Dusun Kasuran Margomulyo Seyegan Sleman, Yogyakarta menyimpan tradisi unik. Sejak ratusan tahun yang lalu, warga di sana memegang teguh larangan tidur menggunakan kasur kapuk.

"Cerita orang dulu zaman nenek moyang kita, konon katanya tidur tidak boleh menggunakan kasur kapuk. Bukan sembarangan kasur, tapi yang dari kapuk randu," jelas Suparman, Kepala Dukuh Kasuran kepada brilio.net.

Mereka pun memilih dipan berbahan bambu (amben) yang diatasnya dialasi tikar. Jika melanggar, akan mengalami sakit yang tidak terdeteksi medis. Beberapa warga yang melanggar umumnya karena tidak tahu dan tidak sengaja.

Menurut penuturan Suparman, ada kejadian sekitar dua tahunan lalu, seorang warga tidur pakai kasur dari sisa-sisa kain, ternyata ada sedikit kapuknya. Orang tersebut kemudian sakit berkepanjangan.

"Penyakitnya tidak bisa berdiri, lemas, mengurus. Sudah sakit parah sudah tidak bisa apa-apa. Terus setelah tahu, kasurnya dirusak, terus dia sembuh dan beraktivitas lagi. Orangnya gemuk lagi. Itu kalau dibawa ke rumah sakit nggak ada penyakitnya," lanjut dia.

Tradisi ini dijalankan sejak sebelum tahun 1800 dan sampai sekarang, warga di sana tak ada yang berani menghilangkan mitos tersebut.

Namun pantangan bahan kapuk ini hanya berlaku untuk kasur. Warga tetap bisa memakai bantal dan guling berbahan kapuk. Sedangkan kini, sebagian besar warga memilih alas tidur berupa kasur busa. Pantangan kasur kapuk tidak berlaku bagi warga Kasuran yang tidur di luar Dusun Kasuran.