Brilio.net - Manusia memiliki kedudukan paling tinggi di dunia, dibanding dengan makhluk-makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Namun kedudukan manusia di hadapan Allah itu berbeda satu dengan lainnya. Tinggi rendahnya kedudukan manusia, dinilai dari keimanannya. Dalam ajaran Islam, terdapat pilar atau tiang agama.

Di dalam Islam ada dua rukun yang berfungsi sebagai pilar ajaran, yakni rukun Islam dan rukun iman. Rukun islam terdiri dari lima poin. Dimana Rukun Islam terdiri dari mengucapkan dua kalimat syahadat, melaksanakan sholat lima waktu sehari semalam, berpuasa di bulan Ramadhan, zakat fitrah, dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.

Dikutip dari laman Kemenag, apabila seseorang melaksanakan dua rukun (Iman dan Islam) tersebut itu sesuai dengan syariat Islam, maka sempurnalah ia menjadi seseorang yang beragama Islam," tutur Babak Haji Moh. Ali kossah selaku Ketua MUI Kabupaten Timor Tengah Utara.

Lantas apa saja dan pengertian, makna dari rukun iman? Berikut penjelasan lengkap mengenai rukun iman dalam Islam, brilio.net rangkum dari berbagai sumber pada Sabtu (25/4).


Pengertian iman.

Rukun iman dalam Islam unplash

foto: pixabay.com


Iman menurut bahasa Arab artinya percaya. Sedangkan menurut Al-Jurjani dalam At-Takrifat, secara bahasa, iman adalah membenarkan dengan hati. Sementara menurut syariat, iman adalah meyakini dengan hati dan mengikrarkan dengan lisan. Adapun 'berdasarkan dalil' artinya keimanan harus dibangun di atas dalil, bukti, dan argumen yang kuat.

Keyakinan dalam hati dan pengakuan lisan itu harus sejalan. Menurut sejumlah ulama, dikutip dari laman Nahdlatul Ulama, perbuatan bukan bagian dari iman. Karena perbuatan itu timbul dari iman itu sendiri. Iman dan Islam itu tidak dapat dipisahkan. Maka dari itu, jika seorang yang mengaku Islam tapi tidak iman, berarti ia tidak akan mendapatkan faedah di akhirat nanti.

Begitu juga sebaliknya, jika ia beriman tetapi tidak Islam, dalam agama Islam menyebutkan ia tidak akan selamat dari siksa neraka yang amat pedih.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwasannya rukun iman terdiri dari enam poin. Rukun iman termasuk pondasinya Islam. Yang tentu saja harus diyakini semua umat, sesuai dengan urutannya yang benar.

1. Iman kepada Allah.

Iman kepada Allah menjadi urutan pertama dan poin terpenting dalam Islam. Allah SWT maha besar, Dia pencipta semua yang ada di alam semesta ini. Dia pula yang menguasai segala isi alam semesta, akhirat, dan lainnya. Tidak ada Tuhan selain Allah SWT, hanya Allah yang maha Esa, tidak ada duanya.

Meyakini Allah tidak hanya melalui kata-kata, tapi juga dibutuhkan bukti. Dari amal perbuatan, melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semua makhluk diwajibkan menyembah Allah, tak hanya manusia semata, melainkan hewan, tumbuhan, jin, hingga malaikat.

2. Iman kepada malaikat.

Allah dalam memberikan tugas untuk mengatur seluruh isi alam, melalui malaikat-malaikatnya. Beriman dan meyakini malaikat sebagai utusan Allah menjadi rukun iman kedua.

Para malaikat bertugas sebagai perantara Allah juga tertuang pada Alquran surah An Nahl ayat 2, yang berarti “Allah menurunkan para malaikat untuk membawa wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Allah kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku”.

3. Iman kepada kitab-kitab-Nya.

Allah menuliskan ajaran-Nya melalui perantara wahyu yang diturunkan lewat malaikat. Wahyu tersebut tertuang pada kitab-kitab ajaran Islam. Kitab itu diturunkan kepada para Rasul, untuk kemudian dilanjutkan ke seluruh umat Islam. Agar dapat diamalkan seluruh umat sampai kiamat kelak.

Kitab-kitab ini sebagai pedoman dan pegangan umat di kala para rasul sudah wafat. Dengan berpedoman teguh pada kitab-kitab Allah, niscaya manusia bisa selamat dari siksa api neraka. Segala pertanyaan dan aturan Islam sudah tertuang di dalam kitab-kitab Allah tersebut. Adapun kitab yang perlu diimanin oleh umat Islam terdiri 4 kitab.

4.  Iman kepada Nabi dan Rasul.

Malaikat Jibril menyampaikan pada Nabi dan Rasul keempat kitab suci, yaitu Taurat, Zabur, Injil dan Al Quran. Kitab Taurat diturunkan pada Nabi Musa, kita Zabur kepada Nabi Daud, kitab Injil kepada Nabi Isa, dan terakhir kitab suci Alquran diturunkan kepada nabi sekaligus Rasul terakhir, yakni Muhammad SAW.

Umat Islam mengimani bahwa ada 25 Nabi yang diyakini. Selain itu, nabi terakhir yang diyakini adalah Nabi Muhmmad SAW.

5. Iman kepada hari akhir.

Umat Islam diwajibkan percaya akan adanya hari akhir atau yang sering disebut dengan kiamat. Di mana setiap harinya, waktu demi waktu, manusia sibuk berurusan dengan urusan dunia. Akhir perjalanan manusia bukanlah kematian, melainkan kiamat itu sendiri.

Di hari akhir nanti, semua manusia akan dikumpulkan. Dibangkitkan bagi mereka yang telah mati. Segala amal perbuatan manusia ditimbang. Di manakah ia layak ditempatkan, surga atau neraka. Tak ada satu orang pun yang akan lolos dari 'timbangan' amal.

Meyakini adanya hari kiamat, maka manusia bisa menjadi lebih baik, mengumpulkan banyak pahala, sebagai saku atau simpanan di hari akhir kelak. Juga, manusia dapat lebih berserah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

6. Iman kepada takdir (Qadha dan Qadar).

Allah memiliki ketetapan, kehendak, dan keputusan atas semua makhluk ciptaan-Nya. Dua kata ini kerap disandingkan jadi satu, karena Qadha dan Qadar memang tidak bisa terpisahkan. Namun menurut arti dan maknanya, dua kata punya perbedaan.

Seperti yang sudah tertuang pada Quran surah Al Hajj ayat 70, yang artinya: “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?, bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.”

- Qadha.

Menurut bahasa, Qadha berarti ketetapan. Sebelum manusia lahir dan sebelum dunia tercipta, Allah sudah punya ketetapan. Dia tuliskan pada kitab Lauh Mahfuz. Baik tentang hidup, kebaikan, keburukan, dan kematian.

- Qadar.

Menurut bahasa, Qadar berarti ketentuan atau kepastian Allah. Sementara berdasarkan istilah, Qadar berarti penentuan yang pasti dan sudah ditetapkan oleh Allah. Termasuk yang sedang terjadi, akan terjadi, dan belum terjadi.

Hubungan Qada dan Qadar tidak bisa dipisahkan, karena Qada merupakan rencana dan Qadar adalah perwujudan atau kenyataan. Dua kata ini juga dikenal sebagai takdir oleh Allah SWT.