Brilio.net - Aceh dilanda gempa cukup besar dengan kekuatan 6,5 SR. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan gempa kali tidak memicu tsunami. Meski masyarakat sudah paham apa yang dilakukan saat terjadi gempa, namun gempa yang terjadi di Aceh ternyata masih banyak menelan korban jiwa puluhan orang.

"Ini karena guncangan yang sangat keras, bangunan roboh di beberapa tempat. Jadi masyarakat tidak sempat melakukan evakuasi sehingga tertimpa bangunan. Jadi korban meninggal bukan karena gempanya tapi karena bangunannya," kata Sutopo di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta, Rabu (7/12).

Melihat kondisi seperti itu, lanjut Sutopo mengatakan pentingnya membangun rumah tahan gempa. Meski hidup di wilayah yang rawan gempa, rumah masyarakat masih banyak infrastruktur bangunannya yang belum tahan gempa.

"Membangun rumah tahan gempa itu biayanya lebih mahal daripada rumah biasa. Komponennya lebih mahal sekitar 30% sampai 50% dibandingkan dengan rumah biasa sehingga dalam hal ini perlu ada regulasi-regulasi, perlu ada insentif misalnya bagi masyarakat yang membangun rumah tahan gempa katakan pajaknya dikurangi, atau diberikan subsidi sehingga masyarakat bisa membangun rumah tahan gempa. Kalau tidak, semuanya dibebankan kepada masyarakat tentu masyarakat tidak mampu apalagi bagi masyarakat yang pendapatannya menengah kebawah," terangnya.

Lanjut dia, kendala lain adalah karena kurangnya tenaga profesional yang paham mengenai pembangunan rumah tahan gempa. Daerah sesar dan jalur gempa juga harusnya dilarang dugunakan untuk permukiman.

"Tukang-tukang bangunan kurang paham dengan rumah tahan gempa, tata ruang juga demikian. Daerah-daerah sesar, jalur-jalur gempa hendaknya tidak dibangun menjadi pemukiman-pemukiman. Nah penataan ruang tadi menjadi penting untuk mengatur," tandasnya.