Brilio.net - Penulis kumpulan puisi yang dijuduli Tidak Ada New York Hari Ini, Aan Mansyur didaulat menjadi pengisi Workshop Puisi dalam perhelatan ASEAN Literary Festival ke-4 tahun 2017 di Kompleks Kota Tua Jakarta. Pria bernama lengkap Martan Aan Mansyur tersebut memaparkan perjumpaan pertamanya dengan puisi.

"Saya terpukau pertama kali dengan puisi setelah lari dari pesantren bertemu Simfoni Dua karya Subagyo Sastrowardoyo. Dia mengatakan sedikit, tapi seolah menceritakan banyak," akunya.

Lebih lanjut, Aan juga membeberkan apa saja yang melandasinya menghasilkan beberapa buku puisi.

aan mansyur ALF  © 2017 brilio.net

foto: brilio.net/Ahada Ramadhana

Nah, berikut pemaparannya seperti yang disampaikan pada Sabtu (5/8) di Aula Museum Seni Rupa dan Keramik sebagaimana diwartakan reporter brilio.net Ahada Ramadhana.

1. Buku puisi 'Cinta yang Marah'.

Merupakan bentuk kemarahannya terhadap kota tempat dia tinggal.

"Ada pertanyaan dari saya kenapa orang kota terlihat semakin jahat. Tetangga saya pagarnya semakin tinggi, apa yang ditakutkan dari saya. Dulu menyapa dengan tersenyum sekarang dia menyapa dengan klakson, apa yang bikin seperti itu?" papar Aan.

Pertanyaan-pertanyaan itu, supaya menjadi sebuah puisi, dia catat semua.

Bahasa dalam puisi tidak teratur, menggambarkan ketidakteraturan tata kota. Menurut Aan, tidak ada kota di Indonesia yang benar-benar tertata dengan indah. Juga, Aan tidak membubuhkan halaman di daftar isi, merupakan gambaran bahwa tidak seorang pun yang bisa berbicara dengan runtut.

2. Buku puisi 'Sebelum Sendiri'.

Sebelum menghasilkan buku ini, selama setahun Aan membaca buku-buku bertema 'How to' atau self help. Dia mencoba melakukan pencarian siapa sebenarnya yang dimaksud 'Aku'.

3. Buku puisi 'Tidak Ada New York Hari Ini'.

"Saya menulis 200 puisi selama 6 bulan, saya pangkas. Karena rangga mesti membukukan yang terbaik," ujar pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 14 Januari 1982 tersebut.

Judul tersebut menggambarkan bahwa diri seseorang berada di suatu tempat tapi pikirannya di tempat lain. Aan belum pernah pergi ke New York. Untuk menyiasatinya, dia beli peta besar kota itu serta mengumpulkan fotografi jalanan. Setiap hari membayangkan tengah menyusuri jalan-jalannya.

"Saya tidak pernah ke New York tapi melakukan itu untuk bisa menggambarkan," tukasnya.

4. Buku puisi 'Perjalanan Lain ke Bulan'.

Di sini, Aan menulis puisi dari tiga sudut pandang. Satu, sudut pandang seorang ibu. Dua, sosok anjing, menggambarkan lelaki yang selingkuh. Tiga, perempuan yang mencintai perempuan lain.