Brilio.net - Resensi merupakan tulisan kritis terhadap suatu karya, menyajikan pandangan pribadi yang mencerminkan pemahaman dan penilaian pembaca. Resensi bukan hanya sekadar rangkuman, melainkan pandangan atau analisa terhadap suatu karya. Pada prinsipnya meresensi merupakan kegiatan penilaian seseorang terhadap karya, seperti karya sastra maupun film.

Adapun ciri khas resensi yaitu kritis, objektif, dan informatif. Hal itulah yang membedakan resensi dengan berbagai ulasan lainnya. Seorang penulis resensi tidak hanya memberikan opini subjektif, tetapi juga menyajikan argumentasi yang kokoh untuk mendukung pandangannya. Kemampuan memahami konteks karya dan menyajikannya secara objektif memperkuat kualitas sebuah resensi.

Sementara, struktur resensi biasanya mengikuti pola tertentu, yang pada dasarnya memastikan kejelasan dan keterkaitan tulisan dalam satu resensi. Di mana menulis resensi dimulai dari pengenalan dan gambaran awal, lalu diikuti oleh analisis mendalam tentang berbagai aspek karya seperti kelebihan dan kekurangan, dan diakhiri dengan kesimpulan yang merangkum pandangan penulis.

Nah, supaya lebih paham mengenai teks resensi, kamu harus membaca contoh-contoh teks resensi. Nah, berikut brilio.net rangkum dari berbagai sumber, Jumat (1/11), inilah contoh teks resensi yang bisa kamu baca.

1. Contoh resensi buku pelajaran.

Contoh teks resensi © 2021 brilio.net

foto: pexels.com

Resensi Buku Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX
Identitas karya

- Judul Buku: Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX
- Pengarang: Atikah Anindiya Rini, Suwono, Suhartanto
- Penerbit: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
- Tahun Terbit: Juli, 2008
- Jumlah Halaman: 194 halaman

Intisari karya

Buku pelajaran ini berisi informasi seputar bahasa Indonesia yang bisa dipelajari khusus untuk anak SMP kelas IX. Di dalamnya ada berbagai bentuk kegiatan, seperti memahami dialog interaktif, memahami wacana tulis, menulis iklan, dan meresensi.
Penulis pun juga menambahkan beberapa tugas untuk siswa berupa memusikalisasi puisi, menulis cerpen, pidato, karya ilmiah, surat, memahami novel, serta menanggapi pementasan drama dan membuat teks drama.

Buku ini dikemas sebagai sarana pembagian ilmu oleh guru pada murid dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa SMP. Buku ini cocok untuk memenuhi kebutuhan belajar dan terampil bahasa Indonesia. Isi materinya pun sudah disesuaikan dengan kurikulum terbaru.

Kelebihan Buku

Buku ini disajikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, sehingga siswa bisa belajar sendiri di rumah dengan mudah. Topik-topiknya yang ditulis pun berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga lebih mudah dipahami oleh para siswa. Selain itu, kegiatan yang dianjurkan dalam buku ini sangat menarik sehingga pelajaran bahasa Indonesia menjadi tidak membosankan.

Kekurangan Buku

Buku ini hanya mengajarkan sedikit teori dan lebih banyak menggunakan metode praktik seperti pelatihan dan apresiasi sastra. Alangkah lebih baiknya apabila di dalam buku diberikan sedikit teori, hanya sebagai dasar pengetahuan saja.

Sumber: m.merdeka.com

2. Contoh resensi novel fiksi.

Contoh teks resensi © 2021 brilio.net

foto: pexels.com

Resensi Novel Laskar Pelangi

Identitas karya

- Judul Buku: Laskar Pelangi
- Pengarang: Andrea Hirata
- Penerbit: Bentang Pustaka, Yogyakarta
- Tahun Terbit: 2005
- Jumlah Halaman: 529 halaman

Intisari karya

Laskar pelangi merupakan novel fiksi yang ditulis oleh Andrea Hirata. Novel ini mengisahkan tentang kehidupan 10 anak di Pulau Belitung yang saling bersahabat. Orang tua mereka memiliki profesi yang sama, yaitu penambang timah. Meskipun hidup di tengah kemiskinan, namun mereka memiliki semangat bersekolah yang tinggi.

Keadaan sekolah mereka cukup memprihatinkan dan tidak layak huni. Sempat mendapat teguran dari pemerintah untuk menutup sekolah tersebut karena jumlah muridnya yang sedikit, yaitu hanya 10 orang siswa. Ketika sekolah nyaris ditutup karena pada saat penerimaan peserta didik baru hanya ada 9 orang siswa, Harun datang sehingga sekolah tidak jadi ditutup.

Dalam novel ini, karakter guru yang bernama Ibu Muslimah digambarkan merupakan sosok guru yang penyabar dalam mendidik para siswa. Meskipun beliau hanyalah lulusan SMP, namun beliau memiliki tekad yang kuat untuk mendedikasikan diri di dunia pendidikan.

Kelebihan

Cerita ini mempunyai gaya bahasa yang baik sehingga menjadikan alur ceritanya menarik untuk dibaca. Selain itu, banyak pelajaran hidup yang bisa diambil berdasarkan cerita di dalam novel ini.

Kekurangan

Latar belakang cerita berasal dari daerah terpencil sehingga ada beberapa bahasa yang tidak dimengerti oleh orang awam.

Sumber: m.merdeka.com

3. Contoh resensi buku non fiksi.

Contoh teks resensi © 2021 brilio.net

foto: pexels.com

Resensi Buku Indonesia Rumah Kita: Potret Keberagaman di Rumah Indonesia

Informasi karya

Judul : Indonesia Rumah Kita

Penulis : Ahmad Syafi’i Maarif, Mahfud MD, Benny Susetyo, Alissa Wahid, Faisal Oddang, dkk.

Penerbit : Liputan Enam

Edisi : Pertama, 2019

Tebal : 255 halaman

Intisari karya

Dalam buku ini dihimpun buah pemikiran dari banyak tokoh di negeri ini. Nama-nama pemikir itu juga tidak asing, seperti Buya Syafi’i Maarif, Alissa Wahid, Mahfud MD, Butet Kertaradjasa, dan lain lain. Juga muncul nama-nama sastrawan yang seperti Faisal Oddang dan Linda Christanty. Semuanya ibarat sebuah parlemen sidang, sedang menguatkan keragaman Republik ini dari sudut kepakaran masing-masing.

