Brilio.net - Lihat kebunku penuh dengan bunga
Ada yang putih dan ada yang merah
Setiap hari ku siram semua
Mawar, melati semuanya indah

Penggalan lirik lagu Kebunku di atas mungkin sudah menemani masa kecil sebagian besar anak Indonesia. Lagu ciptaan Saridjah Niung atau lebih akrab disapa Ibu Sud itu mengajarkan anak-anak untuk menjaga, merawat, dan melestarikan lingkungan alam. Lagu ini juga merepresentasikan kedekatan anak-anak dengan alam sekitar yaitu kebun di rumah.

Namun siapa sangka, lagu anak yang sudah akrab di telinga itu ternyata sangat relevan dengan keadaan saat ini. Aktivitas merawat dan menjaga lingkungan alam seperti berkebun di rumah, kini jadi kegiatan baru yang dilakukan orang di berbagai belahan dunia.

Ya, sejak pandemi corona memaksa orang selalu berada di dalam rumah, banyak yang mulai mencoba berkebun. Pria atau wanita, tua atau muda, orang biasa hingga publik figur, semua tertarik menjajal aktivitas luar ruangan ini.

Berkebun memang bisa membantu melepaskan stres di tengah keadaan tidak menentu akibat pandemi. Kegiatan yang kini jadi tren dunia ini juga punya beragam manfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Mulai dari penyegaran pikiran, menjaga tubuh tetap bugar, hingga mempertajam daya ingat.

Hal ini didukung pernyataan Tim Lang, seorang profesor kebijakan pangan di City University of London, ia mengatakan, kontak langsung secara teratur dengan tanaman, hewan, dan lingkungan alam dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental.

Hasil penelitian dalam jurnal Environmental Health Perspectives juga menunjukkan, orang yang tinggal di lokasi penuh dengan tanaman terbukti memiliki kesehatan mental dan fisik lebih baik.

Punya segudang manfaat dan sangat cocok dilakukan selama pandemi, tak heran jika berkebun semakin digandrungi. Besarnya antusias ini menyebabkan melonjaknya permintaan produk bercocok tanam, seperti tanaman hias, benih sayuran atau bunga, dan pot.

Selain beberapa produk di atas, gardening kit atau paket berkebun merupakan produk primadona yang tak kalah tinggi permintaannya. Produk yang lahir saat berkebun di rumah jadi tren ini penjualannya bak kacang rebus pada malam hari.

Bukan tanpa alasan, paket berkebun menawarkan solusi mudah bagi mereka yang baru mulai menekuni cocok tanam. Bagaimana tidak? Dalam satu paket, kamu sudah bisa mendapat media tanam, benih, dan wadah. Biasanya paket ini juga dilengkapi panduan yang akan mempermudah para pemula.

<img style=

foto: Instagram/@ijoy.yo



Tingginya minat pada paket berkebun bisa dilihat dari menjamurnya akun-akun jualan produk sejenis di Instagram. Tak berbeda jauh dari penjual tanaman hias, para penjual paket berkebun ini juga meraup untung besar selama pandemi.

Memanen untung dari tren berkebun di rumah

Seperti yang dirasakan Sintia, seorang pemilik usaha paket berkebun Ijoy.yo. Mahasiswa fakultas Pertanian itu kecipratan untung berkat usahanya yang laris manis selama masa pandemi. Bisnis yang dirintis sejak Mei 2020 itu awal mulanya merupakan tugas pengganti magang di kuliah.

"Karena di masa pandemi, dari jurusan aku itu tidak menyarankan melakukan kegiatan magang secara offline di perusahaan. Jadi, dari jurusanku itu memiliki beberapa opsi sebagai pengganti magang. Salah satunya itu kewirausahaan. Karena jurusanku itu agribisnis, jadi harus selinier dengan jurusan, yaitu di bidang pertanian. Kemudian di awal pandemi, aku juga lagi asik-asiknya berkebun di rumah. Akhirnya ide itu muncul dari hobi baruku itu," jelas Sintia saat dihubungi brilio.net, Kamis (19/11).

Pemilik nama lengkap Sintia Fauzia itu mengaku, paket berkebun miliknya menggabungkan dua tren yang punya banyak peminat, yaitu berkebun dan hampers atau parsel. Tujuannya agar selain bisa digunakan secara pribadi, produk yang dibanderol Rp 16 ribu per boks ini juga bisa berfungsi sebagai kado.

<img style=

foto: Instagram/@ijoy.yo

 

Bermodal riset sederhana dan promosi lewat akun Instagram pribadi, Sintia berhasil menjual 10 boks paket simpel berkebun ketika pertama kali rilis. Saat itu, pembeli datang dari teman-temannya.

Setiap bulan penjualan terus meningkat berkat promosi dari mulut ke mulut dan di media sosial, terutama Instagram Story. Bahkan kini paket berkebun Ijoy.yo sudah terjual ke berbagai wilayah di Indonesia, seperti Sumatera dan Kalimantan.

"Dari yang awalnya itu baru ratusan ribu, alhamdulillah sekarang bisa jutaan rupiah. Per bulan itu (penjualan) selalu meningkat," ujar mahasiswi Universitas Brawijaya tersebut.

