Brilio.net - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti menyoroti soal tumbuh kembang anak. Susi mengatakan bahwa ada hubungan antara gizi dan mencegah anak Indonesia dari kuntet atau tinggi badan rendah walau sudah dewasa. Susi mengutip data dari sensus periode 2003-2013 di mana anak-anak Indonesia yang tumbuh kuntet sebanyak 39 persen.

 

susi tinggi badan © 2017 brilio.net
foto: merdeka.com

Menurut dia, diet ikan bisa menanggulangi permasalahan ini. Asupan gizi untuk si kecil memang harus diperhatikan agar tumbuh kembang si kecil makin baik. "Angka stunting di Indonesia tinggi, 1 dari 3 anak itu kuntet. Saya berharap kita dapat memenuhi kebutuhan protein kita dengan aquaculture ini," tegas Menteri Kelautan dan Perikanan sebagaimana dikutip dari Merdeka.

dr Atmarita dari Direktorat Gizi Ditjen Kesehatan Masyarakat menulis sebuah jurnal berjudul "Masalah Anak Pendek di Indonesia dan Implikasinya Terhadap Kemajuan Negara". Jurnal ini ditulis dalam pertemuan ilmiah Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi). Jurnal ini menjelaskan hubungan antara asupan gizi dan tinggi badan terhadap tingkat kecerdasan anak.

Dalam sampelnya, anak berusia 19 tahun memiliki rata-rata tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan rujukan. Pada anak laki-laki adalah 162,9 cm, lebih pendek 13,6 cm dibanding rujukan, dan pada anak perempuan adalah 152,8 cm atau 10,4 cm lebih pendek dibanding rujukan. Hal ini menunjukan hubungan antara gizi buruk dan tinggi badan. Karena gizi buruk, tingkat kecerdasan anak yang menjadi sampel juga rendah.

 

susi tinggi badan © 2017 brilio.net
foto: newkidscenter.com


Sebuah studi di jurnal PLOS Genetics berjudul "The Genetic Correlation between Height and IQ: Shared Genes or Assortative Mating?" menjelaskan tentang korelasi antara tinggi badan dan tingkat kecerdasan dalam tingkat genetik. Penelitian ini melihat dari ciri-ciri keturunan orang tua seperti tinggi badan dan kecerdasan IQ. Penulisnya, Matthew C. Keller adalah peneliti dari Fakultas Psikologi dan neurosains dari Universitas Colorado.

Penelitian ini mengambil data dari 2.936 keluarga dari empat kelompok berbeda. Sampel diambil dari keluarga di Amerika dan Australia. Ketika semuanya digabungkan, rentang usia dari sampel sebesar 12-28 tahun untuk saudara kembar, 10-35 tahun untuk saudara biasa, dan 29-78 untuk orangtua. Hal ini penting untuk melihat pengaruh keturunan pada tinggi dan tingkat kecerdasan.

Hasi penelitian menunjukkan bahwa tinggi badan dan tingkat kecerdasan memang berbanding lurus. Keturunan menjadi kunci utama dalam penentuan tinggi badan atau tingkat kecerdasan. Tapi hasil ini ternyata juga bisa dipengaruhi oleh nutrisi, lingkungan, dan kondisi tubuh. Jadi walaupun ada hubungan genetik antara tinggi badan dan tingkat kecerdasan, ada faktor lain yang juga mempengaruhi hubungan keduanya.

Ada juga sebuah penelitian dari Universitas Edinburgh di Skotlandia tentang korelasi genetik antara tinggi badan rata-rata dan tingkat kecerdasan. Jurnal mereka diterbitkan oleh Behavior Genetics yang menganalisis 6.815 orang yang tidak saling mengenal satu sama lain. Penelitian ini ditulis oleh Riccardo E. Marioni peneliti dari pusat penelitian kognitif dari universitas Edienburgh, Inggris raya.

Penelitian ini menyatakan bahwa orang dengan IQ tinggi cenderung memiliki tinggi badan yang tinggi pula. Sedangkan orang dengan tinggi yang rendah sering memiliki IQ yang rendah pula. Peneliti tidak langsung mengatakan bahwa tinggi badan dan tingkat kecerdasan memiliki hubungan langsung tapi dinilai dari rata-rata populasi sampel. 70% dari perbedaan tinggi dan tingkat kecerdasan bisa berasal dari genetik, sedangkan 30 % sisanya dari faktor luar seperti lingkungan dan nutrisi.

Penelitian di atas bukan berarti ras manusia eropa yang punya postur badan lebih tinggi punya tingkat kecerdasan lebih tinggi. Tapi, tinggi badan di sini adalah tinggi badan rata-rata di lingkungannya.