Brilio.net - Baru-baru ini warganet dihebohkan atas munculnya Kerajaan atau Keraton Agung Sejagat di media sosial. Keraton ini disebut-sebut berada di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Di lokasi tersebut terdapat sebuah bangunan mirip pendopo serta adanya batu prasasti bertuliskan huruf Jawa. Tak hanya itu saja, pada bagian kiri prasasti juga terdapat tanda dua telapak kaki dan pada bagian kanan terdapat sebuah simbol. Prasasti ini juga disebut dengan Prasasti I Bumi Mataram.

Munculnya Keraton Agung Sejagat ini mulai ramai diperbincangkan warganet setelah muncul foto-foto mengenai kirab budaya serata Wilujengan. Acara ini sendiri diadakan pada Jumat-Minggu, 10-12 Januari 2020.

Keraton ini dipimpin oleh pasangan suami-istri yang disebut dengan Sinuhun atau Raja, Totok Santoso Hadiningrat serta Kanjeng Ratu, Dyan Gitarja. Video mengenai kirab budaya ini pun dengan cepat tersebar di media sosial dan menjadi perbincangan warganet.

Seperti apa Kerajaan Agung Sejagat yang bikin heboh masyarakat? Brilio.net menghimpun dari berbagai sumber, Selasa (14/1), potret dan fakta Kerajaan Agung Sejagat di Purworejo.

2 dari 3 halaman

1. Miliki singgasana seperti kerajaan pada umumnya.

foto: Twitter/@aritsantoso

Layaknya sebuah kerajaan pada umumnya, Keraton Agung Sejagat juga memiliki singgasana yang ditempati oleh pemimpin mereka, Sinuhun dan Kanjeng Ratu. Singgasana dari pemimpin Keraton Agung Sejagat ini pun berwarna hitam, merah serta emas.

Dalam foto yang beredar di media sosial, seperti yang diunggah oleh akun Twitter @aritsantoso pada Senin (13/1) terlihat jika ruangan tersebut memiliki ornamen yang didominasi berwarna emas.

2. Diklaim bukan aliran sesat.

foto: Twitter/@aritsantoso

Menurut penasihat Keraton Agung Sejagat, Resi Joyodiningrat, kerajaan yang berada di Purworejo ini bukan alira sesat seperti yang dikhawatirkan oleh masyarakat. Ia juga mengungkapkan jika kerajaan ini merupakan kerajaan yang muncul karena telah berakhirnya perjanjian 500 tahun lalu.

Perjanjian tersebut mulai terhitung sejak hilangnya Kemaharajaan Nusantara, yaitu pada imperium Majapahit, pada 1518 hingga 2018 lalu. Menurutnya, berakhirnya perjanjian yang dilakukan oleh penguasa imperium Majapahit dengan Portugis, maka berakhir pula dominasi kekuasaan barat mengontrol dunia. Kekuasaan tertinggi pun harus dikembalikan ke pemiliknya, yaitu Keraton Agung Sejagat sebagai penerus dari Medang Majapahit, yang merupakan Dinasti Sanjaya dan Syailendra.

3. Memiliki ratusan pengikut.

foto: Twitter/@aritsantoso

Pada acara kirab budaya yang jadi sorotan publik, diketahui jika pengikut Keraton Agung Sejagat ini mencapai 450 orang. Bahkan, dari akun Twitter @aritsontoso menyebut, jika pengikut dari kerajaan tersebut bukanlah orang asli Purworejo. Ia menyebut jika hanya dua orang saja yang turut bergabung dengan prosesi kirabnya.

3 dari 3 halaman

4. Sikap polisi.

foto: Twitter/@aritsantoso

Terkait dengan hebohnya berita mengenai Keraton Agung Sejagat, Polres Purworejo bersama TNI dan Pemkab juga berencana untuk mengklarifikasi secara langsung.

"Kami mengetahui informasi tersebut, tapi tindak lanjut belum bisa sampai langkah hukum dan kami akan bersama-sama klarifikasi," kata Wakapolres Purworejo Komisaris Andis Arfan Tofani, seperti dikutip dari liputan6.com.

Klarifikasi tersebut dilakukan oleh pihak kepolisian serta TNI dan Pemkab karena belum ada konfirmasi dari pimpinan keraton. Sementara ini, pihak kepolisian meminta masyarakat sekitar agar tidak resah.

5. Sosok Sinuhun pemimpin Keraton Agung Sejagat.

foto: Twitter/@aritsantoso

Dari hasil penelusuran dari Liputan6.com, menunjukkan jika sosok Sinuhun yang bernama Totok Santosa Hadiningrat sebelumnya juga sempat membuat heboh publik. Pada 2016 lalu, dirinya menjanjikan uang ratusan dolar Amerika Serikat tiap bulan. Uang tersebut akan diberikan melalui organisasi bernama Jogjakarta Development Committe (JOGJa-DEC).

Totok Santoso Hadiningrat menyebut jika terdapat dana kemanusiaan yang tak ternilai dalam bentuk USD. Uang tersebut diklaimnya masih tersimpan di salah satu bank negara Swiss yang disebutnya Esa Monetary Fund alias EMF.

Dana yeng tersimpan dalam EMF pun siap dikucurkan untuk membantu bangsa Indonesia masing-masing USD 50 juta sampai USD 200 juta per bulan, ditambah asuransi USD 100 ribu.

"Uang ini merupakan hak bagi bangsa Indonesia. Namun untuk memperoleh uang tersebut harus memiliki register dan nomor keanggotaan di JOGJA-DEC. Nanti bisa dikirim tiap bulan lewat ATM atau lewat koperasi," kata Totok.