Paket berkebun jadi alternatif kado hits pada masa pandemi

Menurut Sintia, meningkatnya penjualan terjadi karena banyak yang menjadikan paket simpel berkebun Ijoy.yo sebagai goody bag. Cewek 21 tahun ini juga sengaja mematok minimal pemesanan jika membeli sebagai goody bag.

"Untuk saat ini, karena banyak yang (membeli sebagai) goody bag ya mbak, jadi bisa sekitar 100 sampai 200-an per bulan, dan angkanya terus meningkat," imbuh Sintia.

 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Paket berkebun murah 16.000 (@ijoy.yo)

 

Membangun bisnis seorang diri yang kemudian dibantu tetangganya, masing-masing barang dalam paket simpel berkebun didapatkan Sintia dari beberapa agen pemasok berskala besar. Sedangkan untuk kertas panduan, ia desain sendiri.

Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui jadi peribahasa yang tepat bagi cewek asal Magetan, Jawa Timur tersebut. Tak hanya menyelesaikan tugas kuliah, Sintia juga mendapat 'bonus'. Lewat Ijoy.yo, ia bahkan bisa berbagi pengalaman tentang betapa mudah dan menyenangkannya berkebun kepada banyak orang.

Paket berkebun dan benih jadi primadona

Selain Sintia, keuntungan juga dirasakan Zare Indonesia. Komunitas yang berfokus pada penjualan produk dan edukasi pertanian ini mulai memasarkan paket berkebun bertajuk growing kit pada akhir Maret 2020.

Growing kit muncul untuk memenuhi permintaan teman Zare sebutan anggota Zare Indonesia yang ingin memulai bercocok tanam dengan mudah. Bukan hanya itu, growing kit juga merupakan bentuk inovasi Zare Indonesia untuk menyiasati pandemi. Karena sebelum dimulainya PSBB serentak, komunitas yang berbasis di Yogyakarta ini akan menyediakan lahan untuk berkebun langsung.

"Sebelum ada PSBB, kita sebenarnya sudah menyiapkan lahan yang nanti hasilnya itu memang boleh buat umum. Pengennya tuh nanti kita punya kebun pangan yang bisa diakses semua orang," ungkap Tia, marketing Zare Indonesia saat dihubungi brilio.net, Kamis (19/11).

<img style=

foto: Instagram/@zareindonesia

 

Produk yang terdiri dari media tanam, pot berukuran besar, dan enam jenis benih berbeda ini dijual dengan harga Rp 50 ribu per paket. Sejak pertama dirilis, growing kit sudah terjual ke sejumlah daerah di Indonesia, seperti Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jakarta. Selain teman Zare dan per orangan, kebanyakan pembeli datang dari komunitas berkebun.

"Pembelinya itu dari komunitas berkebun yang membeli dalam jumlah besar. Terus ada juga seminar dari kampus di era pandemi terus mereka membagikan growing kit sebagai suvenir," jelas Tia.

Menurut cewek 23 tahun itu, tingginya permintaan dari komunitas berkebun membuat growing kit bisa terjual hingga 500 paket pada awal penjualan. Tia juga membeberkan, growing kit dan benih jadi produk paling laris di Zare Indonesia selama masa pandemi.

<img style=

foto: Instagram/@zareindonesia

 

"Sejak awal pandemi dan PSSB besar-besaran ini growing kit memang mengalami lonjakan. Tapi lama-kelamaan benih juga makin diminati. (Penjualan) produk-produk kelengkapan berkebun lain juga meningkat hingga sekitar 50 persen," tutur pemilik nama lengkap Tia Ristiana Dewi itu.

Menariknya, komunitas yang berdiri sejak 2017 ini memberi pendampingan praktik berkebun dari benih sampai panen secara online. Lewat grup WhatsApp, para pembeli bisa saling bertukar pikiran dan bertanya jika menemukan kesulitan saat praktik.

Antusias berkebun secara virtual tetap tinggi

Edukasi pertanian yang jadi bagian penting dari Zare Indonesia ternyata juga mengalami peningkatan saat pandemi. Meski dilakukan secara virtual, workshop-workshop yang digelar tetap mendapat antusias tinggi.

<img style=

foto: Instagram/@zareindonesia

 

"Pas pandemi ini sebenarnya makin banyak peminatnya. Cuma bedanya selama pandemi kita lebih sering melakukan kolaborasi virtual bareng komunitas lain. Jadi, karena yang memperkenalkan Zare lebih banyak, (akhirnya) yang ikutan workshop juga jadi lebih banyak lagi," ujar Tia.

Dari workshop online ini berhasil membuat beberapa orang penasaran untuk langsung main ke kebun Zare yang terletak di Piyungan, Bantul. Meski begitu, Tia menyebutkan jika Zare belum kembali membuka kunjungan ke kebun bagi rombongan dalam jumlah banyak.

Menurut cewek yang bekerja di perusahaan gula di Lampung ini, selama pandemi baru ada satu rombongan berisi enam orang yang mengunjungi kebun untuk belajar langsung.

<img style=

foto: Instagram/@zareindonesia

 

Belum lama ini, Zare bahkan baru mengadakan acara tur kebun virtual bertajuk VIRTUAL TOUR DE FARM sebagai alternatif bagi mereka yang ingin dan penasaran melihat langsung kebun milik Zare.