Brilio.net - Gunung Agung kembali menunjukkan aktivitasnya yang semakin intensif. Bahkan, status gunung yang berlokasi di Karangasem, Bali itu naik level dari III (siaga) menjadi level IV (awas). Status Awas ini mulai diberlakukan oleh pihak berwenang pada hari ini (27/11) pukul 06.00 Wita.

Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG, I Gede Suantika memberikan pengumuman di Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Senin (27/11). "Kami deklarasikan mulai pukul 06.00 Wita hari ini, Senin, 27 November 2017 statusnya kita naikkan dari Siaga menjadi Awas."

Menurutnya lagi, radius bahaya kini ikut berubah yakni dari 6 kilometer menjadi 8 kilometer dengan zona perluasan dari 7,5 kilometer menjadi 10 kilometer ke arah utara-timut laut, tenggara-selatan dan barat daya. PVMBG juga memprediksi, Gunung Agung kini berpotensi mengalami letusan besar. Gunung setinggi 3.142 mdpl itu terus mengeluarkan lava dan melontarkan abu vulkanik setinggi 3.400 meter.

Gede Suantika juga tak menampik jika Gunung Agung kali ini berpotensi meletus dahsyat, tak jauh berbeda ketika meletus di tahun 1963. "Ini sama dengan 1963. VEI-nya (Volcanic Explosivity Index) itu antara 4 atau 5," kata Gede Suantika kepada wartawan, Minggu (26/11).

Letusan Gunung Agung di tahun 1963 mulai terjadi pada 18 Februari 1963 dan baru berakhir pada tanggal 27 Januari 1964. Letusan dahsyat ini memakan korban sebanyak 1.148 jiwa meninggal dunia dan 296 mengalami luka. Mayoritas korban mengalami terpaan awan panas yang melanda lebih dari 70 kilometer persegi.

Selain itu, sekitar 1.700 rumah hancur, sekitar 225.000 orang kehilangan mata pencaharian dan sekitar 100.000 orang harus mengungsi. Letusan ini diawali dengan gempa bumi ringan yang hanya dirasakan warga Kampung Yeh Kori. Sehari setelahnya, gempa bumi kembali dirasakan di Kampung Kubu, di pantai timur laut kaki Gunung Agung, sekitar 11 kilometer dari lubang kepundannya.

Tak lama letusan malah menjadi dahsyat, Gunung Agung bergemuruh dan melemparkan bola api. Wilayah Pura Besakih, Rendang, dan Selat dihujani batu-batu kecil, pasir, dan hujan abu pada 23 Februari 1963 silam. Hujan lumpur lebat turun di Besakih sehari kemudian, mengakibatkan bangunan-bangunan di sana roboh. Awan panas dah hujan lahar pun ikut muncul saat itu juga.

Pada tanggal 17 Maret 1963, hari itu merupakan puncak dari erupsi Gunung Agung. Suara letusan mulai berkurang, sementara sisanya adalah aliran lahar ke wilayah-wilayah di bawahnya. Aktivitas erupsi Gunung Agung benar-benar berhenti pada tanggal 27 Januari 1964.