Brilio.net - Beberapa waktu yang lalu, sebuah mobil ambulans milik tim SAR DIY sempat menjadi sasaran perusakan oleh orang tak dikenal di sekitar Jalan Piyungan-Prambanan, Yogyakarta. Kaca bagian belakang mobil bernomor polisi K 8489 ZA tersebut rusak usai dipukul dengan helm oleh pengendara sepeda motor. Adapun tindak perusakan itu terjadi usai petugas mengantar pasien ke Puskesmas Piyungan.

Usut punya usut, dikutip brilio.net dari Liputan6 pada Kamis (22/7), aksi perusakan itu salah satunya ditengarai lantaran adanya kabar bahwa terdapat ambulans kosong yang menyalakan sirine guna membuat kepanikan di masyarakat.

Merasa tidak benar atas apa yang dituduhkan, seorang relawan sopir ambulans akhirnya angkat suara. Melalui akun Facebook-nya, lelaki bernama Herry Febrianto yang juga merangkap sebagai kuli angkut peti jenazah menyebutkan bahwa ada alasan kuat mengapa sopir menyalakan sirine meski ambulans yang bersangkutan kosong.

Dalam keterangannya, hal itu dilakukan guna mempermudah sekaligus mempercepat proses penjemputan pasien kritis maupun jenazah yang ada di rumah. Dengan dinyalakannya sirene, maka masyarakat yang ada di jalan paham bahwa mereka harus memberikan ruang kepada ambulans. Dengan begitu, tim medis pun bisa lebih cepat dalam melakukan penyelamatan kepada mereka yang sakit.

"Perlu anda ketahui pula bahwa sopir ambulance yang bertugas saat ini BUKAN sopir ambulance asli. Mereka adalah relawan yang aslinya mungkin dosen, karyawan, ustaz, mas-mas satgas, dsb. Nah, saat kami menjemput pasien yang kritis, ya harus cepat. Maka saat kami masuk hang, ya kami nyalakan sirene supaya keluarga atau tetangga si sakit mendengar ambulance sudah datang dan mengarahkan kru kami ke rumah ysb. Itu sangat menghemat waktu dan mungkin sangat berarti bagi beliau yang bertarung nyawa dengan Covid. Jadi, ambulance kosong itu sedang MENCARI seseorang yang hendak diselamatkan nyawanya," tulis Herry Febrianto.

fakta soal sopir ambulans Covid 19 © Facebook

foto: Facebook/@Herry Febrianto

Lebih jauh, dalam klarifikasinya, Herry juga menjelaskan mengapa terdapat dua ambulans yang datang beriringan. Ia menyebutkan, jika terdapat panggilan untuk menyucikan atau memandikan jenazah Covid-19 di rumah warga, maka ada tiga tim yang harus dibawa.

Tim pertama adalah tim pemulasaraan jenazah, yakni mereka yang bertugas membersihkan dan mengkafani. Tim kedua, yakni tim pemakaman. Lalu, regu ketiga adalah tim dekontaminasi lingkungan yang memiliki tugas untuk menyemprotkan bahan sterilisasi di sekitar rumah dan di pemakaman.

"Ketika jenazah sudah masuk peti dan siap dimakamkan, hanya seorang driver ambulans dan si jenazah saja yang boleh ada di ambulans. Kru lain tidak boleh masuk. Maka, dia harus umpek-umpekan di dalam ambulance kedua. Jadi, dua ambulance itu BUKAN gagah-gagahan, tapi memang kebutuhan," jelasnya.

fakta ambulans ©

foto: Facebook/@Herry Febrianto

Untuk itu, pihaknya meminta agar masyarakat dapat lebih mengerti dan tidak mudah termakan hoaks. Sementara itu, jika memang dirasa ada ambulans yang mencurigakan pihaknya mengimbau agar masyarakat bertanya baik-baik kepada sang sopir dan tidak main hakim sendiri.

"Kalau ada ambulance mencurigakan, dihentikan saja dan ditanya tujuannya ke mana, cari siapa. Biar semue jelas .... Kalau terindikasi kriminal, laporkan ke Polsek atau babinsa. Demikian penjelasan kami, semoga netizen bardiman bisa terbuka pikirannya," tulis Herry.