Brilio.net - Film animasi 'Merah Putih: One For All' yang akan tayang pada 14 Agustus 2025 terus menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat, terutama terkait isu biaya produksinya. Meskipun sempat beredar kabar bahwa film ini menelan anggaran fantastis hingga Rp 6,7 miliar, produser eksekutif film ini membantah akan isu tersebut.
"Yang jelas film ini merupakan sumbangsih yang dilakukan secara mandiri dan dilakukan secara gotong royong. Kalau dinilaikan dalam nilai rupiah atau value, mungkin lebih daripada yang viral itu," katanya, dikutip brilio.net dari Liputan6.com, Rabu (13/8).
Saat ditanya soal apakah wajar film Merah Putih: One for All dibuat dengan jumlah dana yang viral tersebut, Sonny Pudjisasono menyebut bahwa sebenarnya kebutuhan dana untuk membuat film animasi justru lebih besar dari angka ini.
"Film animasi sebetulnya lebih dari itu, kalau dibuat yang sesungguhnya ya biaya animasinya. Itu karena biaya untuk animatornya dengan timnya, perlengkapannya, melampaui bujet seperti itu," ujar Sonny Pudjisasono, yang kembali menekankan, film ini hasil gotong royong.
Profil Sonny Pudjisasono
foto: X/@yan_widjaya
Sonny Pudjisasono yang lahir di Singaraja pada 21 Januari 1959. Ia merupakan lulusan SMA N 9 Surabaya pada 1977—1979. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Bayangkara Surabaya tahun 2004—2009 dan lulus sebagai Sarjana Hukum.
Karier Sonny diawali dari usaha bioskop keliling yang dia tekuni sejak 1977. DIa kemudian bergabung dengan Badan Perfilman Indonesia sebagai Stackholder pada tahun 2014-2022.
Ia aktif dalam mengembangkan industri film dan saat ini menjabat sebagai Direktur Utama Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, lembaga swasta yang fokus pada perkembangan industri film nasional.
Pada tahun 2015 Sonny menjabat sebagai Komisaris Utama di Midessa Sasono Picture. Dan tahun 2019 dia pernah menjadi direktur di Perfiki Law Firm hingga tahun 2022.
Selain itu, Sonny juga memimpin Perfiki Kreasindo sebagai Ketua Umum, organisasi yang bertanggung jawab memproduksi "Merah Putih: One for All."
Karier di Dunia Politik
foto: X/@yan_widjaya
Selain dikenal sebagai produser film, Sonnny juga dikenal aktif di berbagai posisi penting, termasuk pernah menjadi kader Partai Buruh dan mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI.
Dia bergabung dengan Partai Buruh sebagai Sekjen pada tahun 2002, namun keluar pada tahun 2008. Kemudian Sonny masuk kembali ke partai pertamanya itu dan langsung menjadi Ketua Umum hingga tahun 2021.
Sekarang Sonny Pudjisasono menjabat sebagai Wakil Ketua di Majelis Pengarah Peradin dari tahun 2019 hingga 2029.
Kiprah dan pengalamannya yang luas membuatnya menjadi figur berpengaruh dalam perfilman Indonesia, yang ingin terus mendorong kemajuan industri animasi lokal meski menghadapi banyak tantangan.
Film Merah Putih: One For All yang Viral
foto: Instagram/@merahputihoneforall
Terkait isu biaya produksi film yang disebut-sebut mencapai Rp6,7 miliar. Sonny menjelaskan bahwa angka tersebut sebenarnya tergolong kecil jika dibandingkan biaya produksi film animasi lain yang sesungguhnya, yang melibatkan banyak animator dan perlengkapan yang memadai. Film ini juga dianggap sebagai hasil gotong royong yang membuat beban biaya terasa lebih ringan.
Film "Merah Putih: One for All" sendiri mengangkat cerita perjuangan sekelompok anak dari berbagai daerah di Indonesia yang bersatu untuk menyelamatkan bendera pusaka Merah Putih yang hilang. Dengan durasi sekitar 70 menit, film ini mencerminkan semangat persatuan dan kekayaan budaya Nusantara.
FAQ Film Merah Putih: One for All
1. Siapa sutradara dan penulis skenario film Merah Putih: One for All?
Film ini disutradarai oleh Endiarto dan Bintang Takari, yang juga terlibat dalam penulisan skenario film ini.
2. Berapa lama proses produksi film Merah Putih: One for All?
Proses produksi film ini terbilang sangat singkat, hanya memakan waktu sekitar dua bulan.
3. Apa tantangan terbesar dalam produksi film animasi ini?
Tantangan utama adalah keterbatasan waktu dan biaya. Produksi animasi memerlukan teknologi tinggi, kreativitas, dan sumber daya manusia yang kompeten, namun film ini diproduksi dalam waktu singkat dengan dana terbatas.
4. Apakah pemerintah memberikan dukungan finansial untuk film ini?
Pemerintah, melalui Kementerian Ekonomi Kreatif, hanya memberikan dukungan berupa masukan teknis saat audiensi dengan tim produksi. Mereka tidak memberikan pendanaan atau fasilitas promosi secara langsung.
5. Bagaimana tanggapan komunitas animasi terhadap film ini?
Film ini mendapat kritik dari beberapa animator dan pelaku industri animasi karena kualitas animasinya yang dianggap kurang memadai dan produksi yang terlalu cepat dibandingkan standar produksi animasi lain yang biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Recommended By Editor
- Produser film animasi Merah Putih "one for all" bantah habiskan dana Rp 6,7 M, ini 5 klarifikasinya
- Viral film animasi Merah Putih telan bujet Rp6,7 Miliar, Wamen Irene Umar angkat bicara soal pendanaan
- Hanung Bramantyo kritik film animasi Merah Putih 'One For All' telan dana Rp6,7 M, minta tunda tayang
- 8 Fakta film kartun Merah Putih: One For All, habiskan miliaran rupiah tapi banjir kritikan
- Film Jumbo capai 10 juta penonton, Bunga Citra Lestari ngaku bangga
- Jumbo raih 9,2 juta penonton, film Indonesia terlaris ke-2



































