Keinginannya semakin membara ketika diajak mengikuti kongres wayang. Setelah melakukan riset dan studi literatur, Ki Lutfi mulai mewujudkan ide-idenya dengan mengonsep dan memvisualisasikan sejumlah tokoh sahabat Nabi dalam bentuk wayang.

"2013 itu ada kongres wayang, terus saya ikut aja sih di ajak dosen saja. Tiga hari itu di PKKH UGM dan Hotel Garuda," ungkap dalang lulusan S2 Program Studi Interdisiplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di UIN Sunan Kalijaga.

Tak hanya tokoh wayang, Lutfi juga mengonsep dan membuat sendiri lakon atau jalan cerita Wayang Kekayon Khalifah. Agar tak melanggar fikih Islam, ia menggambarkan setiap tokoh bukan dalam bentuk sosok wujud menyerupai manusia sebagaimana wayang purwa pada umumnya. Melainkan lewat seni kaligrafi dengan perwujudan berbagai warna.

guru sma hobi blusukan ki lutfianto © 2023 brilio.net

foto: Brilio.net/Ferra Listianti

Sementara dalam pembuatan wayang ia tak sendiri. Dibantu desainer dan kaligrafer dari ISI, penatah, hingga penyungging wayang profesional, ia membuat tokoh khilafah dengan memanfaatkan bahan kulit sapi asli. Tak tanggung-tanggung, untuk membuat satu tokoh wayang ia mengeluarkan biaya antara Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per unit tergantung kerumitannya.

Blusukan dari kampung ke kampung

Lutfi mengenalkan wayang Kekayon Khalifah kreasinya dari kampung ke kampung. Terhitung, ia sudah menjelajahi berbagai masjid di Yogyakarta dalam mendakwahkan Islam dengan pagelaran wayang. Sebelumnya, ia menggelar sendiri di masjid dekat rumahnya. Kala itu, ia masih menggunakan kertas.

"Tahun 2017 awal bulan Februari itu tak gelar tak iklankan ke masyarakat sini. Masih kertas waktu itu. Biar ada respon dari masyarakat, ada masukan, nanti saya tambahin," ujar Lutfi yang saat ini menempuh program doktoral S3 yang mengambil Konsentrasi Kependidikan Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

guru sma hobi blusukan ki lutfianto © 2023 brilio.net

foto: Brilio.net/Ferra Listianti

Bukan hanya ke berbagai daerah di masjid-masjid kampung, guru bahasa Jawa di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul ini juga telah pentas di sekolah-sekolah, kampus, komunitas, dan di beberapa pameran wayang/kaligrafi.

Selama kurang lebih 10 tahun mengenalkan superhero muslim lewat wayang kreasinya, Ki Lutfi mengaku merasakan banyak suka duka menjadi seorang dalang wayang Kekayon Khalifah. Baik itu mendapat respons positif dengan diundang di berbagai forum nasional maupun internasional, hingga bertemu sejumlah pakar mulai dari pakar kaligrafi dan sastrawan Jawa.

Seperti pada tahun 2019 lalu, Ki Lutfi mendapatkan undangan dari Konferensi Internasional Pengurus Cabang Internasional Nahdlatul Ulama (PCINU) di Belanda kampus Radboud University, Nijmegen. Namun, karena persoalan biaya, ia tak bisa berangkat ke Belanda. Ia pun hanya mengirimkan makalah mengenai kreasi wayangnya saja.