Brilio.net - Roro Jonggrang jadi salah satu cerita rakyat dengan intrik paling menarik. Mengisahkan perjuangan kesatria kejam Bandung Bondowoso mendapatkan cinta Roro Jonggrang yang berakhir tragis.

Dikisahkan, demi menggagalkan usaha Bandung Bondowoso membangun 1.000 candi dalam satu malam, Roro Jonggrang akhirnya dikutuk menjadi patung batu. Hingga saat ini, patung batu tersebut diketahui terletak di wilayah Candi Prambanan dengan sebutan Candi Roro Jonggrang. Nggak heran jika legenda Roro Jonggrang kerap dikaitkan dengan Candi Prambanan.

Bicara tentang Roro Jonggrang, mungkin yang akan langsung tergambar di pikiran adalah sosok putri dan pangeran dengan latar belakang kerajaan tradisional. Tapi pernah terbayang nggak gimana jadinya kalau Roro Jonggrang diceritakan kembali dalam bentuk digital art?

Nggak perlu repot-repot membayangkan, motion graphic artist Isha Hening dan CG artist Izzy, bersama 10 kreator muda terpilih berhasil mewujudkannya lewat HP Mentorship Project season 3. Belum lama ini, brilio.net berkesempatan mewawancarai dua mentor HP Mentorship Project season 3 tersebut untuk tahu lebih jauh proses pembuatan legenda Roro Jonggrang menjadi sebuah instalasi digital art.  

Setelah HP Mentorship Project menerima 2.000 peminat, Isha dan Izzy sebagai mentor kemudian memilih 10 mentees untuk berkolaborasi.

"Kita beneran cek portofolionya satu-satu. Aku sama Izzy, ingin orang-orang yang ikutan emang beneran niat dan bisa dapat benefit juga dari program ini," ujar Isha Hening, motion graphic artist sekaligus Video Jockey (VJ) yang sudah berkarier sejak 2007.

HPinterview istimewa foto: Instagram/@hpindonesia

Setelah proses pemilihan, 10 mentees terpilih dan para mentor memulai proyek yang dilakukan secara virtual. Proses ini bermula dari brainstorming konsep awal, proses pembuatan, hingga persiapan instalasi digital art yang diproyeksikan di Gunung Pancar, Jawa Barat.

"Pertama-tama kita coba telusuri dulu ceritanya (Roro Jonggrang) sebenarnya gimana, sampai sedetail yang kita bisa. Cari tahu sama-sama. Lalu dari situ kita tebang pilih narasinya, karena cerita (Roro Jonggrang) kan besar dan macam-macam (versinya). Jadi kita tebang pilih bagian-bagian yang kita rasa cocok dan bisa kita bikin ulang dengan gaya kita," pungkas pemilik nama asli Yudhistira Israel (VNGNC) tersebut.

HPinterview istimewa foto: HP Inc. Indonesia

Isha menambahkan, dalam proses tebang pilih narasi, mentor dan mentees harus benar-benar menyeleksi bagian cerita dengan bahasa visual yang kuat.

Dikerjakan secara virtual dari rumah masing-masing, ternyata baik Isha, Izzy, dan para mentees tidak menemukan kendala yang berarti. Menurut Isha, bidang yang ia dan Izzy geluti memang lebih bersifat individual. Begitu pula dengan latar belakang para mentees yang membuat mereka terbiasa bekerja sendiri dan melakukan komunikasi secara tidak langsung. Meski begitu, Isha menuturkan, terkadang mereka berharap bisa bertemu langsung ketika harus membahas hal-hal yang bersifat teknis atau koordinasi.

Proses digitalisasi Roro Jonggrang pun tak lepas dari dukungan teknologi canggih HP Creator Series yang ditenagai prosesor Intel dan terdiri dari HP Zbook Firefly, HP Envy 15 dan HP Envy x360.

HPinterview istimewa foto: istimewa

Difasilitasi dengan HP Zbook Firefly, laptop mobile workstation yang powerful, para mentor dapat melakukan sesi mentoring virtual, bekerja mobile seperti saat melakukan projection mapping di Gunung Pancar juga terasa lebih mudah.

"Fungsinya sebagai mobile workstation juga didukung sama baterai tahan lama dan bodi yang ringan," tutur lelaki yang pernah menempuh pendidikan di Amerika Serikat itu.

Nggak cuma berbagi keseruan HP Mentorship Project season 3, Isha dan Izzy juga membeberkan skillset yang perlu dimiliki seorang digital artist.

"Skill yang fundamental sesimpel gambar, komposisi, framing, supaya bisa membantu juga di dalam proses pembuatan suatu karya. Jadi jangan cuma skillnya saja yang diasah tapi senses-nya juga," ungkap perempuan yang mengambil jurusan Seni Rupa semasa kuliah itu.

Kedua mentor HP Mentorship Project season 3 ini juga nggak pelit memberi tips bagi kreator muda yang ingin terjun ke bidang digital art.

Menurut Izzy, penting untuk tidak menunda-nunda dan memperbanyak referensi. Sedangkan Isha menyarankan kreator muda untuk banyak berlatih.

"Kadang ada yang nanya gimana caranya biar bisa jago, ya jawabannya latihan. Nggak ada cara lain. Harus latihan. Belajar juga dari kesalahan," papar Isha.

“Inilah mengapa program seperti HP Mentorship Project penting untuk kreator seperti kami berkembang. Program ini menjadi wadah kreator seperti kami untuk stay connected, berkolaborasi, merealisasikan ide-ide dan juga bertukar pikiran,” tutur Izzy menutup sesi wawancara.

Langsung dari para mentor, itu tadi cerita seru yang terjadi di HP Mentorship Project season 3. Penasaran sama hasil karya kolaborasi Isha Hening, Izzy, dan 10 mentees terpilih?

Yuk tonton langsung bagaimana mereka menceritakan kembali Roro Jonggrang dalam sebuah instalasi digital art di bawah ini.  

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by HP Indonesia (@hpindonesia)