Boleh disimpulkan bahwa keberagaman yang dipotret dalam banyak tulisan buku ini adalah keelokan ragam budaya dan anomali gesekan akibat keelokan tersebut.

Fokus yang dibahas Agni Malagina adalah potret keberagaman Indonesia dari sepotong kain batik Tiga Negeri. Batik tiga warna yang memadukan pola batik dari Lasem, Pekalongan, dan Solo. Pun tiga warga: merah, biru, dan cokelat sogan. Perpaduan tiga kawasan ini juga yang dijadikan potret betapa cair budaya Indonesia, khususnya batik. Sepotong wastra tersebut mampu mengadopsi khazanah masing-masing daerah. Lebih dari itu Batik Tiga Negeri juga menjadi cawan peleburan atas budaya Nusantara, Tiongkok, dan Belanda.

Tiga ciri warna dipercaya memiliki arti merah getih pitik (merah darah) cerminan tradisi Tionghoa dari Lasem, biru indigo Belanda Pekalongan, dan cokelat sogan yang sarat makna filosofi Jawa (hlm 20).

Selain wastra, negara kita juga kaya akan bahasa daerah. Ini yang dipotret oleh Joni Endardi. Kepala Bidang Pengembangan Strategi Kebahasaan, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kemedikbud ini mengutarakan perihal betapa kayanya bahasa daerah kita.

Sumpah Pemuda memang memproklamirkan bahwa rumpun-rumpun bahasa itu akan menjungjung hormat pada bahasa kesatuan Bahasa Indonesia. Tampak bahwa itu kelak akan menafikan bahasa-bahasa daerah demi unggulnya bahasa persatuan. Namun ternyata, peristiwa paling sastrawi dalam sejarah Indonesia itu--meminjam kalimat Butet Kartarejasa--menyediakan ruang netral untuk saling berinteraksi, tanpa melukai, dan merasa bahasanya lebih tinggi dari bahasa lain.

Endardi membuktikan dengan kosakata malam dan mata saja bisa memunculkan banyak sekali lema dari bahasa daerah. Keberagamaan ini adalah kekayaan linguistik yang bila tidak dirawat dapat musnah dan digerus bahasa-bahasa prokem dan bahasa asing.

Kelebihan
Kebudayaan Indonesia beragam bukan hanya dalam perkara wastra dan bahasa. Beberapa esai dalam buku ini memaparkan pundi-pundi kebudayaan yang harus diterima beragam. Mulai dari kesenian daerah, teater, atau ritual-ritual kebudayaan dari penjuru Indonesia. Namun, bila boleh yang sepertinya belum banyak dibahas adalah hal kuliner. Hanya satu esai membahas makna toleransi agama Islam dan Hindu dari semangkuk soto Kudus.

Urusan soto, sambal, satai, misalnya, memiliki ragam dan wujud asimilasi budaya di setiap daerah. Keberagaman racikan tidak kemudian memunculkan pertikaian antarpenggemar masing-masing soto. Pelajaran menghargai perbedaan dari ragam kuliner akan membuat pembicaraan dalam buku semakin komprehensif. Dan ketidakhabisan kekayaan Indonesia untuk dibahas dalam kerangka keberagaman justru menguatkan klausa di awal bahwa Indonesia memang lahir untuk heterogen.

Menarik adalah mencermati dua esai milik Faisal Oddang dan Linda Christanty. Dua esai cukup panjang ini tidak berusaha membeberkan keberagaman lewat data maupun jawaban-jawaban sekadar formalitas dan normatif. Keduanya justru mengambil sisi lain dari indahnya keragaman: bahwa muncul konflik yang entah sengaja atau tidak dibiarkan begitu saja.

Di balik kebudayaan bissu di Toraja, muncul persoalan lain, yaitu musnahnya bissu sebab muncul kecenderungan homogen dalam masyarakat juga soal kepentingan ekonomi. Eksistensi bissu sebagai produk kebudayaan Toraja dewasa mulai terkikis oleh budaya lain yang tampil lebih dominan.

Gesekan-gesekan lain akibat perbedaan juga ditengarai menjadi sebab banyak peristiwa berdarah. Linda Christanty mencoba membalik fakta di balik keragamaan bernama Indonesia ada banyak kasus berdarah yang sengaja disimpan di bawah permadani zamrud khatulistiwa. Perbedaan bila diperlakukan keliru terbukti menjadi bahan bakar konflik horizontal, hingga berdarah.

Topik-topik pembahasan dalam buku sejatinya adalah tamparan halus kepada kelompok-kelompok yang berusaha membuat wajah Indonesia homogen. Fakta-fakta lapangan yang diejawantahkan penulis dalam buku ini bukti telak hal tersebut. Hingga tidak sekadar menjadi bangsa besar yang menghargai sejarah, juga memberikan perbedaan.

Kesimpulan

Jelas di luar buku ini, masih banyak unsur-unsur di tengah masyarakat yang menyuratkan keragaman Indonesia. Buku ini sekelumit dari lautan perbedaan dalam kehidupan bangsa kita. Mengutip kalimat Gus Dur dalam tulisan Alissa Wahid: yang sama, jangan dibeda-bedakan. Yang beda, jangan disama-samakan. Kemajemukan harus bisa diterima, tanpa ada perbedaan (hlm. 39).

Namun, menjaga kemajukan bukan sekadar dengan peneriman. Gus Dur mengajukan syarat utama penopang hal tersebut, yakni kemanusiaan, keadilan, dan kesetaraan.

Bangsa kita mau tidak mau harus diakui belum sepenuhnya memenuhi tiga syarat tersebut. Bangsa kita masih terus mengupayakan. Oleh sebab itu, buku ini hadir tatkala bangsa ini diuji kekuatan dalam menjaga kesatuan di tengah perbedaan.

Sumber: Liputan6.com

4. Contoh teks resensi film.

Contoh teks resensi © 2021 brilio.net

foto: pexels.com

Rentang Kisah: Cerita Gado-gado, Kurang Fokus, Namun Hangatkan Hati

Identitas karya:

- Pemain: Beby Tsabina, Bio One, Junior Roberts, Cut Mini, dan Donny Damara, Ali Asegaf (Putra), Debo Andryos (Afif), Rigen Rakelna (Angling), Putera Wicak (Sakti)

- Produser: Frederica

- Sutradara: Danial Rifki

- Penulis: Danial Rifki

- Produksi: Falcon Pictures

- Durasi: 1 jam, 38 menit

Intisari Karya

Gita (Beby Tsabina) tinggal dalam keluarga yang bahagia bersama ayah (Donny Damara), ibu (Cut Mini), dan adiknya, Rizka (Jihan Fairuz). Pukulan ekonomi memaksa sang ayah mengadu nasib ke Amerika Serikat. Lulus SMA, Gita kuliah ke Jerman.

