Brilio.net - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menyebut, 175 juta dosis vaksin telah disuntikkan di Indonesia. Dunia menilai Indonesia cukup baik dalam mengejar target vaksinasi. Bahkan, dibandingkan negara-negara lain yang bukan produsen vaksin, Indonesia adalah yang terbaik.

Hal ini didukung pernyataan pemerintah yang mengumumkan, lebih dari separuh sasaran vaksinasi di Indonesia telah mendapatkan dosis pertama vaksin Covid-19. Namun demikian, pemerintah masih mengejar target cakupan vaksinasi nasional pada akhir 2021, yaitu 70% penduduk Indonesia telah divaksin.

Untuk itu, pemerintah terus mengupayakan percepatan dan pemerataan vaksin di seluruh wilayah dan pada berbagai kelompok. Khususnya, bagi kelompok lansia dan remaja yang menjadi prioritas.

Mengenai vaksinasi lansia, menurut Siti Nadia Tarmizi, masih merupakan tantangan. Adanya mispersepsi dan hoaks adalah salah satu kendala utama yang terus diatasi hingga kini. Diketahui, per 21 Oktober 2021, tercatat baru sekitar 36% sasaran vaksinasi lansia mendapatkan suntikan dosis pertama.

"Padahal untuk kelompok ini sudah kita mulai sejak akhir Maret dan mereka memiliki kerentanan tinggi," tutur wanita yang akrab disapa Nadia itu.

Vaksinasi, ujar Nadia, tetap menjadi upaya utama mempertahankan kondisi Covid-19 yang telah membaik di Tanah Air. Berdampingan dengan disiplin protokol kesehatan (Prokes) yang tetap menjadi kunci walaupun relaksasi telah dibuka, serta upaya deteksi.

Pemerintah juga menjamin semua vaksin yang digunakan di Indonesia aman, sehingga masyarakat terus diimbau agar tidak pilih-pilih vaksin. Hal ini tak terlepas dari fakta bahwa vaksin memang terbukti menurunkan risiko gejala sakit berat bahkan kematian akibat Covid-19.

"Kita berharap, vaksinasi pada 2022 mulai menggunakan Vaksin Merah Putih kita," ujar Nadia.

Nadia juga menjelaskan, potensi munculnya gelombang ketiga adalah sebuah keniscayaan. Sebuah publikasi ilmiah telah menyebutkan, pola Covid-19 akan menimbulkan beberapa gelombang, dengan lebih dari satu puncak gelombang.

Saat menghadapi varian Delta, negara-negara dengan cakupan vaksinasi cukup tinggi pun tetap mengalami peningkatan kasus, walau kematian dan gejalanya relatif lebih rendah. Sementara, varian Delta hingga saat ini masih mendominasi di Indonesia. Oleh karena itu, Nadia terus mengingatkan masyarakat agar tidak pernah lengah dan selalu waspada.

"Kita ketahui, pada akhir tahun ada potensi kegiatan-kegiatan masyarakat yang menimbulkan kenaikan kasus karena mobilitas masyarakat meningkat," ujar Nadia.

Dalam kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinolog, Dirga Sakti Rambe mengatakan, manusiawi bila masyarakat lelah. Namun pada prinsipnya, pandemi belum selesai. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga belum mencabut status pandemi, sehingga upaya perlindungan kesehatan dan keselamatan tetap jadi nomor satu.

"Pemerintah memiliki instrumen Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di setiap daerah. Itu seperti gas dan rem, kapan dilonggarkan dan diperketat. Tugas kita cuma satu : patuh," tegas Dirga.

Terkait vaksinasi, Dirga menjelaskan, 48% penduduk dunia telah divaksin setidaknya satu kali. Lebih dari 6 miliar dosis telah disuntikkan.

Dari data tersebut dapat pelajari, semua merek vaksin efektif terutama untuk mencegah sakit berat dan kematian. Namun, vaksinasi tidak mencegah penularan, maka meski sudah lengkap vaksin, masyarakat harus tetap disiplin prokes guna mendapatkan proteksi lebih optimal.

Dalam rangka mempertahankan level kesadaran dan kepatuhan warga akan prokes dan vaksinasi, pemerintah melakukan berbagai strategi. Seperti Pemkot Surabaya bekerja sama dengan TNI Polri juga petugas kesehatan yang melakukan sejumlah upaya.

Selain melakukan woro-woro untuk mengingatkan masyarakat setiap pagi, terdapat operasi swab hunter yang berpatroli di kerumunan masyarakat. Petugas akan melakukan tes swab, vaksinasi bagi yang belum, dan bila hasil swab adalah positif maka yang bersangkutan akan dibawa ke pusat isolasi.

Bukan hanya itu, petugas juga melakukan upaya jemput bola untuk memastikan vaksinasi kelompok lansia. Upaya tersebut terbukti efektif, karena saat ini Surabaya berada pada level 1 PPKM.

"Vaksinasi kami dorong hingga level RT RW, bukan hanya vaksinasi terpusat. Hari, waktu, dan lokasi penyelenggaraan vaksinasi juga dibuat beragam," tutur Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya, Muhamad Fikser.

Fikser mengatakan, pengendalian pandemi berbasis aplikasi yang dijalankan di Kota Surabaya dinilai sangat memudahkan petugas di lapangan. Salah satunya aplikasi lawancovid-19 yang berisi data terkait penanganan Covid-19. Ada pula aplikasi berisikan rekapitulasi vaksinasi yang dapat digunakan petugas untuk menganalisis situasi hingga pada tingkat kecamatan atau kelurahan.

"Termasuk nama-nama warga, agar petugas dapat menyisir di lapangan," beber Fikser.

Ia menambahkan, PeduliLindungi juga telah terpasang di semua instansi pemerintahan kota. Selain itu, semua kegiatan dilakukan asesmen untuk melihat apakah berpegang pada prokes. Menurutnya, semua stake holder bertanggung jawab untuk terlibat penuh, termasuk sosialiasi prokes pada masyarakat.