Brilio.net - Black box atau kotak hitam milik Lion Air PK-LQP JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat pada Senin (29/10) akhirnya bisa ditemukan Kamis (1/11) oleh tim SAR gabungan. Perangkat penting tersebut ditemukan oleh Sertu Marinir Hendra Saputra, anggota tim penyelaman TNI AL, di kedalaman 30 meter.

Kotak hitam yang ditemukan berupa Flight Data Recorder (FDR). Ini merupakan salah satu komponen dari black box. FDR sendiri bekerja untuk merekam berbagai data yang berhubungan dengan operasi penerbangan. Secara regulasi, FDR bisa merekam waktu, ketinggian, kecepatan, arah dan kondisi pesawat. Status yang terekam dapat memberikan informasi hingga 1.000 karakteristik pesawat yang dapat membantu investigasi.

Satu bagian yang masih dicari yaitu cockpit voice recorder (CVR). Beda dengan FDR, CVR ini merekam suara-suara yang ada di kokpit pesawat. Antara lain suara mesin, peringatan, suara pembicaraan antara pilot ke co-pilot serta pilot ke ATC dan lain-lain.

fakta baruna jaya © berbagai sumber

foto: bppt.go.id

Ketika terdeteksi dan ditemukan, kotak hitam ini langsung dinaikkan ke KR Baruna Jaya dengan menggunakan kontainer berwarna putih dengan penutup warna biru. Black box juga harus direndam di air dan tidak boleh kering. Menurut Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono, pengeringan tanpa prosedur yang benar dapat merusak memori black box.

Ditemukannya black box ini tak lepas dari teknologi yang dimiliki kapal riset (KR) Baruna Jaya. Kapal riset milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini merupakan kapal yang berhasil mendeteksi FDR di kedalaman 30 meter Tanjung Karawang.

Rupanya Baruna Jaya ini kapal andalan untuk menemukan kotak hitam. Kapal riset ini juga pernah menemukan kotak hitam milik pesawat Air Asia QZ 8501 rute Surabaya-Singapura yang jatuh di Selat Karimata pada awal 2015 lalu.

Mengenai KR Baruna Jaya ini ada beberapa fakta dan kecanggihannya yang perlu kamu ketahui. Berikut brilio.net merangkum deretan faktanya dari berbagai sumber, Jumat (2/11).

1. Dilengkapi multibeam echo sounder.

fakta baruna jaya © berbagai sumber

foto: barunajaya.bppt.go.id

Kecanggihan pertama yang dimiliki KR Baruna Jaya adalah kapal ini dilengkapi dengan multibeam echo sounder. Alat ini berfungsi untuk melakukan pemetaan biometri dasar laut. Alat ini merupakan pengembangan dari Single Beam Echo Sounder dan digunakan untuk memperoleh gambaran atau model bentuk permukaan (topografi) dasar perairan.

 

2. KR Baruna Jaya I sudah dilengkapi dengan side scan sonar.

fakta baruna jaya © berbagai sumber

foto: barunajaya.bppt.go.id

Kedua adalah Side Scan Sonar. Prinsip alat ini serupa dengan alat yang pertama, namun memiliki jangkauan dan berfungsi untuk melakukan pemetaan yang lebih tajam. Side scan sonar yang dimiliki oleh kapal ini berjenis edgetech 4125. Kecanggihannya adalah alat ini mampu memindai permukaan dasar laut. Selain itu juga mampu membedakan sedimen pembentuk dari permukaan dasar laut.

 

3. Punya alat pendeteksi logam.

fakta baruna jaya © berbagai sumber

foto: merdeka.com

Magneto meter atau alat pendeteksi logam ini digunakan jika hasil tes yang di dapat oleh dua alat sebelumnya menunjukan indikasi adanya objek di dasar laut. Alat berjenis G-882 yang dimiliki kapal Baruna Jaya ini merupakan salah satu alat canggih untuk mendeteksi logam di bawah air. Salah satunya adalah mendeteksi logam yang terdapat di pesawat yang tenggelam di dasar laut.

 

4. Remote operated vehichle (ROV) jenis Seaeye 12196 Falco.

fakta baruna jaya © berbagai sumber

foto: barunajaya.bppt.go.id

Remote operated vehicle atau yang biasa disingkat ROV ini berupa kendaraan bawah laut yang dikendalikan dari jarak jauh, untuk menampilkan gambar video secara langsung dari dasar laut. Dengan alat ini, pencarian sebuah objek di dasar laut akan lebih cepat dilakukan.

Pada kapal Baruna Jaya I ini jenis ROV yang dimiliki adalah Seaeye 12196 Falco. Ini robot yang dikendalikan dengan remote control objek bawah laut, dilengkapi dengan kamera. Alat ini mampu menyelam sampai 1.000 meter.

 

5. Kapal Baruna Jaya juga dilengkapi ultra-short baseline (USBL) transponder.

fakta baruna jaya © berbagai sumber

foto: barunajaya.bppt.go.id

USBL transponder ini dapat melacak sinyal 'ping' yang dipancarkan dari black box pesawat. Alat ini diturunkan oleh tim SAR gabungan pada Selasa (30/10), dengan diletakkan ke ujung tiang besi dan dimasukkan ke dalam laut.

 

6. Kapal Baruna Jaya jadi andalan menemukan black box.

fakta baruna jaya © berbagai sumber

foto: barunajaya.bppt.go.id

Sebelum membantu menemukan black box milik Lion Air PK-LQP, kapal riset milik BPPT ini pernah berjasa menemukan kotak hitam milik Air Asia QZ 8501 rute Surabaya-Singapura yang jatuh di Selat Karimata pada awal 2015 lalu. Tak hanya itu, kapal Baruna Jaya juga pernah diturunkan untuk mencari pesawat Adam Air 574 yang hilang di selat Makassar pada tahun 2007.

 

7. Bisa memetakan laut hingga kedalaman 11 kilometer.

fakta baruna jaya © berbagai sumber

foto: barunajaya.bppt.go.id

Kapal Baruna Jaya yang diluncurkan tahun 1989 ini ternyata memiliki kemampuan yang luar biasa. Baruna Jaya bisa memetakan kedalaman laut hingga 11 kilometer. Kecanggihan kapal ini bahkan jadi daya tarik bagi perusahaan-perusahaan asing.

Selain membantu tim SAR, kapal Baruna Jaya sering diminta untuk melakukan riset bawah air terkait rencana pemasangan utilitas kabel optik di dasar laut perusahaan luar negeri. Teknologi tersebut diklaim belum banyak digunakan oleh kapal-kapal modern yang ada di Indonesia.

 

8. Hasil kerjasama dengan perusahaan Denmark.

fakta baruna jaya © berbagai sumber

 

foto: barunajaya.bppt.go.id

Ternyata hadirnya kapal Baruna Jaya di Indonesia merupakan hasil kerjasama antara BPPT dengan galangan kapal PT Samudera Marine Indonesia (SMI) dan Telefyne Techologies dari Denmark. Perusahaan itu juga yang menyediakan teknologi canggih multibeam echosounder ini. Pemasangan berlangsung selama tiga minggu sejak 1 hingga 23 November 2017.