Di sana, ia mengenal Putra (Ali Asegaf), Afif (Debo Andryos), Rigen (Angling), Sakti (Putera Wicak), dan Paul (Bio One) yang menjajal peruntungan sebagai pembuat konten YouTube. Kehadiran mereka membuat hidup Gita yang sepi dan kelabu kembali cerah.

Gita sendiri berjuang melawan patah hati akibat diselingkuhi pacar, Robi (Junior Roberts) yang mengaku tak mampu menjalin hubungan jarak jauh. Gelagat perselingkuhan sudah terasa sejak Robi memblok akun Instagram Gita. Nyaris bunuh diri di dapur dan putus asa karena kesusahan mencerna mata kuliah, kehadiran Paul yang tengah mencari Tuhan memberi perspektif unik dalam hidup Gita.

Kelebihan

Menilik garis besar cerita, kita melihat keluarga dan hidup Gita yang berdimensi sekaligus kompleks. Gita yang galau tentang masa depan, gaya busana, dan kegagalan menjalin hubungan dibawakan Beby dengan apik.

Konflik membuat hidupnya bergelombang namun emosi tak harus meledak-ledak. Natural dan tampak manusiawi meski di satu adegan tampak ekstrem. Robi di tangan Junior terlihat punya karisma. Bio One di awal kurang bertenaga lalu menemukan momentum di kamarnya yang sempit.

Di rumah Gita, kita melihat Cut Mini dengan air muka tenang lalu bergradasi menampilkan beban berat di raut seiring tanjakan konflik. Puncak film ini pertemuan Gita dan ayahnya di negeri orang di mana Donny yang tampak tua mulai bingung mencerna masalah hidupnya sendiri.

Kekurangan

Tergambar jelas tekanan hidup dan kesepian di mukanya. Dengan karakter yang kaya, grafik konflik di film ini sejujurnya terasa kurang tajam. Apa yang sebenarnya terjadi? Itulah yang kami pikirkan usai menonton.

Pertama, bisa jadi arah naskah yang merembes ke banyak aspek. Di awal, Rentang Kisah mengusung pengkhianatan. Memasuki pertengahan, berubah warna menjadi pencarian akan Tuhan yang solusinya lagi-lagi ganti keyakinan. Di babak final, pengkhianatan dan pencarian dianggap berakhir.

Problem diganti menjadi “pulang” sebagai tema besar. Babak-babak awal yang kurang tuntas mau tak mau selesai di ujung kisah. Akhirnya ada beberapa puncak konflik yang sepintas terasa berakhir begitu saja. Atau entah ke mana perginya.

Rentang Kisah jadi cerita gado-gado. Banyak tema dan tampak enggan menitikberatkan ke topik yang mana. Ini mengundang konsekuensi lain, yakni karakter-karakter pendukung di Rentang Kisah terasa kurang berdampak. Toh, pada akhirnya Gita pulang, titik.

Begitulah Rentang Kisah memulai dan mengakhiri cerita. Para pemain menunjukkan effort namun untaian naskah membuat mereka tampak kurang cerlang. Meski demikian, masih ada ruang-ruang dalam dialog yang membuat hati kita hangat.

Kesimpulan

Percakapan ibunda Gita dengan asisten katering soal sedekah Jumat, misalnya. “Bu, kalau telurnya dibagi empat?” tanya asisten. “Kalau kita mau bersedekah, walaupun kita susah kita harus istikamah,” jawab ibunda Gita, dibawakan dengan eskpresi tingkat dewa oleh Cut Mini.

Terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, Rentang Kisah mampu menjadi film keluarga penghangat hati. Simpel dan menyentuh. Tidak tayang di bioskop mengingat pandemi Covid-19 belum berakhir, Anda bisa menyaksikannya di platform digital Disney+ Hotstar mulai September 2020.

Sumber: Liputan6.com

5. Contoh teks resensi film.

Contoh teks resensi © 2021 brilio.net

foto: pexels.com

Halloween, Pertarungan Nenek Jagoan vs Pembunuh Sadis yang Menegangkan

Identitas karya

- Judul film: Halloween
- Sutradara: David Gordon Green
- Tanggal rilis: 17 Oktober 2018
- Pemain: Jamie Lee Curtis, Andi Matichak, Nick Castle, Judy Greer

Intisari Karya

Empat puluh tahun sejak pembantaian yang dilakukan oleh Michael Myers, Laurie Strode masih belum bisa berdamai dengan masa lalunya. Ia hidup mengasingkan diri, melatih diri menggunakan beragam senjata api, dan tetap hidup bersama rasa paranoid bahwa suatu saat Michael Myers akan kembali.

Obsesinya ini, membuat hubungan Laurie dan putrinya, Karen Strode (Judy Greer), memburuk. Laurie bahkan tak diizinkan untuk berhubungan dengan cucunya, Allyson (Andi Matichak)

Michael Myers sendiri, selama empat dekade terakhir dikurung di rumah sakit jiwa dengan pengamanan maksimum. Selama dirawat di sana oleh dr Ranbir Sartain (Haluk Bilginer), ia sama sekali tak pernah bersuara.

Hingga suatu saat, diputuskan bahwa Michael akan dipindahkan ke rumah sakit lain. Dalam perjalanan, ia berhasil kabur. Bertepatan dengan malam Halloween, Michael kembali bergentayangan, memburu korbannya.

Terutama mangsa yang istimewa untuknya: Laurie Strode dan keluarganya.

Kelebihan karya
Tak perlu takut kebingungan menonton Halloween edisi 2018 ini. Latar belakang Michael Myers dan Laurie Strode diterangkan secara cukup ringkas dan tak terlalu bertele-tele di awal film. Penonton bisa langsung menikmati film, meski sama sekali tak tahu siapa Michael Myers sebelumnya.

Kekuatan utama film ini, adalah sosok Michael Myers itu sendiri. Karakternya yang berdarah dingin dan tanpa sepatah kata menghabisi korbannya dengan cara sadis, membentuk Michael sebagai seorang tokoh menakutkan.

Tak hanya para tokoh di atas layar yang bakal ketakutan dengan kehadiran sosok ini. Para penonton pun ikut terteror dan deg-degan, mengira-ngira hal keji apa lagi yang bakal dilakukan Michael.

Sejumlah adegan pembunuhan ditampilkan secara terselubung, ada juga yang 'hanya' memperlihatkan kondisi mengenaskan para korban. Hal ini, secara efektif ikut membuat imajinasi penonton terhadap kekejian Michael, berkembang semakin liar.

Sosok lain yang patut diberi jempol adalah Jamie Lee Curtis, yang kini menghidupan sosok Laurie sebagai nenek-nenek jagoan. Sisi rapuh maupun tangguh dari karakter ini, berhasil ia sampaikan dengan sama apiknya.

Kesimpulan

Pertarungan puncak antara Laurie dan Michael di ujung film, menjadi klimaks yang penuh gereget untuk Halloween.

Mungkin tidak berlebihan untuk menyebut bahwa Halloween edisi 2018 ini tak hanya menjadi ajang nostalgia bagi penggemar lama, tapi juga pintu gerbang bagi fans baru waralaba ini.

Sumber: Liputan6.com

 

 

6. Resensi novel misteri.

8 Contoh teks resensi © 2023 brilio.net

foto: freepik.com

Judul Buku: "Misteri Kamar Merah"
Pengarang: Laura Black
Penerbit: Pustaka Makmur
Tahun Terbit: 2021
Jumlah Halaman: 384 halaman

Intisari Karya:

"Misteri Kamar Merah" adalah sebuah novel misteri yang mengisahkan petualangan seorang detektif swasta terkenal, John Smith, yang mencoba mengungkap kasus pembunuhan misterius yang terjadi di sebuah rumah tua di pinggiran kota. Ketika seorang wanita yang tinggal di rumah tersebut ditemukan tewas di kamar merah, semua petunjuk tampak mengarah pada pembunuhan yang tak masuk akal. John Smith harus menggali setiap detail dan mengungkap rahasia yang telah lama terkubur untuk memecahkan misteri ini.

Kelebihan:

Plot yang Penuh Intrik: Laura Black menghadirkan plot yang penuh intrik dan misteri. Setiap bab memperkenalkan petunjuk baru dan menggoda pembaca untuk terus membaca. Twist dan kejutan yang disajikan dalam cerita ini membuat pembaca sulit untuk menebak akhir cerita.

Karakter Utama yang Menarik: John Smith adalah karakter utama yang kompleks dan menarik. Dia adalah seorang detektif yang cerdas dan penuh dedikasi, tetapi juga memiliki kelemahan pribadi yang membuatnya lebih manusiawi. Pembaca akan merasa terhubung dengan perjuangan dan keteguhannya dalam menghadapi misteri ini.

Deskripsi yang Memikat: Laura Black memiliki kemampuan untuk menggambarkan setting dan suasana dengan sangat baik. Pembaca dapat merasakan ketegangan dan atmosfer yang mencekam di dalam rumah tua yang angker itu.

Kekurangan:

Penyelesaian yang Terlalu Cepat: Beberapa pembaca mungkin merasa bahwa penyelesaian misteri terjadi terlalu cepat dan tanpa cukup petunjuk yang memadai. Hal ini bisa membuat beberapa pembaca merasa kurang puas.

Karakter Pendukung yang Kurang Mendalam: Beberapa karakter pendukung dalam cerita ini kurang mendalam dan terasa sekadar pelengkap. Pengembangan karakter mereka bisa lebih baik untuk menambah dimensi cerita.

Kesimpulan:

"Misteri Kamar Merah" adalah sebuah novel misteri yang menghibur dengan plot yang memikat dan karakter utama yang kuat. Meskipun memiliki beberapa kekurangan, buku ini cocok bagi penggemar cerita detektif yang penuh intrik dan kejutan. Laura Black berhasil menciptakan atmosfer yang tegang dan misterius di sepanjang cerita, membuat pembaca terus terlibat hingga akhir.

7. Resensi film petualangan.

8 Contoh teks resensi © 2023 brilio.net

foto: freepik.com

Judul Film: "Petualangan di Alam Ajaib"
Pemain Utama:
-Emma Watson sebagai Alice
-Daniel Radcliffe sebagai Tom
-Helena Bonham Carter sebagai Penyihir Agung
-Alan Rickman sebagai Penyihir Tua
Sutradara: David Yates
Penulis: J.K. Rowling
Produser: David Heyman
Produksi: Warner Bros. Pictures
Tahun Rilis: 2022

Intisari Karya:

"Petualangan di Alam Ajaib" adalah film fantasi yang mengisahkan perjalanan Alice, seorang gadis muda, dan Tom, sahabatnya, ke dunia ajaib yang penuh dengan makhluk fantastis dan tantangan seru. Mereka berdua berusaha menyelamatkan kerajaan yang terancam oleh kekuatan jahat seorang penyihir agung yang haus akan kekuasaan. Selama perjalanan mereka, mereka menemui berbagai makhluk ajaib, belajar sihir, dan menghadapi berbagai rintangan untuk memulihkan perdamaian di alam ajaib.

Kelebihan:

Aktor dan Aktris Berkualitas: Emma Watson dan Daniel Radcliffe memberikan penampilan yang kuat sebagai Alice dan Tom. Mereka berhasil memerankan karakter-karakter dengan sempurna, membuat penonton terhubung dengan perasaan dan petualangan mereka.

Efek Visual yang Mengesankan: Efek visual dalam film ini luar biasa. Dunia ajaib yang diciptakan dengan CGI sangat memukau dan mendalam, membawa penonton ke dalam alam fantasi yang begitu nyata.

Cerita yang Memikat: Cerita yang ditulis oleh J.K. Rowling memiliki semua unsur keajaiban, petualangan, dan persahabatan yang menjadikan film ini menarik untuk semua usia. Cerita ini memadukan elemen-elemen misteri dengan pesan moral yang dalam.

Kekurangan:

Pacing yang Cepat: Beberapa adegan terasa terlalu cepat, sehingga beberapa aspek cerita dan karakter tidak memiliki cukup waktu untuk berkembang dengan baik.

Kemiripan dengan Cerita Sebelumnya: Bagi penggemar seri ini, beberapa elemen cerita mungkin terasa terlalu mirip dengan film-film sebelumnya dalam franchise ini, yang bisa membuat beberapa penonton merasa sudah pernah melihatnya.

Kesimpulan:

"Petualangan di Alam Ajaib" adalah film fantasi yang menghibur dengan penampilan yang kuat dari para pemain utamanya, efek visual yang memukau, dan cerita yang memikat. Meskipun memiliki beberapa kekurangan, film ini tetap menarik untuk ditonton oleh penggemar cerita fantasi dan para penggemar seri sebelumnya. Dengan pesan moral yang mendalam dan dunia ajaib yang penuh dengan kejutan, film ini mengajarkan kita tentang persahabatan, keberanian, dan kekuatan magis dalam kehidupan kita.

8. Contoh teks resensi novel.

8 Contoh teks resensi © 2023 brilio.net

foto: freepik.com

Judul Buku: "Ketika Hujan Turun"
Pengarang: Sarah Smith
Penerbit: Pustaka Pertiwi
Tahun Terbit: 2020
Jumlah Halaman: 320 halaman

Intisari Karya:

"Ketika Hujan Turun" adalah sebuah novel romantis yang mengisahkan kisah cinta antara dua karakter utama, Emma dan Daniel, yang pertemuan mereka yang tidak terduga di tengah hujan lebat di kota New York mengubah hidup mereka selamanya. Novel ini menggambarkan perjuangan mereka dalam mengatasi rintangan-rintangan, tidak hanya dalam hubungan mereka, tetapi juga dalam kehidupan pribadi mereka yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian.

Kelebihan:

Karakter yang Mendalam: Sarah Smith berhasil menciptakan karakter-karakter yang kompleks dan mendalam. Pembaca merasa terhubung dengan perasaan, impian, dan ketakutan Emma dan Daniel, sehingga membantu kita untuk lebih merasakan emosi dalam cerita ini.

Deskripsi yang Memikat: Penulis memberikan deskripsi yang indah dan rinci tentang setting kota New York dan suasana hujan yang mengguyur. Ini menciptakan atmosfer yang kuat dan membuat pembaca merasa seperti berada di dalam cerita.

Pesan yang Menyentuh: "Ketika Hujan Turun" bukan hanya sekadar cerita cinta klise. Buku ini juga mengangkat isu-isu penting seperti keberanian menghadapi ketidakpastian hidup dan pentingnya mendukung satu sama lain dalam menghadapi tantangan.

Kekurangan:

Pace yang Lambat: Sebagian pembaca mungkin merasa bahwa cerita ini berjalan agak lambat, terutama pada bagian awal. Ini bisa membuat beberapa pembaca bosan dan kurang terlibat dalam cerita.

Klise dalam Plot: Beberapa elemen dalam plot, seperti pertemuan tak terduga di tengah hujan, terasa agak klise dan dapat diprediksi. Hal ini dapat mengurangi kejutan dalam cerita.

Kesimpulan:

Secara keseluruhan, "Ketika Hujan Turun" adalah novel romantis yang menghibur dengan karakter yang kuat dan pesan yang menyentuh. Meskipun memiliki beberapa kelemahan, buku ini cocok bagi mereka yang mencari cerita cinta yang memikat dengan lapisan emosional yang dalam.

9. Contoh teks resensi buku motivasi.

Contoh teks resensi © 2023 brilio.net

foto: freepik.com

Judul Buku: The Power of Habit: Why We Do What We Do in Life and Business

Penulis: Charles Duhigg

Penerbit: Random House

Tahun Terbit: 2012 Tebal Buku: 371 halaman

Intisari karya

Buku ini merupakan karya jurnalistik yang mengupas tentang fenomena kebiasaan dalam berbagai aspek kehidupan, baik pribadi, sosial, maupun organisasi. Penulis mengajak pembaca untuk memahami bagaimana kebiasaan terbentuk, berfungsi, dan dapat diubah.

Penulis juga memberikan banyak contoh nyata dan studi kasus yang menarik dan menginspirasi, seperti bagaimana Starbucks melatih karyawan untuk menghadapi situasi sulit, bagaimana Michael Phelps menjadi perenang terbaik di dunia, bagaimana gerakan hak-hak sipil berhasil mengubah sejarah Amerika, dan lain-lain.

Kelebihan:

Salah satu kelebihan buku ini adalah gaya penulisan yang menarik, lugas, dan mudah dipahami. Penulis berhasil menyajikan konsep-konsep ilmiah dengan cara yang sederhana dan aplikatif.

Penulis juga berhasil menggabungkan antara fakta, analisis, dan cerita dalam setiap babnya. Selain itu, buku ini juga memiliki pesan yang positif dan motivasional, yaitu bahwa setiap orang dapat mengubah kebiasaan yang tidak diinginkan menjadi kebiasaan yang produktif dan bermanfaat.

Kekurangan:

Namun, buku ini juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, buku ini terasa terlalu panjang dan berulang-ulang dalam menjelaskan beberapa poin. Hal ini membuat pembaca menjadi bosan dan kehilangan minat. Kedua, buku ini kurang memberikan panduan yang jelas dan sistematis tentang bagaimana cara mengubah kebiasaan secara praktis.

Penulis hanya memberikan beberapa tips dan saran yang bersifat umum dan tidak spesifik. Ketiga, buku ini kurang memberikan kritik dan alternatif terhadap beberapa teori dan model yang digunakan. Penulis cenderung menerima dan mengutip teori dan model tersebut tanpa melakukan evaluasi dan perbandingan.

Kesimpulan:

Secara keseluruhan, buku ini merupakan buku yang informatif dan bermutu tentang fenomena kebiasaan dalam kehidupan. Buku ini dapat memberikan wawasan dan inspirasi bagi pembaca yang ingin memahami dan mengubah kebiasaan mereka. Namun, buku ini juga memerlukan koreksi dan penyempurnaan dalam beberapa aspek, seperti panjang, metode, dan keseimbangan.

10. Contoh teks resensi film animasi.

Contoh teks resensi © 2023 brilio.net

foto: freepik.com

Judul Film: The Lion King

Sutradara: Jon Favreau

Produser: Jon Favreau, Jeffrey Silver, dan Karen Gilchrist

Penulis: Jeff Nathanson

Pemeran:

- Donald Glover

- Seth Rogen

- Chiwetel Ejiofor

- Alfre Woodard

- Billy Eichner

- John Kani

- John Oliver

- Beyoncé Knowles-Carter

- James Earl Jones

Genre: Drama, Petualangan, Musikal

Durasi: 118 menit

Tahun Rilis: 2019

Intisari karya:

Film ini merupakan film yang diadaptasi dari film animasi klasik dengan judul yang sama yang dirilis pada tahun 1994. Film ini menceritakan tentang Simba, seekor singa muda yang merupakan putra dari Mufasa, raja hutan. Simba memiliki masa kecil yang bahagia dan ceria bersama ayahnya, ibunya Sarabi, dan temannya Nala.

Namun, kebahagiaan itu berakhir ketika Mufasa dibunuh oleh Scar, adiknya yang iri dan haus kekuasaan. Simba pun melarikan diri dari hutan dan bertemu dengan Timon dan Pumbaa, dua sahabat yang mengajarkan filosofi hidup “hakuna matata”.

Simba tumbuh menjadi singa dewasa yang bebas dan riang, hingga suatu hari ia bertemu kembali dengan Nala, yang membawa berita bahwa Scar telah menguasai hutan dan membuatnya menjadi tandus dan miskin. Simba pun harus memilih antara tetap hidup dengan “hakuna matata” atau kembali ke hutan dan merebut kembali takhtanya.

Kelebihan:

Salah satu kelebihan film ini adalah penggunaan teknologi CGI yang sangat canggih dan realistis. Film ini berhasil menciptakan gambar-gambar yang sangat detail dan hidup, sehingga membuat penonton merasa seolah-olah melihat binatang-binatang sungguhan.

Film ini juga berhasil menghadirkan suasana dan latar belakang yang indah dan menakjubkan, seperti padang savana, hutan tropis, dan gurun pasir.

Selain itu, film ini juga memiliki musik dan lagu-lagu yang sangat bagus dan mengesankan, seperti “Circle of Life”, “Can You Feel the Love Tonight”, dan “Hakuna Matata”. Musik dan lagu-lagu ini berhasil menggambarkan emosi dan pesan dari film ini.

Kekurangan:

Namun, film ini juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, film ini terasa kurang memiliki jiwa dan ekspresi dibandingkan dengan film animasi aslinya. Hal ini disebabkan oleh penggunaan CGI yang terlalu realistis, sehingga membuat wajah dan gerak-gerik binatang-binatang terlihat kaku dan datar.

Kedua, film ini terasa kurang memiliki kejutan dan inovasi dibandingkan dengan film animasi aslinya. Hal ini disebabkan oleh kesetiaan film ini terhadap cerita dan adegan-adegan dari film animasi aslinya, sehingga membuat penonton yang sudah menonton film animasi aslinya merasa bosan dan tidak tertarik.

Ketiga, film ini terasa kurang memiliki humor dan keceriaan dibandingkan dengan film animasi aslinya. Hal ini disebabkan oleh pengurangan beberapa adegan dan dialog yang lucu dan menghibur, sehingga membuat film ini terasa lebih serius dan berat.

Kesimpulan:

Secara keseluruhan, film ini merupakan film yang mengagumkan dan berkualitas tentang kisah petualangan dan pertumbuhan seorang singa muda yang menjadi raja hutan. Film ini dapat memberikan pengalaman dan hiburan yang berbeda bagi penonton yang menyukai film-film dengan teknologi CGI yang canggih dan realistis. Namun, film ini juga memerlukan perbaikan dan penyesuaian dalam beberapa aspek, seperti ekspresi, inovasi, dan humor.

11. Contoh teks resensi novel sejarah.

Contoh teks resensi © 2023 brilio.net

foto: freepik.com

Identitas Buku

Novel: Laut Bercerita

Penulis: Leila S. Chudori

Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Tahun Terbit: 2017

Tebal Buku: 488 halaman

Intisari:

Novel ini merupakan novel sejarah yang mengangkat tema tentang tragedi kemanusiaan yang terjadi di Indonesia pada masa Orde Baru. Novel ini mengisahkan tentang nasib para aktivis mahasiswa yang ditangkap, disiksa, dan dibuang ke Pulau Buru tanpa pengadilan.

Novel ini juga mengisahkan tentang perjuangan keluarga dan teman-teman mereka yang mencari kebenaran dan keadilan. Novel ini ditulis dengan gaya bercerita yang mengalir dan mendalam, dengan menggunakan sudut pandang orang pertama dari beberapa tokoh utama, seperti Biru Laut, Lintang Utara, Surti Anjani, dan Damianus Aditya. Novel ini juga dilengkapi dengan catatan kaki, daftar pustaka, dan lampiran yang memberikan informasi tambahan dan referensi bagi pembaca.

Kelebihan:

Salah satu kelebihan novel ini adalah penggambaran yang realistis dan menyentuh tentang kondisi para tahanan politik di Pulau Buru. Penulis berhasil menyajikan fakta-fakta sejarah yang terjadi di pulau tersebut, seperti penyiksaan, kelaparan, penyakit, kerja paksa, dan isolasi.

Penulis juga berhasil menyelipkan nilai-nilai humanis dan kemanusiaan dalam novel ini, seperti persahabatan, solidaritas, cinta, harapan, dan perlawanan. Selain itu, novel ini juga memiliki pesan yang kritis dan aktual, yaitu bahwa sejarah tidak boleh dilupakan atau diputarbalikkan, tetapi harus diungkap dan diselesaikan secara adil.

Kekurangan:

Namun, novel ini juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, novel ini terasa terlalu panjang dan kompleks, dengan banyak tokoh, latar, dan alur yang saling terkait. Hal ini membuat pembaca menjadi bingung dan lelah mengikuti ceritanya.

Kedua, novel ini terasa kurang fokus dan konsisten, dengan banyak adegan dan dialog yang tidak relevan atau berlebihan. Hal ini membuat novel ini menjadi kurang menarik dan menggigit.

Ketiga, novel ini terasa kurang orisinal dan segar, dengan banyak kesamaan dan pengulangan dengan karya-karya sebelumnya yang membahas tema yang sama, seperti Pulang, Buru Quartet, dan Nyanyian Sunyi Seorang Bisu.

Kesimpulan:

Secara keseluruhan, novel ini merupakan novel yang berani dan bermutu tentang sejarah kelam Indonesia yang jarang dibicarakan. Novel ini dapat memberikan wawasan dan edukasi bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih banyak tentang apa yang terjadi di Pulau Buru. Namun, novel ini juga memerlukan penyuntingan dan penyederhanaan dalam beberapa aspek, seperti panjang, fokus, dan orisinalitas.

12. Contoh teks resensi novel percintaan.

Contoh teks resensi © 2023 brilio.net

foto: freepik.com

Identitas Buku

Judul Novel: Ayat-Ayat Cinta

Penulis: Habiburrahman El Shirazy

Penerbit: Republika

Tahun Terbit: 2004

Tebal Buku: 415 halaman

Intisari:

Novel ini merupakan novel religi yang mengangkat tema tentang cinta yang sesuai dengan syariat Islam. Novel ini mengisahkan tentang Fahri, seorang mahasiswa Indonesia yang menempuh studi di Kairo, Mesir. Fahri adalah seorang pemuda yang taat beragama, cerdas, dan baik hati.

Ia memiliki empat wanita yang mencintainya, yaitu Aisha, seorang gadis Turki yang cantik dan kaya; Maria, seorang gadis Koptik yang saleh dan setia; Nurul, seorang gadis Indonesia yang pintar dan penyabar; dan Noura, seorang gadis Mesir yang bermasalah dan benci cinta.

Fahri harus memilih salah satu dari mereka, dengan mempertimbangkan hati dan agamanya. Novel ini ditulis dengan gaya bercerita yang sederhana dan lugas, dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga dari tokoh Fahri. Novel ini juga diselingi dengan ayat-ayat Al-Quran, hadis, dan kutipan-kutipan dari tokoh-tokoh Islam.

Kelebihan:

Salah satu kelebihan novel ini adalah penyampaian yang menarik dan menggugah tentang cinta yang berlandaskan agama. Penulis berhasil menyajikan konsep-konsep Islam yang berkaitan dengan cinta, seperti ta’aruf, khitbah, nikah, poligami, talak, dan iddah.

Penulis juga berhasil menunjukkan contoh-contoh perilaku yang baik dan buruk dalam berhubungan dengan lawan jenis, seperti menjaga pandangan, menjaga aurat, menjaga perasaan, dan menjaga kehormatan. Selain itu, novel ini juga memiliki pesan yang positif dan inspiratif, yaitu bahwa cinta harus didasari oleh iman, ilmu, dan amal.

Kekurangan:

Namun, novel ini juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, novel ini terasa kurang realistis dan logis, dengan banyak kejadian dan karakter yang tidak masuk akal atau terlalu idealis. Hal ini membuat novel ini menjadi kurang meyakinkan dan menyentuh.

Kedua, novel ini terasa kurang kritis dan toleran, dengan banyak pandangan dan sikap yang bersifat eksklusif atau diskriminatif. Hal ini membuat novel ini menjadi kurang objektif dan inklusif.

Ketiga, novel ini terasa kurang orisinal dan segar, dengan banyak kesamaan dan pengaruh dengan karya-karya sebelumnya yang membahas tema yang sama, seperti Ketika Cinta Bertasbih, Di Atas Sajadah Cinta, dan Negeri 5 Menara.

Kesimpulan:

Secara keseluruhan, novel ini merupakan novel yang populer dan fenomenal tentang cinta yang Islami. Novel ini dapat memberikan hiburan dan motivasi bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih banyak tentang cinta dalam bingkai agama. Namun, novel ini juga memerlukan koreksi dan perluasan dalam beberapa aspek, seperti realisme, kritik, dan orisinalitas.

13. Contoh teks resensi buku pelajaran biologi

Contoh teks resensi © 2023 brilio.net

foto: freepik.com

Identitas

Judul: Biologi untuk SMA/MA Kelas X

Penulis: Siti Nurjanah, S.Pd., M.Si. dan Drs. H. Sutarno, M.Si.

Penerbit: Erlangga

Tahun Terbit: 2018

Tebal Buku: 336 halaman

Buku ini merupakan buku pelajaran Biologi yang disusun sesuai dengan kurikulum 2013. Buku ini membahas tentang konsep-konsep dasar Biologi, seperti keanekaragaman makhluk hidup, sel, metabolisme, pewarisan sifat, mutasi, rekayasa genetika, dan evolusi.

Buku ini juga membahas tentang isu-isu aktual dan relevan dalam bidang Biologi, seperti bioteknologi, kesehatan, lingkungan, dan konservasi. Buku ini ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami dan disertai dengan gambar, tabel, dan grafik yang menarik dan informatif.

Kelebihan:

Salah satu kelebihan buku ini adalah penyajian materi yang sistematis dan komprehensif. Buku ini mengikuti struktur pembelajaran yang terdiri dari tujuan pembelajaran, pendahuluan, uraian materi, rangkuman, evaluasi, dan tugas proyek.

Buku ini juga menyediakan berbagai aktivitas belajar yang menarik dan bervariasi, seperti eksperimen, diskusi, observasi, dan penelitian. Buku ini juga menyertakan berbagai sumber belajar yang dapat diakses melalui internet, seperti video, animasi, dan simulasi.

Kekurangan:

Namun, buku ini juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, buku ini terkadang kurang memberikan penjelasan yang mendalam dan rinci tentang beberapa konsep yang kompleks dan sulit, seperti siklus Calvin, mekanisme transkripsi dan translasi, dan teori evolusi.

Buku ini juga kurang memberikan contoh-contoh yang konkret dan aplikatif tentang penerapan konsep Biologi dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, buku ini terkadang kurang konsisten dan akurat dalam penggunaan istilah dan simbol Biologi, seperti penggunaan huruf besar dan kecil, tanda kurung, dan tanda hubung.

Buku ini juga kurang teliti dalam penulisan nama ilmiah makhluk hidup, seperti penggunaan huruf miring, spasi, dan titik. Ketiga, buku ini terkadang kurang memperhatikan aspek estetika dan kenyamanan pembaca, seperti penggunaan warna, ukuran huruf, dan jarak antar baris. Buku ini juga kurang memanfaatkan ruang kosong yang tersedia, sehingga terlihat padat dan monoton.

Kesimpulan:

Secara keseluruhan, buku ini merupakan buku pelajaran Biologi yang berkualitas dan sesuai dengan kurikulum 2013. Buku ini dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan Biologi yang dibutuhkan oleh siswa SMA/MA kelas X. Namun, buku ini juga memerlukan perbaikan dan penyempurnaan dalam beberapa aspek, seperti penjelasan, konsistensi, dan estetika.

14. Contoh teks resensi film Korea

Contoh teks resensi © 2023 brilio.net

foto: freepik.com

Judul Film: Train to Busan

Sutradara: Yeon Sang-Ho

Produser: Lee Dong Ha

Penulis: Park Joo Suk

Pemain:

- Gong Yoo

- Jung Yu Mi

- Ma Dong Seok

- Kim Su an

- Kim Eui Sung

- Choi Woo Shik

- Ahn So Hee

Genre: Aksi, Horor

Durasi: 118 menit

Tahun Rilis: 2016

Film ini merupakan film yang mengisahkan tentang perjuangan para penumpang kereta api yang terjebak di tengah wabah zombie yang menyebar di Korea Selatan. Film ini mengikuti kisah Seok Woo, seorang manajer dana yang egois dan dingin, yang membawa putrinya Soo An ke Busan untuk menemui ibunya yang bercerai.

