Membawa pada kemunafikan.

Orang berdusta tandanya ia bukan termasuk golongan orang mukmin, sebagaimana orang kafir terdahulu yang selalu menyebarkan kebohongan untuk mencelakakan umat muslim. Diriwayatkan Malik dari Sofwan bin Sulaim dalam kitab Al Muwatha:

"Ditanyakan kepada Rasulullah SAW: Apakah seorang mukmin bisa menjadi penakut? Nabi menjawab ya. Lalu Nabi ditanya lagi, apakah seorang mukmin isa menjadi bakhil? Nabi menjawab ya. Lalu ditanyakan lagi apakah seorang mukmin bisa menjadi pembohong? Nabi menjawab tidak!"

4. Rezeki yang didapatkan tidak berkah.

Seseorang yang mencari rezeki dengan cara mendustai agama ataupun mendustai orang lain, maka rezeki yang ia dapat tidak akan membawa keberkahan.

Rasulullah bersabda, "Pendapatan seeorang yang terbaik adalah dari jerih payah tangannya." (HR Muslim)

5. Termasuk perbuatan maksiat.

Dusta adalah perbuatan maksiat yang menimbulkan dosa besar, sebab termasuk perbuatan pengkhianatan terhadap kepercayaan orang lain. Orang yang berdusta sama seperti melakukan perbuatan maksiat.

Dalam Alquran surat Al Maidah ayat 42, Allah berfirman:

hukum berbuat dusta © 2020 brilio.net

Sammaa'una lil-kazibi akkaaluna lis-suht, fa in jaa'uka fahkum bainahum au a'rid 'an-hum, wa in tu'rid 'an-hum fa lay yadurruka syai'aa, wa in hakamta fahkum bainahum bil-qist, innallaaha yuhibbul-muqsitiin

Artinya:

"Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil."

6. Masa depan terancam hancur.

Perbuatan dusta berhubungan dengan kepercayaan seseorang. Seseorang yang gemar membohongi dan berdusta, maka masa depannya terancam hancur karena tidak mendapat kepercayaan lagi dari orang lain.

7. Tidak mampu melewati ujian.

Ketika pendusta tengah diuji Allah, maka ia tidak mampu melewati ujian tersebut dan memiliki derajat yang hina di mata Allah.

Dalam Alquran surat Al Ankabut ayat 3, Allah berfirman:

hukum berbuat dusta © 2020 brilio.net

Wa laqad fatannallaziina ming qablihim fa laya'lamannallaahullaziina sadaqu walaya'lamannal-kaazibiin

Artinya:

"Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta."