Brilio.net - Patung atau rupang Buddha Amitabha yang berada di atas Vihara Tri Ratna Kota Tanjungbalai, Asahan, Sumatera Utara diturunkan pada Kamis (27/10). Patung setinggi 6 meter yang diresmikan pada 8 November 2009 itu menjadi polemik masyarakat beberapa waktu lalu. Berdasarkan kabar yang beredar, polemik itu lantaran umat Islam di seberang Sungai Asahan secara tak langsung menghadap patung itu ketika salat.

Peristiwa ini menuai pujian banyak kalangan karena menunjukkan potret toleransi di Indonesia. Namun tak sedikit pula yang khawatir hal itu dapat mengancam keberagaman dan intoleransi terhadap kaum minoritas.

Ternyata kekhawatiran sebagain orang itu terbantahkan. Tak ada protes atau penolakan dari umat Buddha. Bahkan reaksi umat Buddha membuat banyak netizen terharu. Hal itu bisa dilihat dari postingan Fanspage Kebajikan ( De ). Pada Kamis (27/10) lalu, fanspage itu mengunggah foto persiapan penurunan patung besar itu.

patung Vihara Tri Ratna © 2016 brilio.net

"Proses Pemindahan Rupang Buddha Amitabha yang berada diatas Vihara Tri Ratna Kota Tanjungbalai Asahan Sumut akan diturunkan pukul 23.00 wib," tulis fanspage tersebut dikutip brilio.net, Senin (31/10).

Postingan yang dibagikan lebih dari 1.000 kali itu juga mendapatkan komentar yang meneduhkan. Tak ditemui komentar kemarahan dari umat Buddha atau yang mengecam dengan penurunan yang sudah disepakati oleh Pemerintah Kota Tanjungbalai, MUI, Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKUB), dan pihak Vihara Tri Ratna yang menampung sekitar 2.000 jemaat itu.

"Dlm ajaran Buddha yg pertama ditekankan 1.buatlah org2 bahagia 2. berikan org rasa nyaman,tenang, tdk merepotkan dan tdk menyusahkan org, 3. berilah org2 semangat dan harapan. Hanya sekedar Rupang. kalau dgn menurunkan rupang simbol tsb membuat byk org merasa lebih tenang..damai..bahagia ... kenapa hrs sedih....kasih Buddha ada dimna2 ..dan tujuan dr ajaran uda diterapkan tdk terikat sm Rupang nya..," kata akun Njoman Sofie.

"Saya terharu dengan kelapangan dan keihlasan umat buddha, saya muslim dan saya berharap semoga yang diluar sana mengerti apa arti perdamaian dan toleransi :) karena semua agama mengajarkan kasih sayang dan kedamaian, jika terjadi perselisihan yang salah bukan agamanya, tapi orangnya. Tuhan tidak tidur, dan Tuhan selalu memberkati," komentar Sinta Rostika.

Semoga ini dapat menjadi contoh di daerah lain agar ada toleransi dengan umat beragama lain dan mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan berbagai persoalan di masyarakat.