Di dalam kereta, mereka bertemu dengan berbagai karakter, seperti Sang Hwa, seorang pria yang protektif terhadap istrinya yang hamil; Jin Hee, seorang gadis SMA yang bersama tim bisbolnya; Yong Guk, seorang pemain bisbol yang menyukai Jin Hee; In Gil dan Seong Kyeong, dua saudara perempuan lansia; dan Yon Suk, seorang pengusaha yang licik dan pengecut. Mereka harus bekerja sama untuk bertahan hidup dari serangan zombie yang ganas dan tak kenal ampun.

Kelebihan:

Salah satu kelebihan film ini adalah alur cerita yang cepat dan menegangkan. Film ini berhasil menciptakan suasana yang mencekam dan mendebarkan, dengan menggunakan berbagai teknik, seperti musik, efek suara, pencahayaan, dan kamera. Film ini juga berhasil menghadirkan aksi-aksi yang spektakuler dan brutal, dengan menggunakan efek khusus yang realistis dan mengesankan.

Film ini juga berhasil menggambarkan karakter-karakter yang beragam dan berkembang, dengan menggunakan dialog, ekspresi, dan gestur yang tepat. Film ini juga berhasil menyampaikan pesan-pesan yang bermakna, seperti tentang pentingnya keluarga, persahabatan, kemanusiaan, dan pengorbanan.

Kekurangan:

Namun, film ini juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, film ini terasa kurang orisinal dan segar, dengan banyak kesamaan dan klise dengan film-film zombie lainnya, seperti World War Z, 28 Days Later, dan Dawn of the Dead. Film ini juga kurang memberikan latar belakang dan penjelasan yang memadai tentang asal-usul dan penyebaran wabah zombie.

Kedua, film ini terasa kurang logis dan konsisten, dengan banyak kejadian dan adegan yang tidak masuk akal atau bertentangan dengan fakta. Film ini juga kurang memperhatikan detail dan akurasi, seperti tentang waktu, tempat, dan situasi.

Ketiga, film ini terasa kurang emosional dan menyentuh, dengan banyak karakter dan adegan yang tidak mendapat simpati atau empati dari penonton. Film ini juga kurang memberikan dampak dan kesan yang kuat, dengan akhir cerita yang terlalu mudah ditebak dan tidak memuaskan.

Kesimpulan:

Secara keseluruhan, film ini merupakan film yang seru dan menghibur tentang petualangan dan horor di dalam kereta api yang penuh dengan zombie. Film ini dapat memberikan sensasi dan hiburan bagi penonton yang menyukai film-film aksi dan horor. Namun, film ini juga memerlukan perbaikan dan penyegaran dalam beberapa aspek, seperti orisinalitas, logika, dan emosi.

15. Contoh teks resensi film horor

Contoh teks resensi © 2023 brilio.net

foto: freepik.com

Judul Film: The Conjuring

Sutradara: James Wan

Produser: Tony DeRosa-Grund, Peter Safran, dan Rob Cowan

Penulis: Chad Hayes dan Carey W. Hayes

Pemain:

- Vera Farmiga

- Patrick Wilson

- Ron Livingston

- Lili Taylor

Genre: Horor

Durasi: 112 menit

Tahun Rilis: 2013

Film ini merupakan film yang terinspirasi dari kisah nyata tentang penyelidikan paranormal yang dilakukan oleh Ed dan Lorraine Warren, dua ahli supranatural yang terkenal. Film ini mengisahkan tentang keluarga Perron, yang pindah ke sebuah rumah tua di Rhode Island pada tahun 1971.

Mereka tidak menyadari bahwa rumah tersebut memiliki sejarah kelam dan berhantu. Mereka mulai mengalami berbagai kejadian aneh dan menakutkan, seperti suara-suara, bau busuk, dan penampakan-penampakan.

Mereka pun meminta bantuan Ed dan Lorraine Warren, yang menemukan bahwa rumah tersebut dikuasai oleh roh jahat yang ingin membunuh mereka. Mereka harus berjuang untuk menyelamatkan diri dan rumah mereka dari teror roh jahat tersebut.

Kelebihan:

Salah satu kelebihan film ini adalah penggambaran yang mengerikan dan menyeramkan tentang fenomena-fenomena supranatural yang terjadi di rumah tersebut. Film ini berhasil menciptakan suasana yang gelap dan menakutkan, dengan menggunakan berbagai teknik, seperti musik, efek suara, pencahayaan, dan kamera.

Film ini juga berhasil menghadirkan horor-horor yang mengagetkan dan menyerang, dengan menggunakan efek khusus yang realistis dan mengejutkan. Film ini juga berhasil menggambarkan karakter-karakter yang kuat dan berani, dengan menggunakan dialog, ekspresi, dan gestur yang tepat. Film ini juga berhasil menyampaikan pesan-pesan yang bermakna, seperti tentang pentingnya kepercayaan, keberanian, dan kasih sayang.

Kekurangan:

Namun, film ini juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, film ini terasa kurang orisinal dan segar, dengan banyak kesamaan dan klise dengan film-film horor lainnya, seperti The Amityville Horror, The Exorcist, dan Poltergeist.

Film ini juga kurang memberikan latar belakang dan penjelasan yang memadai tentang asal-usul dan motif roh jahat yang menghantui rumah tersebut. Kedua, film ini terasa kurang logis dan konsisten, dengan banyak kejadian dan adegan yang tidak masuk akal atau bertentangan dengan fakta.

Film ini juga kurang memperhatikan detail dan akurasi, seperti tentang waktu, tempat, dan situasi. Ketiga, film ini terasa kurang emosional dan menyentuh, dengan banyak karakter dan adegan yang tidak mendapat simpati atau empati dari penonton. Film ini juga kurang memberikan dampak dan kesan yang kuat, dengan akhir cerita yang terlalu mudah ditebak dan tidak memuaskan.

Kesimpulan:

Secara keseluruhan, film ini merupakan film yang seru dan menghibur tentang penyelidikan dan horor di dalam rumah berhantu. Film ini dapat memberikan sensasi dan hiburan bagi penonton yang menyukai film-film horor. Namun, film ini juga memerlukan perbaikan dan penyegaran dalam beberapa aspek, seperti orisinalitas, logika, dan emosi.