Jengmuda Parmunangan Sinaga (17) berhasil berenang ketika feri kayu yang penuh sesak tenggelam di salah satu danau vulkanik terdalam di dunia di Sumatra, Indonesia, katanya kepada Reuters, Rabu (20/6).

"Setelah kami berangkat dari pelabuhan Simanindo dan sampai di tengah danau, feri mulai miring. Hal berikutnya yang saya tahu kapal itu tenggelam. Kami terus berpegangan sementara itu tenggelam," ujar Jengmuda membuka cerita.

Ia mengatakan, ketika feri mulai miring dia berlari ke atas kapal, tetapi teman-temannya masih di dek bawah. Ia melihat semua orang yang melompat dari feri berusaha naik lagi di atasnya.

"Saya menahan dua orang tapi ada orang-orang menggenggam berdiri dari bawah air, jadi saya harus membiarkan mereka pergi, karena saya mulai tenggelam lagi. Saya menendang mereka pergi," lanjutnya.

Pihak berwenang tidak dapat mengkonfirmasi berapa banyak yang naik ketika kapal tenggelam pada hari Senin (18/6) dalam cuaca buruk, karena tidak memiliki manifes. Empat orang dikonfirmasi tewas dan 18 korban selamat, tetapi para pejabat khawatir jumlah korban tewas bisa jauh lebih tinggi. Penyelam dan drone bawah laut bergabung dengan armada kapal penyelamat untuk mencari sedikitnya 192 penumpang yang hilang.

Kerabat korban menunggu kabar di pelabuhan kecil Tigaras di Danau Toba. Tim pencari berharap untuk menemukan banyak lagi korban yang terperangkap setelah mereka tahu di mana kapal tenggelam di danau, yang dalamnya 450 meter tersebut.

Presiden Indonesia Joko Widodo berbelasungkawa dan memerintahkan Kementerian Perhubungan untuk mengevaluasi prosedur keselamatan.