Nama aslinya Suwardiyono, asal Bantul, Yogyakarta. Namun, teman-temannya mengenalnya dengan nama Bilal Madukoro si Jersey Kulit. Ia punya gaya unik untuk ikut kampanye anti narkoba. Setiap kali gowes, ia tak pernah memakai baju dan menulisi punggungnya dengan kata-kata anti narkoba.

Banyak sekali pengalaman manis dan pahit yang dialami Bilal atau Jersey Kulit ini saat berkampanye anti narkoba. Di Semarang, ia pernah ditabrak mobil dari belakang. Ia berkeyakinan hal itu bukan kecelakaan biasa, melainkan disengaja.

Sehari-hari ia bekerja di sebuah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Yogyakarta. Tiap kali libur, ia dan teman-temannya akan gowes dan kampanye anti narkoba. Bagaimana kisah si Jersey Kulit ini, berikut wawancara brilio.net dengan Bilal Madukoro.

 

v © 2018 brilio.net



Bagaimana awal kegiatan anda?

Waktu itu saya terpukul dengan kejadian teman saya yang 23 pesta miras, 17 orang (di antaranya) teman saya, teman minum teman apalah. Minum waktu itu memang menjadi hobi saya.

Nyepeda dengan jersey kulit itu terinspirasi biar teman-teman saya yang masih hidup. Teman-teman saya yang masih melakukan kegiatan minum, atau apalah bisa sadar. Jadi kan nggak mati sia-sia seperti teman-teman yang 17 orang.

Apa yang mendorong Anda menyibukkan diri dengan gowes?

Sibuk dengan gowes awal-awal saya karena pukulan kata-kata dari istri, istri yang ketiga ini. Kemarin saya nikah pertama juga miras narkoba. Istri kedua masih melakukan kayak gitu. Akhirnya pisah. Sama istri pertama pisah, istri kedua pisah.

Terus istri ketiga ini alhamdulillah yang menyadarkan dan saya bisa bangkit dari keterpurukan.

Kenapa milih berkampanye dengan Jersey Kulit?

Ya itu kan naluri. Kalau orang pengen berkampanye anti narkoba, kalau cuma kaos itu kan orang memandangnya biasa. Tapi kalau dengan Jersey Kulit, itu kan orang memandangnya beda. Dalam artian tadinya tidak memperhatikan jadi memperhatikan.

Toh juga setelah saya pakai Jersey Kulit itu jadi perhatian, ke mana-mana dengan tulisan kayak gitu banyak yang mensupport.

Pernah ada nggak sih respon negatif yang diterima?

Yang negatif itu ya itu, orang kan kadang suka bilang (saya) orang yang cari perhatian atau biar jadi orang terkenal.

Tapi saya pribadi, dalam diri saya sendiri itu tidak ada paksaan atau keinginan untuk menjadi katakanlah viral atau terkenal. Nggak.

Setelah video aksi kampanye anti narkoba di Tugu Yogyakarta yang viral ada perubahan?

Kalau habis kejadian viral itu alhamdulillah pegowes-pegowes yang kemarin mungkin memandangnya sebelah mata, sekarang baru sadar. Ternyata ini to tujuannya Bilal Madukoro.

Apa kendala selama aksi gowes kampanye anti narkoba?

Alhamdulillah (tidak ada). Kalau memang tujuan dalam diri kita baik, nggak punya tendensi apa-apa, itu insya Allah selalu lancar.

Semenjak saya gowes satu setengah tahun lalu sampai saat ini saya belum pernah masuk angin.

Semenjak sibuk gowes pernah merasa pengen mengonsumsi narkoba lagi?
Alhamdulillah nggak. Udah nggak punya pikiran ke arah itu. Malah justru kalau punya teman yang suka makai itu saya malah sakit.

Jadi gowes sangat membantu mengurangi keinginan mengonsumsi narkoba?

Menurut saya pribadi efektif banget untuk menghilangkan kecanduan, atau apa itu. Daripada terapi, menurut saya pribadi yang paling tepat melakukan gowes ini.

 

v © 2018 brilio.net

 Apa pengalaman menarik selama kampanye anti narkoba ini?

Waktu itu saya gowes Merapi-Merbabu, sekitar sebelum puasa. Pas padusan itu.

Di pas tanjakan Selo itu saya dikejar sama rombongan pecinta motor. Diteriaki sama kata-kata yang kotor. Kayak nantangin. Tapi alhamdulillah, karena mungkin ridha Allah saya pengen berbuat baik, jihad untuk melawan narkoba, saya bisa menghindari ancaman itu.

Terus yang di Semarang itu saya juga ditabrak dari belakang. Pulang dari Semarang, waktu itu gowes bareng Pak Ganjar (Pranowo).

Nggak takut sama ancaman atau risiko lain dari orang yang nggak suka dengan kampanye Pak Bilal?

Saya jujur, kalaupun saya mati demi kampanye anti narkoba, saya rela. Ini jihad.

Gowes dengan Jersey Kulit sampai ke Jakarta gimana cerita awalnya?

Ketua BNN Jogja yang kemaren Brigjen Sumardi, itu memberi tantangan buat saya.

“Om Bilal, kalau cuma gowes Jogja nggak pakai baju, siapa yang nggak kenal Bilal Madukoro si Jersey Kulit. Kalau pengen bener-bener kamu jihad, gila di Senayan,”

Nah dari situlah saya kayak tertantang. Wah iya e Jakarta itu yang notabenenya para berandal narkoba kelas kakap berkeliaran.

Apa pesan Pak Bilal terkait penyalahgunaan narkotika?

Buat teman-teman saya sendiri yang mungkin masih mengonsumsi narkoba dan miras segeralah sadar. Sebelum ajal menjemput dengan overdosis.