Umur Mbah Yati telah menginjak 89 tahun. Namun dia punya semangat hidup mandiri yang tinggi. Di sebuah ruangan sempit tepi jalan besar, dia mencari nafkah dengan berjualan makanan.

Warung yang sekaligus menjadi tempat tinggalnya dibangun di atas tanah kas desa. Bangunanya tidak begitu luas. Area depan menjadi warung, lalu ada kamar di belakangnya.

Tangan keriputnya masih lincah mengulek sambel dan meracik berbagai menu. Ada berbagai menu yang ditawarkan di warung milik Mbah Yati, seperti lotek, lotis, rujak buah, rujak cingur, rujak buah, kupat tahu, gado-gado, pecel. Dia mengaku beberapa tahun belakangan ini telah banyak warung yang menjadi saingannya. Berbeda dengan dulu saat dia mulai berjualan, dimana hanya warung miliknyalah yang berdiri di area tinggalnya saat ini.

Jika dulu penghasilan kotor bisa mencapai Rp 900 ribu, sekarang Mbah Yati hanya mendapat sepertiganya. Mbah Yati sudah 56 tahun berjualan lotek. Kini dia mengurusi warung seorang diri.

"Jam 3 bangun, cuci-cuci piring. Terus sambil nanak air. Nanti ke pasar jam 4. Pulang pasar racik-racik. Saya kalau ke pasar biasa nggak pakai sandal, karena memang nggak pernah punya sandal," akunya.

Mbah Yati punya tiga orang anak perempuan yang semuanya sudah berkeluarga. Dua orang sudah ikut suaminya di luar Pulau Jawa. Sedangkan satu lagi masih di Yogyakarta, namun dia tak berkeinginan tinggal bersama anaknya. Dia berprinsip, daripada merepotkan anak lebih baik berusaha sendiri.

"Saya bilang sama anak,'Aku lebih baik ke panti jompo'. Anaknya bukan orang-orang berpunya, nanti pada ribut,” akunya dengan Bahasa Indonesia yang lancar. 

Warungnya berada di Jalan Kaliurang KM 6,5 depan Batalyon 403 Yogyakarta. Buka setiap hari mulai pukul 8 pagi hingga pukul 9 malam.

Semangat terus ya mbah!