Brilio.net - Kopi merupakan salah satu minuman paling populer di dunia. Tak heran apabila bisnis kopi banyak digeluti oleh banyak orang di berbagai negara. Kedai kopi pun kini sangat mudah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Bagi sebagian orang, bisnis tersebut bahkan telah mendatangkan keuntungan yang sangat besar dalam waktu yang relatif singkat. Salah satunya adalah Jenny Zhiya Qian.

Dilansir brilio.net dari laman Forbes, Minggu (9/6), pengusaha asal China tersebut sukses menjadi miliarder setelah berjualan kopi dengan nama Luckin Coffee. Qian bahkan menjadi miliarder hanya dalam kurun waktu kurang dari 20 bulan. Status miliarder Qian diraih usai Luckin Coffee melakukan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di bursa saham Nasdaq, New York, Amerika Serikat.

Pada awal perdagangan saham di AS pada pertengahan Mei lalu, harga saham Luckin Coffee naik dari USD 17 menjadi USD 25,96 per lembarnya. Meningkatnya permintaan yang tinggi membuat kapitalisasi pasar Luckin Coffee bernilai mencapai USD 6 miliar. Sebagai pendiri, Qian memiliki saham Luckin Coffee sebesar 17 persen. Dari situ, perempuan bergelar MBA itu memiliki kekayaan sekitar USD 1 miliar atau sekitar Rp 14,25 triliun.

Bisnis kopi memang tengah populer di China. Sebelumnya, Qian bekerja sebagai CEO di sebuah perusahaan rental mobil. Usai mengumpulkan uang, ia akhirnya memutuskan untuk mendirikan Luckin Coffee pada bulan Oktober 2017 lalu. Dari sekian banyak bisnis kopi di China, Luckin Coffee kini menjadi pesaing kuat Starbucks.

Dari segi harga, produk Luckin Coffee terbilang cukup terjangkau dibanding kopi Starbucks. Hal itu lah yang membuat kedai selalu ramai oleh pembeli. Tidak hanya itu, pembelian kopi di Luckin Coffee juga dapat dilakukan lewat aplikasi dengan pengiriman yang cepat. Hasilnya, sepanjang tahun 2019, Luckin Coffee telah menjual sebanyak 90 juta cangkir kopi.

Kini, kedai Luckin Coffee telah tersebar di 2.400 titik di China. Pada akhir 2019, Qian berencana membuka 4.500 kedai di berbagai daerah di China. Angka tersebut akan mengalahkan jumlah kedai Starbucks di China yang kini jumlahnya 3.600 kedai.

Meski demikian, ekspansi bisnis Luckin Coffee harus mendapatkan sejumlah konsekuensi. Luckin Coffee harus menelan kerugian hingga USD 241,3 juta dengan pendapatan USD 125,3 juta di quartal pertama tahun 2019. Kerugian tersebut masih berlangsung hingga saat ini.

Qian membiayai kedai kopi miliknya dengan menggunakan sistem 'venture capital' yang berhasil mengumpulkan dana lebih dari USD 700 juta dalam pendanaan swasta sebelum kedai kembali ke publik. IPO pada bulan Mei telah membuat kedai ini mengumpulkan USD 560 juta. Kini, Luckin Coffee terus berupaya untuk menjadi kedai kopi terbaik di China.