Kabar duka menyelimuti pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Pemerintah melaporkan bahwa jumlah kematian jemaah haji Indonesia selama periode operasional ibadah haji di Tanah Suci 1446 H/2025 M telah melebihi 180 orang. Hingga Minggu, 8 Juni 2025, Kepala Bidang Kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Mohammad Imran, mengungkapkan bahwa ada 175 jemaah haji Indonesia yang meninggal dunia.

"Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kesehatan, sampai hari ini, ada 175 jemaah haji Indonesia yang wafat," jelas dr. Imran di Makkah. 

Imran juga menjelaskan bahwa ada tiga penyakit yang umum diderita oleh jemaah haji Indonesia yang wafat. Penyakit tersebut adalah jantung, pernapasan akut, dehidrasi, dan kegagalan organ akibat infeksi berat.

Dari data yang ada, 77 jemaah yang wafat menderita penyakit jantung, sementara 15 jemaah mengalami kegagalan organ akibat infeksi berat. Selain itu, masing-masing ada 11 jemaah yang meninggal karena masalah pernapasan akut dan dehidrasi.

Sementara itu, data terbaru menunjukkan bahwa jumlah jemaah haji yang wafat telah bertambah menjadi 183 orang per hari ini, Senin (9/6) pukul 07.15 WIB. Rincian kematian menunjukkan bahwa 117 jemaah meninggal di Makkah, 30 di Madinah, 14 di Arafah, 13 di Mina, dan 9 di bandara.

Jemaah haji yang meninggal paling banyak berasal dari Embarkasi Surabaya (39 orang), diikuti Embarkasi Makassar (21 orang), dan Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (20 orang). Meski demikian, data menunjukkan adanya tren penurunan kasus kematian jemaah haji dibandingkan tahun sebelumnya.

Data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes) menunjukkan bahwa kematian jemaah haji 2025 masih didominasi oleh orang-orang dengan riwayat penyakit jantung dan komorbiditas lainnya. Dokter Agus Sulistyawati dari Tim Visitasi Kesehatan Haji menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap risiko kesehatan, terutama bagi jemaah lansia dan mereka yang memiliki penyakit penyerta.

Menteri Agama Nasaruddin Umar juga mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan dan disiplin dalam mengikuti aturan haji. Ia menekankan bahwa ibadah haji bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga spiritual yang memerlukan kondisi tubuh yang prima. Serangan jantung, misalnya, seringkali dipicu oleh tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan kolesterol tinggi.

Serangan jantung menjadi momok menakutkan bagi jemaah haji, terutama bagi yang berusia lanjut. Usia lanjut, penyakit penyerta, aktivitas fisik berlebihan, kurangnya istirahat, dan cuaca ekstrem di Arab Saudi adalah beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan jantung.