Brilio.net - Satu pekan pascainsiden jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP dengan kode penerbangan JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat pada Senin (29/10) lalu, tim SAR gabungan masih melakukan proses evakuasi korban dan badan pesawat. Tim juga terus mencari salah satu bagian black box, Cockpit Voice Recorder (CVR).

Selama tujuh hari masa pencarian, tim SAR gabungan sudah berhasil mengumpulkan sebanyak 106 kantong jenazah yang kini berada di rumah sakit Polri Kramat Jakarta untuk proses identifikasi. Hingga saat ini, tim DVI (Disaster Victim Identification) RS Polri sudah berhasil mengindentifikasi 14 korban.

Sementara itu, tim SAR gabungan juga berhasil menemukan black box pesawat Lion Air pada bagian Flight Data Recorder (FDR) pada Kamis(1/11) di kedalaman 35 meter. Setelah diangkat dari kedalaman, benda berwarna oranye tersebut kemudian di bawa ke posko tim SAR di Jakarta Internasional Container Terminal (JICT) 2, Tanjung Priok. Black box diserahkan ke pihak Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk dilakukan proses investigasi penyebab kecelakaan pesawat Lion Air dengan jenis Boeing 737 MAX 8 tersebut.

Melalui akun Twitter resminya, KNKT terus membagikan perkembangan proses investigasi black box yang berisi data penerbangan pesawat Lion Air tersebut. Melalui konferensi pers pada Jumat (2/11), KNKT disaksikan perwakilan dari National Transportation Safety Board (NTSB) dan Singapura Transport Safety Investigation Bureau (TSIB) melakukan proses pembersihan dan recovery CSMU tersebut di laboratorium recorder KNKT, Jakarta.

Dua hari setelah proses pembersihan dan recovery black box FDR, proses download FDR telah selesai. Selain dibantu di investigator dari TSIB Singapura, KNKT mendapat bantuan tambahan baru dari investigator ATSB Australia. Pada black box FDR tersebut diperoleh rekaman data 69 jam terbang, dan 19 penerbangan termasuk penerbangan yang mengalami kecelakaan.

Investigasi yang dilakukan KNKT tak hanya melalui black box FDR, bersama beberapa tim investigator dari Boeing, dan dua AIB Arab Saudi, KNKT juga melalukan investigasi dan indentifikasi melalui puing-puing pesawat Lion Air yang sebelumnya terkumpul di JITC II.

"6 orang dari NTSB (GE, Boeing), 2 orang Tim KNKT dan 2 orang dari AIB Saudi Arabia menuju ke JICT II untuk melakukan inventarisir dan identifikasi wreckage yang telah dipindahkan dari tempat terbuka di JICT II ke Gudang penyimpanan milik BTKP," tulis KNKT.

Untuk memperdalam proses investigasi, KNKT juga melakukan interview kepada flight crew dan cabin crew yang membawa pesawat Lion Air rute penerbangan Denpasar-Jakarta sehari sebelum kejadian yang memakan 189 korban jiwa tersebut.

Seperti diberitakan nypost.com, Jumat (2/11) Kepala Otoritas Bandara Wilayah Bali-Nusa Tenggara, Herson mengungkapkan bahwa pesawat Lion Air tersebut sempat mengalami gangguan teknis di bagian kecepatan dan altimeternya yang membuat pilot meminta return to base (RTB). Beruntung masalah terus bisa teratasi dan pilot melanjutkan penerbangan ke Jakarta.

Semua puing-puing dan data-data pesawat Lion Air yang sudah terkumpul selama enam hari belakangan ini juga sudah melewati proses verifikasi yang dilakukan KNKT dan beberapa orang tim dari NTSB sendiri.

Pihak KNKT juga membantu langsung pencarian CVR. Berada di Kapal Baruna Jaya 1, KNKT mendapat tambahan tenaga dari investigator KNKT dan NTSB yang masing-masing mengirim dua tambahan tenaga.

Selain tambahan tenaga, KNKT juga mendapat tambahan peralatan satu buah ping locator dari NTSB Amerika Serikat. Alat tersebut kini dipasang di kapal Baruna Jaya 1 yang sebelumnya sudah dipasang tiga ping locator.

Penambahan alat bantu tersebut diharapkan bisa segera mengindikasi keberadaan black box VCR. Hingga sore ini, KNKT dan tim SAR gabungan masih melakukan proses pencarian badan pesawat dan black box VCR. Sementara itu, Kabasarnas, M. Syaugi menegaskan bahwa operasi SAR diperpanjang selama tiga hari kedepan.