Brilio.net - Pastinya istilah bucin sudah nggak asing lagi didengar. Banyak orang yang dicap sebagai bucin akibat terlalu cinta dengan pasangan. Tak hanya itu, bucin juga sering dijadikan julukan untuk orang yang dianggap sedang mabuk cinta. Ketika kedua pasangan saling mencintai tanpa mempedulikan keadaan sekitar hingga rela melakukan apa saja untuk satu sama lain, pasti itu akan disebut dengan bucin atau budak cinta.

Akan tetapi nggak selalu bucin salah, karena ketika seseorang mengungkapkan perasaan sayangnya kepada pasangan, bisa jadi ini adalah cara dia menghargai pasangannya. Bucin juga nggak melulu tentang dimabuk asmara, selagi nggak berlebihan hal tersebut sangat wajar. Justru dengan seseorang berani mengutarakan perasaannya kepada pasangan, si kekasih akan merasa lebih diakui.

Bucin memang tidak selalu merugikan orang lain, bahkan bisa menjadi fenomena yang kerap dijumpai bagi pasangan. Namun, tingkat bucin setiap orang bisa berbeda-beda. Jadi jangan sampai karena malu dijuluki bucin, jadi bikin sikap romantis kamu luntur ke pasangan. Apalagi bagi kamu yang telah menjalin hubungan dalam waktu yang lama.

Nah, bagi kamu yang masih penasaran dengan arti bucin, simak penjelasan lengkap mengenai ciri-ciri dan penyebab bucin, dirangkum brilio.net dari berbagai sumber pada Rabu (14/9).

Arti bucin.

Arti bucin © 2022 berbagai sumber

foto: freepik.com

Bucin merupakan singkatan dari 'budak cinta'. Istilah yang populer ini tidak memiliki pengertian di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Hal tersebut dikarenakan bucin hanya dikategorikan sebagai bahasa prokem saja atau istilah gaul di tengah masyarakat.

Berangkat dari kata 'budak' yang digambarkan sebagai seseorang yang selalu menuruti perintah dari majikan atau tuannya. Kamu bisa menggambarkan sosok bucin atau budak cinta ini sebagai seseorang yang rela berkorban dalam bentuk apa saja untuk pasangan yang dicintainya, baik harta, jiwa, maupun raga.

Sikap seperti rela berkorban dan menjadi penurut di hadapan pasangan ini dilakukan untuk menarik perhatian orang yang dicintai. Secara psikologis, hal ini wajar terjadi, terutama di kalangan anak muda yang berada pada fase awal jatuh cinta. Pada fase tersebut, seseorang cenderung lebih melihat sisi positif orang yang disukai dan menganggap kekurangannya sebagai hal yang menarik, lucu serta menggemaskan.

Biasanya momen bucin sering ditemukan pada tiga bulan awal pasangan menjalin hubungan. Meski demikian, jiwa bucin bisa terus ada pada diri seseorang tanpa batasan waktu, bahkan bisa juga dialami oleh seseorang yang tak terikat pada komitmen tapi menyimpan perasaan cinta yang begitu dalam.