Brilio.net - Di Kampung Nelayan Seberang, Belawan, Sumatera Utara ada pemandangan yang agak berbeda. Di antara perahu dan nelayan-nelayan yang beraktivitas, ada sebuah perpustakaan yang terapung di laut yang dikenal dengan Perpustakaan Terapung (Perapung).

Irwan Saputra (24) adalah sosok yang berada di balik berdirinya perpustakaan tersebut. Ceritanya, Irwan datang ke kampung itu hanya untuk berwisata kuliner, lalu melihat kondisi pendidikan yang ada dihuni hampir 1.000 kepala keluarga ini begitu memprihatinkan. Kampung itu hanya punya satu bangunan sekolah.

Lalu, timbul niatnya untuk memajukan dunia pendidikan anak-anak nelayan di daerah ini. Pada 26 Januari 2014, bersama teman-temannya Irwan meresmikan mendirikan perpustakaan terapung yang ditargetkan menjadi ruang belajar bagi anak-anak nelayan yang berusia 4 hingga 12 tahun. Volunter nya adalah teman-teman mahasiswanya.

 

Di sinilah Perapung dibangun untuk masa depan anak-anak nelayan

perpus © 2016 brilio.net

 

Perpustakaan dengan lebar 5 m x 5 m ini berdiri di atas permukaan air laut. Meski dengan bangunan seadanya dan berdiri dengan pondasi yang sehari-hari harus di hempas ombak, namun perpus tersebut adalah harapan pendidikan anak-anak nelayan. Perpustakaan terapung ini pada tahun 2015 sempat roboh. Namun para relawan yang mengelola perpustakaan ini kembali mendirikan tempat baru.

Irwan mendirikan Perapung bukan langkah yang mudah. Awalnya ia ditentang oleh warga setempat. "Anak-anak di sini lebih diutamakan harus mencari uang dan membantu orang tuanya mencari ikan. Tapi kami gak menyerah begitu saja. Kami adakan sosialisasi kepada para nelayan bahwa pendidikan bagi anak-anak mereka itu penting. Butuh waktu setahun untuk meyakinkan para orang tua yang anak-anaknya belajar disini,” tutur Irwan.

 

Anak-anak nelayan sedang asyik membaca di Perapung

perpus © 2016 brilio.net

 

Pendidikan di Perapung pun terus berjalan. Anak-anak nelayan terus berdatangan. Saat ini koleksi buku mencapai 1.000 eksemplar. Terdiri dari berbagai jenis buku pelajaran yang layak bagi anak-anak. Buku-buku itu diperoleh dari sumbangan para mahasiswa, dosen dan masyarakat umum.

Bukan cuma sekedar perpustakaan, tetapi di sini para relawan juga membuka kelas reguler setiap hari minggu. Anak-anak nelayan ini diajarkan tentang membaca, menulis, kerajinan tangan, bahasa Inggris dan kelestarian lingkungan. Tak hanya itu, salah satu anak nelayan yang sering belajar dan bermain di perpustakaan terapung ada yang terpilih mewakili Sumatera Utara dalam ajang literasi di Sulawesi.