Belakangan ini, media sosial dihebohkan dengan sebuah video yang diduga menunjukkan pemandu bernama Ali Mustofa berusaha menyelamatkan turis Brasil, Juliana Marins, setelah ia jatuh di Gunung Rinjani. Video ini muncul setelah berita tentang kematian Juliana membuatnya masuk daftar hitam taman nasional tersebut.

Rekaman singkat yang dibagikan oleh akun Instagram @rinjani.man pada Kamis, 3 Juli 2025, menunjukkan Ali yang berusaha turun untuk menolong Juliana. Dalam keterangan video tersebut, disebutkan bahwa meskipun tali yang tersedia mencapai 200 meter, Ali hanya berani turun sejauh 100 meter karena kurangnya pengalaman dan peralatan keselamatan yang memadai. Dia kemudian memutuskan untuk naik kembali karena takut terjadi hal-hal yang lebih buruk.

Usaha Ali ini mendapatkan banyak apresiasi dari warganet yang menyebutnya sudah berusaha semaksimal mungkin. Saat Balai Taman Nasional Gunung Rinjani dihubungi untuk meminta komentar mengenai keputusan memasukkan Ali ke dalam daftar hitam, namun hingga saat ini belum ada tanggapan resmi.

Sebelumnya, Ali menyatakan kepada media Brasil O Globo bahwa dia tidak pernah meninggalkan Juliana. Dia menjelaskan, "Sebenarnya, saya tidak meninggalkannya, tapi saya menunggu tiga menit di depannya. Setelah sekitar 15 atau 30 menit, Juliana tidak muncul." Dia juga menambahkan bahwa dia melihat cahaya senter di jurang dan mendengar suara Juliana meminta tolong.

Ali melaporkan kecelakaan tersebut kepada agen tur tempat dia bekerja dan meminta bantuan darurat. Dia menekankan bahwa tidak mungkin untuk membantu Juliana sendirian dari kedalaman sekitar 150 meter tanpa peralatan yang tepat.

Setelah tim penyelamat menerima informasi tentang kecelakaan tersebut, mereka segera bergegas untuk membantu dan menyiapkan peralatan yang diperlukan. Ali mengungkapkan bahwa Juliana membayar Rp2,5 juta untuk paket wisata mendaki Gunung Rinjani.

Dalam berita terbaru, hasil autopsi ulang jenazah Juliana yang diminta oleh keluarganya melalui Kantor Pembela Umum Persatuan Brasil (DPU) dapat mendukung penyelidikan internasional mengenai kematiannya. Jika terbukti tidak ada akuntabilitas dari pihak berwenang Indonesia, Brasil dapat membuka penyelidikan sendiri melalui Kepolisian Federal.

"Kami telah meminta Kepolisian Federal untuk menyelidiki kemungkinan kelalaian dalam menelantarkan korban," kata Tassa Bittencourt, seorang pembela hak asasi manusia di Rio de Janeiro. Namun, hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari Kepolisian Federal mengenai hal ini.

Jika ditemukan adanya kelalaian, kasus kematian Juliana bisa dibawa ke badan internasional, yang dapat menyeret Indonesia sebagai pihak tertuduh. Menko Kumham Yusril Ihza Mahendra menyatakan bahwa pemerintah Indonesia belum menerima surat resmi dari Brasil terkait penuntutan hukum atas kematian Juliana di Gunung Rinjani.

Di sisi lain, Sekretariat Negara Kepolisian Sipil Rio de Janeiro melaporkan bahwa autopsi terhadap Juliana telah selesai dan jenazahnya diserahkan kepada keluarga. Upacara pemakaman berlangsung pada Jumat, 4 Juli 2025, di Niteri, kampung halamannya, dengan penghormatan terakhir di Pemakaman Parque da Colina, Pendotiba.