Brilio.net - Sebanyak 3.000 mahasiswa dari 500 kampus seluruh Indonesia berencana menggelar Jambore Nasional Mahasiswa Indonesia di Cibubur, Jakarta Timur, pada 4-6 Februari 2017. Acara itu untuk menyamakan persepsi mengenai kebhinekaan di Indonesia dan peneguhan komitmen untuk menjaga serta menjalankan ideologi Pancasila.

Ketua Panitia Jambore Nasional, Septian, mengatakan saat ini ada ancaman yang cukup serius terhadap NKRI, ideologi Pancasila dan kebhinekaan. Situasi bangsa ini jadi terpecah karena isu SARA. Padahal pendiri bangsa ini terdiri dari berbagai suku, agama, dan asal usul lainnya.

"Sebagai generasi muda yang kelak akan mewarisi negara ini tentu mahasiswa tidak boleh berdiam diri melihat situasi sosial politik yang menguatnya isu SARA," kata Septian yang tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Tangerang, Banten, dalam keterangan pers, Jumat (3/2).

Dia mengatakan sebagai kekuatan pro-demokrasi, mahasiswa harus menunjukkan sikap serta keberpihakan pada NKRI dan Pancasila. Sebab hanya Pancasila yang bisa menjaga Republik ini berdiri tegak.

"Jika ada kelompok yang ingin mengubah dasar negara Pancasila, berarti kelompok tersebut adalah musuh mahasiswa dan rakyat Indonesia," terangnya.

Menurut Septian, kegiatan jambore ini bukan kegiatan politik, tetapi berangkat dari keprihatinan atas situasi yang ada. Sangat disayangkan kalau energi dan potensi anak bangsa habis untuk memikirkan masalah SARA yang harusnya sudah dituntaskan oleh pendiri bangsa.

Dalam jambore nanti, ditambahkan Septian, peserta akan melakukan kajian ilmiah tentang Pancasila, NKRI serta kebhinekaan yang hasilnya bisa disampaikan kepada publik dan pemerintah.

"Kita tidak bisa mengintervensi Tuhan. Kita tidak pernah bisa menolak apa yang Tuhan inginkan. Apakah jadi orang China, Batak, Jawa, Dayak dan sebagainya, kita tak bisa mengintervensi apapun. Kita harus bisa menerima dan menghargai apapun yang ada," tambah Wakil Ketua Panitia Pelaksana Jambore, Egi Hendrawan dari Universitas Pakuan Bogor, Jawa Barat.

Sejak Oktober 2016 lalu, kata Egi Hendrawan, mahasiswa sudah berinisiatif membentuk posko relawan penjaga NKRI di Universitas Mpu Tantular, Jakarta. Hingga saat ini setidaknya posko tersebut sudah terbentuk di 100 kampus di seluruh Indonesia.

"Kita melihat ada pihak tertentu yang ingin mengganti Pancasila, menolak kebhinekaan di NKRI. Di situ kita harus memainkan peran. Mahasiswa harus menjadi menjadi pelindung bagi korban SARA," tegasnya.

Isworo dari Universitas Islam Negeri Jakarta, UIN Jakarta yang berperan sebagai penghubung peserta jambore mengatakan sekitar 500 kampus yang terlibat dalam kegiatan tersebut berasal dari sekitar 20 provinsi. Masing-masing kampus akan mengirimkan 5 (lima) orang wakil. Inisator kegiatan ini berasal dari elemen mahasiswa yang berada di DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat.

Delegasi mahasiswa dari Sulawesi dan Kalimantan, Sumatera, dan Kepri menuju Jakarta dengan menumpang kapal laut. Sedangkan delegasi aktivis mahasiswa di Jawa, Bali dan Lampung sedang bergerak dengan menumpangi bis dan kereta api.